Sabtu sore, suasana PIM sangat ramai pengunjung. Baik itu untuk membeli baju, tas, sepatu, perfume, sekedar jalan-jalan, nongkrong atau nonton film. Mata Gia mengikuti orang yang berlalu-lalang di depannya, sesekali dia menyeruput jucos original miliknya. "Gitu banget,"
Ifa mengikuti arah pandang Gia. "Apa Gi?"
"Itu, mbak-mbak yang di toko sepatu." Gia menunjuk dengan dagunya, "gitu banget ke pacarnya."
Ifa mengernyit begitu melihat seorang laki-laki yang dibentak-bentak oleh pacarnya. Banyak juga sih, yang melihat mereka tapi, ceweknya tetap saja tidak mengecilkan suaranya. "Bucin itu mah."
"Bucin?" Gia mengerutkan keningnya.
"Iya. Budak cinta! Ketara banget itu."
Gia menghela napasnya berat ingin sekali dia menarik cowok itu lalu membawanya turun dan menyuruhnya pulang, dari pada mempermalukan diri sendiri. Mata Gia beralih pada dua orang yang berjalan kearahnya sambil membawa papan nomor berbentuk persegi panjang dengan angka 38. "Kalau yang itu Fa? Bucin juga gak?"
"Hm?" Ifa menoleh ke belakang, ia langsung mendengus. "Itu mah cidaha! Cinta dalam hati, geli gue lama-lama liat Salsha sok kalem di depan abang lo."
Salsha dan Reno yang berjalan beriringan dengan lagak Salsha yang malu-malu dan Reno yang biasa saja. Awalnya, Gia ingin menebus janjinya kemarin menemani Reno nonton Transformers. Tapi, karena Gia bercerita tentang Jordan pada Ifa dan Salsha dan berbuntut cerita tentang janjinya sore ini.
Lalu Salsha dengan segala caranya memaksa Gia agar dia bisa ikut nonton bareng Reno. Dan jadilah sekarang mereka sedang berada di foodcourt menghabiskan waktu karena filmnya baru mulai setengah jam lagi.
"Yaelah Fa, apa kabar gue?" Meskipun begitu, Gia tetap mendukung Salsha sepenuhnya. Selama abangnya benar-benar menyukai Salsha tidak masalah baginya.
Reno menarik kursi di sebelah Gia sedangkan, Salsha duduk di samping Ifa. "Berasa punya pacar banyak gue," canda Reno.
Ifa terkekeh. "Gue sih gak ngerasa bang, yang ngerasa samping gue nih."
Salsha mendelik, mencubit lengan Ifa lalu detik kemudian ia tersenyum anggun. Gia menghela napasnya panjang guna menahan tangannya agar tidak menyiram jucos-nya ke wajah Salsha.
Reno ikut tertawa. "Salsha kalem sih, masuk tipelah."
Gia langsung tersedak minumannya, Reno dengan sigap menepuk punggung adiknya itu. "Makanya minum lewat mulut, minum lewat hidung."
"Gak lucu!" ucap Gia sambil menepuk dadanya beberapa kali.
Salsha bersemu melihat tingkah lucu Reno ditambah lagi Reno bilang ia masuk kriteria idamannya, bahagialah Salsha sekarang. "Jangan terbang dulu, Bang Reno takut sama lo makanya bilang kek gitu." Bisik Ifa.
Salsha melirik Ifa sebal, ingin sekali ia memukuli temannya itu tapi, Salsha tidak mau kesan anggun yang dibangunnya susah payah luntur begitu saja.
"Permisi," ucap pelayanan yang meletakkan steak di meja mereka lalu mengambil nomer antrian. "Makasih kak."
"Sama-sama dek." Gumam Reno dan Salsha tersipu.
Gia mengernyit. "Punya lo Sal?"
"Ha?"
"Kita pesen satu soalnya gue udah makan ditempat teman gue, Salsha juga katanya gak laper-laper banget." Jelas Bang Reno sambil memotong daging steak itu menjadi beberapa bagian lalu mendorongnya kearah Salsha. "Lo duluan, Sal."
Kali ini giliran Ifa yang tersedak, ia menepuk-nepuk dadanya sampai batuknya reda lalu berkata, "satu garpu berdua dong?"
Reno terkekeh. "Selow aja kali, garpu doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
From The Start
Teen Fiction[ C o m p l e t e ] Feel close but, distant fact. || Pemenang Wattys 2017 Kategori The Storysmiths || Copyright 2017, Nabila Wardani - All Rights Reserved.