09 - FTS

9.4K 839 27
                                    

Jordan, Revan, Aldo, dan Bima memasuki kelab yang sudah tidak asing lagi bagi mereka meskipun, dekorasinya sudah berbeda. Dentuman musik keras langsung menyambut mereka, yang dulunya sudah biasa mendengar musik sekeras ini, sekarang mereka mengumpat dalam hati untuk kesehatan telinga.

Jordan memimpin jalan mereka menuju bar kemudian Jordan berbicara dengan seorang pelayan. Pelayan itu tampak mengangguk lalu pergi ke lantai atas. Sementara Revan, Aldo, dan Bima masih mengamati suasana sekitar. Alis Aldo naik ketika melihat dua orang melakukan hal aneh di bangku paling sudut. Dia terkekeh. "Arah jam dua, gak bisa woles men!"

Bima dan Revan menoleh ke belakang. "Buset."

"Ya kali, gak ada tempat lain apa?" komentar Bima.

Aldo tersenyum, matanya tak sengaja melihat seorang perempuan yang meliuk-liukan tubuhnya menikmati musik. "Ada Audy."

Bima tersentak, laki-laki itu langsung berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Revan mengikuti arah pandangan Aldo dan betapa kagetnya Revan, saat melihat kondisi Audy sekarang. Ketiganya diam sampai Jordan mengatakan, "ayo ke atas! James nunggu di sana."

Mereka menaiki tangga menuju lantai dua. Sesampainya di sana seorang cowok berambut pirang melambaikan tangannya pada mereka.

"Yo! James." Aldo menepuk pelan pundak James begitu juga yang lain.

"Wah gila! Kangen banget gue sama lo pada." James asli dari Amerika karena sudah tinggal sepuluh tahun di Indonesia jangan kaget dengan gaya bicara dan wajah yang tidak sinkron.

Bima tersenyum. "Betah lu James?"

James mengangguk. "See? Gue udah jadi manajer, haha."

"Keren bos." Revan mengacungkan jempolnya.

James tertawa lepas. "Tunggu sampai gue jadi pemilik kelab ini."

Jordan diam-diam memperhatikan orang-orang d isekitarnya lalu matanya kembali menatap James. "Lo tahu di mana Dimas?"

James menghela, tangannya meraih gelas kecil berisi cairan berwarna kuning pekat lalu meminumnya dengan sekali teguk. "Dua tahun lalu, iya sekarang enggak."

Bima mencondongkan tubuhnya kearah James. "Dua tahun? Dia ke sini?"

James mengangguk. "Sama Audy juga. Asli waktu itu gue kaget. Kenapa Audy masih mau sama Dimas."

Revan menghembuskan napasnya kasar, lalu bersandar pada kursi. "Lo gak ada info sama sekali?"

James menggeleng.

"Sedikit pun?"

"Iya. Terakhir dia ke sini nyari Audy pakai seragam sekolah."

"Maksud lo?" tanya Revan dengan alis nyaris bertaut.

"Yakin James?"

"Dia sekolah? Dimana? Lo liat badge sekolahnya gak?"

Rentetan pertanyaan langsung keluar dari ketiganya kecuali, Jordan. Dia sudah tahu dari Audy meski awalnya tidak percaya.

James menggeleng. "Gue gak inget, itu udah lama."

Keempatnya menghela napasnya nyaris bersamaan, antara lega dan tidak.

"Dua tahun ... berarti kita baru kelas satu," lirih Aldo.

James menoleh menatap Aldo. "Satu SMA?"

Aldo mengangguk. Saat itu, James mengubah posisi duduknya, dahinya berkerut mengingat sesuatu. "Dimas pakai putih-biru bukan putih abu-abu."

***

Kalau, info dari James benar. Kemungkinan besar, Dimas masih ada di Indonesia dan kemungkinan juga, apa yang dibicarain Audy, benar! Dia benar-benar bertemu Dimas. Dan, itu di Jakarta.

From The StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang