Jordan dan Bima masuk setelah Bu Anisa keluar dari kelas mereka. Teman-temannya menatap mereka lalu kembali pada aktivitas masing-masing tidak ambil pusing dari mana Bima dan Jordan.
"Gimana?" tanya Aldo saat Bima dan Jordan sudah duduk dibangkunya.
Bima dan Jordan menceritakan apa yang dikatakan Mas Ibra, mereka juga menjelaskan rencana yang baru saja disusun saat perjalan kembali ke sekolah.
"Wah, gila ya." Aldo tidak bisa berkata-kata, ia menatap Bima bersalah karena, cowok itu yang paling membela Audy saat Bima menyalahkan Audy.
"Makanya, lo gak bisa percaya sama satu orang aja," ucap Bima.
Revan memijat keningnya. "Gue gak tahu, Audy segitunya ke Dimas. Padahal dulu dia takut banget waktu pertama ketemu Dimas."
"Gue juga ingat, pas pertama kita sok-sokan ngelawan kakak kelas, Dimas yang bantu kita." sambung Aldo.
Bima mengibaskan tangannya. "Gak usah diingat gak penting."
Revan menghela napasnya panjang. Jordan hanya menatap ketiganya dalam diam. "Terus Jo, rencana lo gimana?"
"Gue ngerasa perlu ketemu Dokternya Audy," ujar Jordan.
"Oh, yang foto di apartemennya Audy?" tanya Aldo.
Jordan mengangguk. "Nanti pulang sekolah gue sama Bima mau ke Audy, kalian yang ke rumah sakit gimana?"
Revan mengangguk setuju. "Lo ada kontak Dokternya, Jo?"
"Ada, gue udah minta ke Mas Ibra."
***
Begitu bel pulang berbunyi Aldo, Bima, Jordan, dan Revan langsung berdiri dari bangkunya. Mereka sudah mengemasi barang masing-masing dari lima menit lalu.
"Assalamualaikum Bu," pamit Revan menyalami Bu Sri.
"Makasih Bu sudah memberikan ilmu," sambung Aldo.
"Bu, maafin kalau saya banyak salah." Bima menyalami tangan Bu Sri.
"Bu, saya minta maaf waktu lulus aja, assalamualaikum." Pamit Jordan yang langsung berlari menyusul ketiga temannya. Bu Sri mengelus dadanya sabar, padahal beliau belum menutup pelajaran hari ini.
Aldo, Bima, Jordan, dan Revan berpisah di parkiran sekolah. Mereka mengemudikan kendaraan masing-masing. Jordan mengikuti mobil Bima dari belakang, mereka menuju apartemen Audy sekarang. Butuh waktu kurang lebih dua puluh menit untuk sampai di sana. Keduanya turun setelah memparkir mobil. Jordan menatap Bima lalu tertawa, cowok itu terlihat gugup. Berkali-kali Bima juga menghela napasnya berat.
"Santai," ujar Jordan menepuk pundak Bima berharap mengurangi rasa gugup cowok itu. Ujung bibir Bima sedikit terangkat, Jordan tidak tahu bisa menganggapnya senyuman atau bukan. Keduanya masuk ke dalam lift, Jordan menekan angka tujuh.
"Jo, pokoknya lo yang ajak ngobrol Audy." Perintah Bima.
Jordan menatap Bima malas. Tahu begini ia pergi dengan Aldo atau Revan saja. Bima menekan bel apartemen Audy. Tak butuh waktu lama pintu itu langsung dibuka oleh sang pemilik.
Audy terkejut saat mendapati Bima dan Jordan. Dia menatap Jordan penuh penyesalan. "Jo, aku minta maaf soal Gia, niatnya aku cuman bercanda. Aku gak tahu kalau kamu serius sama Gia, maafin aku."
Bima mendengus saat mendengar hal itu keluar dari mulut Audy. Berbeda dengan Jordan yang tersenyum dan berkata, "gak apa-apa gue udah baikan kok sama Gia,"
"Serius? Gia gak marah lagi sama kamu?" Mata Audy berbinar layaknya gadis berumur lima tahun disogok lolipop agar tidak menangis saat ayahnya pergi kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Start
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] Feel close but, distant fact. || Pemenang Wattys 2017 Kategori The Storysmiths || Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved.