Gia bersandar dipohon mangga yang terletak di belakang sekolah. Terhitung sudah seminggu, tempat ini menjadi tempat favoritnya. Semenjak kejadian UKS itu, ia enggan pergi ke kantin. Gia lebih sering nitip camilan pada Salsha dan Ifa dari pada pergi ke kantin dan mendengar makian fans-fans alay Jordan.
Gia mengikat rambutnya ke belakang. Setelah itu ia membuka novelnya. Cewek.
"Gia! Sumpah!"
Gia mendongak melihat dua temannya berlarian kearahnya.
"Sumpah Gia!"
Gia menaikkan alisnya. "Apaan?"
"Gi, lo harus dengerin kita." Ifa langsung duduk di depan Gia tanpa memperdulikan kondisi tanah yang bisa membuat roknya kotor. Padahal biasanya cewek itu sangat peduli dengan kebersihan.
"Iya apa? Dari tadi gue juga dengerin"
Salsha memberikan teh kotak pada Gia. "Minum dulu, gue takut lo keselek."
Gia menggeleng. "Nggak, apaan dulu?"
"Kak Jordan."
Satu nama yang keluar dari mulut Ifa membuat Gia mendadak badmood. "Ck. Males gue."
Salsha mengamit lengan Gia. "Dengerin dulu."
Ifa pindah ke samping Gia, ia juga melakukan hal yang sama dengan Salsha.
Gia menghela napasnya. "Ngapain lagi sih tuh orang?! Kurang puas bikin gue gak bisa keluar malem, uang jajan dipotong, hari minggu harus di rumah. Masih aja ganggu."
"Kak Jordan tadi belain lo, Gi. Belain lo."
Gia menatap Salsha bingung. "Maksudnya?"
"Kan kita dari kantin beliin titipan lo nih sama sekalian makan mie ayam. Terus, Ifa tadi mampir ke kelas kakaknya mau minjem uang."
Ifa berdecak. "Skip. Lama lo Sal. Langsung pas kita ketemu Kak Jordan ditangga."
Salsha mendengus. "Ya pokoknya kita ketemu sama Kak Jordan ditangga sama Vanya. Eh, lo tau yang namanya Vanya kan?"
Gia tampak berpikir. "Yang sering pakai kaos kaki warna-warni?"
Ifa dan Salsha mengangguk bersamaan.
"Iya. Yang tukang ngelabrak adik kelas itu." Ifa mengernyit. "Eh, kakak kelas juga pernah ding."
"Iyalah cucunya ketua yayasan mah berani." Tambah Salsha
Gia menghela. "Hubunganya sama gue apa?"
"Jadi gini, kita kan habis dari kelas kakaknya Ifa terus kita gak sengaja nguping mereka. Gue gak tau awalnya mereka ngomongin apa yang jelas Kak Jordan bentak Vanya gini. Kalo ngejudge orang ngaca dulu! Lo gak ada apa-apanya dibanding Gia! Sekali lagi lo bikin gosip aneh-aneh, urusan lo sama gue."
"Terus ya, Vanya kek gemeter gitu. Dia langsung duduk ditangga. Kayaknya sih nangis tapi, gak tau lagi deh." Tambah Ifa.
Gia menarik napasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sudah seminggu ini Gia mati-matian menahan emosinya mendengar gosip-gosip aneh tentang dirinya mulai dari tukang goda, bitch, kurang belaian, dan masih banyak lagi. Dan sekarang Jordan membelanya, ia tidak bisa membayangkan gosip apalagi yang akan menyebar kali ini.
®®®
Jordan melangkah masuk ke kelasnya. Ia menuju bangkunya yang terletak di belakang.
Revan melambai. "Sayaaaaaang."
Beberapa menatap Revan jijik dan yang lainnya menganggap hal itu sudah biasa. Revan itu pintar tapi gak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Start
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] Feel close but, distant fact. || Pemenang Wattys 2017 Kategori The Storysmiths || Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved.