Sepuluh

12 1 0
                                    

Malam harinya , Andira termenung sendiri sambil menatap langit yang gelap. Walaupun , sudah gelap tetapi ada satu yang menghiasi hamparan langit, bintang.

Flashback on.

"Ragar, mau dibawa kemana ? Sini ! Aku belom matiin. " Ujar cewek yang berlari mengejar ponselnya yang dibawa oleh cowok yang berstatus pacarnya itu.

Gadis itu masih setia mengejar seseorang yang mengambil ponsel miliknya.  Dibawah bintang yang membuat indah langitnya malam. Akhirnya cowok itu terjatuh di atas rerumputan.

"Nih , aku balikin deh. Ntar kamu nangis lagi ," ledek cowok itu kepada gadis yang sudah mengerucutkan bibirnya.

Gadis itu terduduk menatap bulan dan bintang sambil tersenyum. "Bintangnya bagus ya, nggak kayak biasanya gitu. "

Seorang yang disebelah nya membalasnya dengan senyuman. Lalu , merangkul gadis yang sedang berada di sampingnya itu. Matanya tak lepas dari wajah gadis itu. Wajah yang terus mengukir senyuman, membuat cowok itu tambah sayang kepadanya.

Sampai pada akhirnya, cewek itu menyadari bahwa ia sedang diperhatikan dari samping.

"Kamu kenapa sih ?! Liatin aku mulu, " rutuk gadis itu kepada cowok yang menatapnya sedari tadi.

"Andira, buat aku bintang itu indah. Tetapi , pada saat aku liat sendiri. kalau aku liat sama kamu , semua berubah. Seolah kamu mempunyai daya tarik yang paling menarik dari bintang itu," ucap Ragar yang dibalas senyuman oleh Andira.

Andira memeluk Ragar seketika. Matanya mulai berkaca-kaca. Bukan karena dia sedih , tetapi karena dia terharu mendapatkan penuturan seperti itu dari Ragar.

Ragar mengeratkan pelukan itu, begitupun Andira. "Gar, kamu adalah salah satu dari sekian banyak cowok berhasil menempati hati aku. Aku sayang sama kamu"

"Aku juga sayang sama kamu, Andira Aurelia."

Flashback off.

Seketika , pikirannya melayang ke masa lalunya. Dimana dia belom mengenal rasa sakit dikhianati. Sampai suatu ketika, hatinya hancur lebur. Cowok itu berhasil membuatnya menangis. Hampir, satu tahun Andira berharap kalau, itu hanyalah sebuah mimpi buruk yang menghantuinya. Tetapi, kenyataan berbanding terbalik. Mulai saat itu, Andira memutuskan untuk tidak membuka hatinya untuk siapapun. Sampai suatu ketika, seseorang datang dan secara tiba-tiba datang ke hidupnya.

Gadis itu berbalik dan menutup pintu balkonnya. Lalu , membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tangannya memegang benda canggih yang berbentuk pipih. Tangannya terus bergerak naik-turun untuk melihat isi percakapan dari ponselnya.

Bosenin banget omongannya.

Tangannya bergerak ke arah pinggir ponselnya lalu , menekan tombol off.
Andira bergerak turun dari arah tempat tidurnya menuju meja belajarnya. Meletakkan ponselnya di sana dan kembali bergerak menuju tempat tidurnya.

Matanya mulai terpejam. Alhasil , Andira tertidur dengan nyenyak hingga, ia tak mendengar seseorang membuka pintu kamar miliknya.

****

"Non Dira ini udah pagi non, bangun ,"

Suara Bi Ani membangunkan Andira dari mimpi indahnya.

"Makasih ya Bi , udah dibangunin." Teriak Andira dari arah kamarnya yang masih tertutup rapat.

Bi Ani hanya tersenyum sambil berbalik arah ke dapur. Seperti biasa , Bi Ani akan selalu mempersiapkan sarapan untuk Andira. Ditambah lagi , kalau sudah pagi Andira sangat susah sekali dibangunkan.

Don't Leave METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang