Delapan Belas

9 0 0
                                    

Malam harinya, gadis itu duduk berdiam diri di ruang tamu yang dibalut suasana hening, sepi, dan mencengkam baginya. Disana , terdapat dua orang yang duduk sambil berhadapan. Tatapan keduanya bertemu untuk sesaat sebelum diantara mereka ada yang memutuskannya terlebih dahulu.

Gadis itu menoleh kesana-kemari untuk mencari wanita paruh baya. Namun, sama sekali gadis itu tidak menemukan keberadaan wanita itu.

Cowok yang berada di hadapannya berdeham sebentar dan melirik sekilas ke arah cewek itu sebelum, ia fokus kepada ponselnya kembali. "Ra, mau minum apa ? Atau mau makan ? Atau ma---"

"Nggak usah." Kata Gadis itu sambil memainkan jemarinya yang berada diatas celana jeans nya.

Cowok itu memanggut-manggutkan kepalanya. Kemudian, suasana kembali hening. Beberapa detik kemudian, pintu ruang utama terbuka. Menampilkan wanita yang dicari cewek itu sejak tadi.

"Andira, sorry banget ya, tante tadi habis ketemu sama temen," peluk hangat Meliana kepada Andira yang menampakkan senyum sedikit.

Cewek itu membalas pelukan Meliana dengan hati yang masih canggung. Pasalnya, sudah lama sekali mereka tak seperti ini. Semenjak kejadian pada waktu itu. Pada akhirnya, Andira memilih untuk melepaskan. Dan , tidak akan pernah kembali lagi.

Nyatanya, takdir berkata lain. Bukan. Bukan, untuk bersatu. Tetapi, hanya untuk menambah luka yang semakin mendalam. Ragar memperhatikan keduanya dengan tatapan datarnya. Tetapi, matanya terus menatap ke arah cewek itu. Seorang gadis yang pernah ia lukai sampai begitu parah.

Meliana melepas pelukan Andira dan mempersilahkan Andira untuk duduk di sebelahnya. "Tante mau kamu datang kesini, supaya kita bisa kayak dulu lagi, iya kan Ragar ?"

"Iya , Ma. " Jawab cowok itu sambil menampakkan senyumnya.

Andira hanya menampakkan wajah datarnya ketika, mendapat pernyataan seperti itu. Tidak mungkin , dia harus membuka hatinya lagi. Sedangkan, luka itu masih membekas lebar di hatinya. Maksud kedatangannya kesini bukan untuk memulai semuanya lagi. Tetapi, hanya menuruti apa yang diminta oleh Meliana. Karena , Andira bukanlah seorang yang dapat menolak permintaan orang yang lebih tua darinya.

Meliana bangkit berdiri dan berpamitan untuk bebersih diri terlebih dahulu. Dan , meninggalkan kedua insan yang saling membungkam. Tetapi, sebuah panggilan masuk memecah keheningan di ruangan itu.

Andira mengangkat panggilan masuk itu dan mendengar suara seseorang yang sangat dia kenali. "Ada apaan sih lo telepon gue ?!"

"Ya nyantai kali, buset dah. Ini cowok lu nih, pusing gue sama dia. " Ujar cowok di seberang sana dengan nada bicara yang seperti sedang frustasi.

Andira mengerutkan dahinya dan menegakkan cara duduknya. " Maksudnya apaan ? Nggak ngerti gue, "

"Yaelah pake nggak ngerti segala lagi. Cowok lu mabok berat dia lagi ada dirumah gue sekarang nih, " jelas Rangga yang mungkin sekarang sudah menyerah melihat keadaan Asgar yang sudah seperti ini.

"Terus masalahnya sama gue apa ?"

"Lo dateng ke rumah gue dan bawa dia pulang lah, kan dia cowok lu kan ?"

Perintah cowok itu berhasil membuat Andira membulatkan matanya. Ragar yang melihat itu , mengangkat kepalanya dan menatap lekat ke arah Andira seolah menanyakan apa yang telah terjadi.

"Lo aja sendiri. Gue nggak mau, " Andira menjawab sambil mematikan sambungan telepon tersebut secara sepihak.

Alhasil, sambungan terputus. Cewek itu diam dan baru saja ingin memasukkan ponselnya ke dalam sling bag , tetapi panggilan masuk dari seseorang membuat Andira mengurungkan niatnya.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang