Gerbang sekolah sudah terbuka lebar. Cewek itu bergegas masuk ke dalam dan menyusuri koridor sekolah. Tetapi, matanya tertuju kepada segerombolan cowok yang duduk di dekat pintu masuk kelas cewek itu.
Siulan terdengar menusuk pendengaran Andira. Tak lain adalah Rangga dan Vano. Mengganggu siswi yang lewat di hadapan mereka , adalah salah satu alasan mengapa mereka duduk disitu.
"Pagi, Ra, apa kabar ? Gimana tadi malem ? " Goda Rangga yang mengedepikan salah satu matanya ke arah Andira.
Andira bergidik ngeri melihat tingkah laku Rangga yang menggodanya dengan seperti itu. Tetapi, sebisa mungkin gadis itu tetap tenang dan berjalan santai. Meski , kakinya sudah ingin berlari sekencang-kencangnya.
"Ra, cantik amat pagi ini, sama gue aja kali," Vano berucap sambil menyenggol tangan milik Asgar.
"Udah lah jangan diganggu! Entar ada yang marah lagi, eh.. salah ," Bayu menceletuk sambil melirik ke arah Asgar.
Asgar sama sekali tidak bergeming. Dia lebih memilih fokus melihat pemandangan lurus ke depan yang langsung menghadap ke arah pepohonan pagi yang rindang. Selagi teman-temannya bercanda ria, Asgar hanya sesekali menatap ke arah cewek itu sekilas. Lalu, memalingkannya kembali.
Walaupun dia tahu, cewek di hadapannya tidak suka diperlakukan seperti itu.
"Pagi-pagi jualan jeruk
Belinya di deket jalan sari
Kalo ada cewek cantik
Jangan dianggurin aja kali" Rangga memberikan sebuah pantun kepada Andira yang disambut gelak tawa oleh teman-temannya."Gar, cewek lo aja digodain sama Bayu. Masa jadi pawangnya nggak marah ," Radit yang juga sekelas dengan Asgar, selalu saja berusaha untuk memanasi Asgar.
Bukan Andira jika tidak bisa bersikap tenang. Dia lebih memilih menyibukkan diri dengan bermain ponsel daripada harus melihat ke arah samping yang membuatnya ingin mengubur diri.
Bel sekolah sudah masuk. Tetapi, Asgar dan juga teman-temannya belum masuk juga. Sebenarnya, Asgar ingin sekali pergi ke lapangan untuk menemui Ragar. Karena , telah menyebarkan paku di jalanan saat Asgar ingin pulang ke rumahnya.
Niatan itu terus terlintas di benaknya. Mengganggu setiap aktivitas yang dijalaninya. "Gue mau ke lapangan Tengah Raya." Suara Asgar memecah gurauan yang baru saja di buat oleh Rangga.
"Mau ngapain , Gar ? Bukannya Ragar sama yang lainnya udah nggak cari gara-gara ?" Tanya Vano dengan wajah bingungnya, berharap bahwa tidak ada permasalahan lagi.
Asgar bangkit berdiri dan mengambil ponselnya seraya, memutar balik badannya. "kalo ada yang mau ikut , ikut aja." Ucapnya dengan datar yang diikuti oleh beberapa temannya.
****
"Baik , hari ini Ibu akan memberikan kalian lembar kerja. Hari ini harus selesai dan dikumpulkan ya," ucap Bu Endira selaku guru Ekonomi yang mengajar di ruangan kelas XII IPS 2.
Andira sedari tadi hanya melamun. Memandangi kertas yang sekarang sudah berada di hadapannya ini. Entah mengapa pikirannya selalu tertuju kepada cowok itu. Dengan jelas, cowok itu sudah banyak membuat harinya menjadi sial. Tetapi, kenapa malah jadi seperti ini ?
Bella yang memerhatikan Andira secara diam-diam, kembali menyenggol lengan Andira. Refleks , membuat cewek itu terkejut. "Kenapa ?" Tanyanya berusaha untuk menutupi kegugupannya.
"Bengong aja dari tadi. Mikirin siapa ?"
"Nggak."
Bella jadi semakin yakin kalau Andira sedang menyembunyikan sesuatu terhadap dirinya. "kalo ada masalah cerita kali , Ra. Kayak sama siapa aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave ME
Novela JuvenilKamu itu nyata atau hanya ilusi terindah yang hanya dapat ku genggam secara sementara ?