Dua

82 0 2
                                    

Menurut para murid jika sudah , menyangkut bel pulang sekolah bahagia sudah melanda mereka. Ditambah lagi dengan hari pertama yang sudah menguras otak dengan segala macam pelajaran.

Tetapi , tidak dengan Andira. Biarpun dengan tingkah laku yang seperti itu , Andira cukup memuaskan dalam hal berprestasi. Sejak dahulu , Andira memang selalu mendapatkan peringkat satu paralel dari semua kelas.

Makanya jika sudah dilaksanakan ulangan dan tugas-tugas dari para guru, Bella dan Rayya selalu menghampiri rumah Andira untuk sekedar mengerjakan tugas dan belajar bersama.

Seperti sekarang ini contohnya , besok akan dikumpulkan tugas Matematika yang tadi diberikan oleh Pak Anwar. Sehingga , Bella dan Rayya sudah meminta Andira untuk mengajarinya nanti malam.

"Dir , entar malem gue sama Bella ke rumah lo ya ," ucap Rayya yang sudah menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanan.

Bella yang baru saja selesai memasukkan buku-buku , juga ikut menimpali perkataan Rayya tadi. "Enggak apa - apa kan ? Seperti biasa lah "

Kalau sudah begitu , Andira akan mengiyakan saja permintaan kedua sahabatnya itu. Menurutnya , berbagi ilmu juga tidak ada salahnya. Bahkan , justru menambah pahala nanti di dunia akhirat.

"Jam 7 seperti biasa. Jangan lupa siapin makanan juga," Tambah Bella lagi yang mendapatkan anggukan langsung dari Andira.

"Ya udah gue balik dulu ya, bye!" Kedua sahabatnya sudah berlalu meninggalkan Andira sendirian.

Belum lama mereka meninggalkan Andira, gadis itu masih saja memainkan ponsel miliknya. Merasa bosan, kakinya berjalan menuju gerbang sekolah. Tempat yang nantinya dia akan di jemput.

Setelah sampai di depan gerbang, matanya sedang mencari-cari sesuatu. Sepertinya Pak Imron yang sedang ia cari.

Katanya jam 2 mau jemput. Batang idungnya aja kaga keliatan sekarang.

Cewek itu segera mengambil ponsel miliknya dan mencari kontak Pak Imron.
Dirasa sudah mendapatkan kontak yang dicari, Andira menekan tombol hijau di bagian layar ponsel miliknya.

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk , cobalah beberapa saat lagi" begitu saja terus kata operatornya.

Rasa kesal mulai memuncak di diri Andira. Masa gak di jemput ? Katanya seperti itu.

Panik. Kesal. Marah. Itulah yang menjadi definisi perasaan yang dialami oleh Andira.

Matanya mulai mencari-cari sesuatu yang ingin menjadi objek yang mengantarnya pulang. Kalau naik ojek online sudah dipastikan takkan mungkin. Uang di sakunya saja sudah tinggal sedikit.

Tin.. tin... tin...

Bunyi suara ninja merah mengagetkan Andira seketika. Terdapat dua motor ninja berwarna merah dan juga hitam. Andira masih belum mengenali siapa yang berada di balik helm full face berwarna hitam.

Yang Andira tau ada lah Rangga yang berada di balik helm full face berwarna biru dongker itu.

"Ra? Sendirian aja, udah mulai sore, belum balik?" Tanya Rangga sambil membuka sedikit kaca helm full face miliknya.

"Nunggu supir." jawab Andira dengan nada yang sedikit cuek.

Rangga menoleh sebentar ke arah Asgar sambil menampakkan senyum smirk nya.

"Gar, rumah lo searah kan sama rumahnya dia?" Rangga terus tersenyum, sepertinya dia akan merencanakan suatu hal yang mungkin tidak terbayangkan oleh keduanya.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang