Enam

41 0 0
                                    

Hamparan langit malam membuat Andira betah untuk berlama di taman belakang rumahnya. Dia lebih suka menikmati pemandangan langit. Seketika, kenangan kembali hadir dalam benaknya.

Kenapa harus dia yang nyakitin gue ?

Selama satu tahun belakangan ini hanya kata itu terus yang terngiang di benak Andira. Bertatap wajah secara langsung saja enggan sekali.

Dua jam telah berlalu, tetapi tidak membuat gadis itu bosan dengan hembusan angin malam dan pemandangan bunga Lily yang terdapat di taman belakang. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Suasana rumahnya terasa sepi sekali. Akhirnya, dia melangkahkan kaki dan bergegas membuka gerbang rumahnya. Pak Imron yang merasa bingung mulai bertanya "Mau kemana Non malam - malam seperti ini?"

Andira segera menutup pintu gerbang dan menatap ke arah Pak Imron sebentar. "Mau ke supermarket depan, Pak!"

"Nggak mau bapak anterin​ aja? Ini udah malem Non. Nggak baik,"

Andira menggelengkan kepalanya. "Nggak usah Pak! Sebentar doang kok."

Selepas pembicaraan itu, Andira pergi meninggalkan rumahnya. Ia berjalan menyusuri jalan demi jalan. Sampai sekitar 15 menit sudah sampai.

Seperti biasa, cewek itu akan menghampiri tempat menjual es krim. Dari berbagai varian rasa, sudah Andira masukkan ke dalam keranjang. Sepuluh es krim lebih tepatnya.

Ia berjalan lagi ke tempat camilan kesukaan miliknya. Kosong. Itu yang dia dapatkan hanya cantuman harga yang tertera disana. Mood nya ilang seketika. Seharusnya, dia bisa menikmati makan es krim sekaligus camilan.

Tetapi, sebuah tangan dari belakang memberikan sebungkus camilan itu. Mata Andira berbinar. Ia menoleh ke arah belakang dan mendapati cowok yang membuatnya muak.

"Lo lagi?! Mau apa sih Lo?! Nggak usah sok baik!" Ketus Andira berjalan ke arah kasir.

Tetapi, lelaki itu tetap mengikuti Andira dan menaruh camilan itu di keranjang belanjaan milik cewek itu.

"Nggak usah! Gue nggak perlu!"

Baginya, berhadapan dengan manusia seperti ini akan sangat membuang waktu. "Nih! Nggak usah sok baik!"

Andira kembali berjalan dan segera membayar belanjaan miliknya. Usai membayar, tanpa banyak basa - basi dia pergi keluar dan segera kembali ke rumahnya.

Diperjalanan pulang, terdapat tiga orang laki-laki yang berpakaian seperti preman. Tak jauh setelah Andira berjalan dengan cepat, ketiga laki-laki itu menghadang jalan Andira.

"Mau kemana Nona cantik?" Goda salah seorang dari antara mereka.

Andira tetap berdiri di tengah antara mereka dengan sikap santai. Cewek itu sama sekali tidak bersikap panik. Bahkan, dia hanya diam. Menahan emosinya agar tidak meledak.

Salah seorang yang lain tetap menggoda Andira dan mulai mendekati Andira.

"LO DEKET, GUE TERIAK SEKARANG JUGA!" Teriak Andira sekeras mungkin.

"Jangan galak-galak dong! Nanti cantiknya ilang. Mending sama abang aja sini !" Laki -laki itu terus mendekat ke arah Andira. Lalu, dengan cepat cewek itu kembali melangkah mundur ke belakang. Berusaha menghindar dari ketiga orang preman tersebut yang sepertinya sedang mabok.

Andira mulai panik. Ia bingung akan apa yang harus dilakukannya. "Jangan macem-macem! Bahkan menyentuh gue!"

Namun, tanpa disangka seseorang datang dan memberikan bogeman mentah kepada salah seorang preman itu.

Dengan adanya pertikaian itu, membuat kedua preman itu pun memberhentikan aksinya kepada Andira. Keduanya mulai menyerang cowok itu untuk membantu temannya.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang