07 - FTS

9.8K 874 28
                                    

Perasaan Asing

Bima menarik kerah kaos Jordan begitu mendapati Jordan yang duduk di balkon teras rumahnya. "Goblok!"

"Bim sabar Bim," ucap Revan sambil berusaha melepaskan tangan Bima. Setelah Bima akhirnya melepas tangannya, Aldo segera menarik Jordan sedikit menjauh dari Bima. "Bicarain baik-baik, gak enak sama Tante Sarah."

Bima menghela, dia memilih menyalakan rokok. Menghisapnya dalam-dalam. Jordan menatap Bima datar kemudian beralih pada Aldo dan Revan yang menatapnya meminta penjelasan. "Gue gak sengaja ketemu Audy waktu nganter nyokap ke rumah Budhe gue."

"Terus?" kata Revan dan Aldo nyaris bersamaan.

"Dia bilang, lihat Dimas."

Bima berdecak. "Lagu lama!"

Aldo menepuk pundak Jordan. "Gak usah diladenin, emosi tuh bocah."

Jordan mengangguk pelan. "Gue pernah sekali ngikutin Audy hasilnya nihil, gue sama sekali gak lihat Dimas." Dia mendongak menatap jauh langit mendung. "Pas gue pulang, Audy ngechat gue katanya, barusan dia ketemu Dimas."

Bima berdiri menghampiri Jordan. "Lo bego apa gimana sih? Audy udah beda! Dia bukan cewek polos kayak tiga tahun lalu! Lo gak sadar apa?"

"Gue tahu Bim! Iya gue bego emang, tapi gue masih punya tanggung jawab. Gue yang bikin Audy kenal sama Dimas!" Jordan menghela napasnya berat. "Kalau boleh gue milih, gue pilih gak pernah kenal sama Audy sama sekali."

Bima terdiam, tangannya mengepal. Di sini jelas siapa yang salah dan siapa yang benar. Bima mengerti itu begitu juga dengan Revan dan Aldo, tapi mereka bertiga memilih mundur dari pada berurusan dengan Audy, terutama Dimas.

"Udah-udah. Sekarang kita harus cari jalan keluar." Revan berusaha menengahi. Keempatnya terdiam, berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah ini.

Aldo mengerutkan dahinya, berusaha berpikir rencana yang lebih baik dari apa yang ada di benaknya kini. Cowok itu berdecak saat tidak menemukan solusi yang jauh lebih baik. "Mau ke Bandung lagi gak?"

Ketiganya menatap Aldo tak percaya. Seolah kota itu adalah tempat yang seharusnya tidak mereka kunjungi, baik dulu, sekarang, atau nanti. "Mau gak mau. Kita harus ketemu Dimas."

***

Jam sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam, tapi Gia masih berkutat dengan rumus-rumus fisika yang bagi susahnya minta ampun. Tak lama Gia mendengar decit pintu kamarnya dibuka tapi itu tidak mengelihkan perhatiannya.

"Dek?"

Gia melirik sekilas kearah pintu, melihat Reno sedang bersandar diambang pintu kamarnya. "Hm?"

Reno berjalan mendekat, dia menarik paksa pensil Gia.

"Apaan sih Bang gue lag—"

"Lo punya pacar ya?" potong Reno dengan ekspresi menyelidik.

Gia mengernyit, baru kali ini Reno mengajukan pertanyaan seperti itu. Gia menggeleng pelan. "Kenapa emang?"

Reno berdecak. "Jujur sama gue!"

"Serius Bang, gue gak deket sama siapa-siapa malah." Gia mengangguk-anggukan kepalanya, meyakinkan diri sendiri bahwa dia tidak sedang dekat dengan seseorang. Sempat terlintas nama Jordan, dia memang bisa dianggap dekat dengan Gia, tapi, sepertinya bukan dalam artian 'pendekatan' yang seperti itu.

Reno mengembalikan pensil Gia. "Dicariin teman lo tuh di depan."

"Siapa?"

"Jordan, katanya."

From The StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang