12 - FTS

8.8K 784 18
                                    

Dua hari terakhir setelah Jordan bertemu Audy, dia memikirkan kata-kata terakhir Audy. Nanti aku bujuk Dimas buat ketemu kalian.

Jordan mengusap wajahnya kasar tepat saat itu bel istirahat berbunyi. Dia berdecak itu artinya kantin pasti ramai. Dan dia harus mencari tempat yang sepi untuk berpikir. Benar, laki-laki itu sengaja bolos dua mata pelajaran dengan alasan ingin menenangkan pikiran. Jordan melangkahkan kakinya keluar dari kantin. Langkah ringannya membawa dirinya menuju lapangan basket yang cenderung sepi.

"Dimas," gumamnya. Jordan memilih berbaring di bawah pohon yang terletak disudut lapangan. Dia mengambil rokok dari saku celananya, menyalakan rokok itu dan menghisapnya dalam.

Jordan memikirkan beberapa tempat yang bisa jadi pernah didatangi dimana Dimas baru-baru ini. Mau tidak mau, Jordan harus mengakui dirinya sangat dekat dengan Dimas lebih dari Bima, Aldo, dan Revan. Sehingga dia bisa memperkirakan keberadaan Dimas jika memang laki-laki itu berada di Jakarta.

Ditambah lagi info yang diberikan James. Dua tahun lalu Dimas menemui James memakai seragam putih-biru. Jordan mengerutkan keningnya. Yang Jordan ingat Dimas tidak pernah masuk ketika UN.

Jordan membuang rokoknya jauh-jauh. Dia mengangguk mantap kalau benar Dimas masih di Jakarta, ada kemungkinan dia bisa menemukan laki-laki itu.

"Kalau buang putung rokok itu dimatiin dulu." suara seorang perempuan yang tiba-tiba saja menegurnya membuat Jordan menoleh ke samping, sinar matahari menghalangi pandanganya tapi, Jordan segera tahu siapa yang menegurnya ketika orang itu mendekat.

Jordan mengubah posisinya menjadi duduk bersila. "Ngapain?"

Perempuan berkuncir kuda yang tak lain adalah Gia itu mencibir. "Lo yang ngapain?"

Jordan berdecak, dia mengamati Gia yang membawa jas lab dan buku biologi ditangannya kemudian dia menarik tangan kiri Gia. "Duduk, daleman lo kelihatan itu."

Mata Gia membulat sempurna, dia menyentakan tangan Jordan dan cepat-cepat duduk.

Jordan terkekeh. "Canda elah,"

Setelah mendengar itu, Gia segera memukul kepala Jordan berkali-kali dengan buku biologinya. "Jahil banget sih jadi orang!"

Jordan tertawa lepas, dia tak menghindari pukulan Gia sama sekali. Menurutnya, Gia lucu saat malu seperti ini. "Gue serius deh, kalau gitu!"

Gia diam. Keningnya berkerut, dia berusaha menemukan kebohongan dimata Jordan. Tapi, yang ada laki-laki itu malah semakin menggodanya. "Hitam kan?"

Gia terkekeh. "Salah Pak, kalau gak lihat gak usah sok-sokan nipu gue deh!"

"Oh, sorry sorry gue salah ngomong."

Gia langsung menatap Jordan tajam. Begitu juga Jordan yang menampakan wajah seriusnya. "Pink, kan?"

Spontan Gia langsung mendorong Jordan kuat ke belakang hingga cowok itu kembali terbaring dengan gelak tawanya.

"Gue gak mau ketemu sama lo lagi!"

***

Bima mengambil baju olahraganya bertepatan itu Jordan membuka loker yang berada tepat di samping loker Bima. "Udah bolosnya?"

Jordan mengangguk. Tangannya meraih baju olahraga lalu menutup loker itu kembali. "Audy nanyain lo kemarin,"

Bima mengangguk. "Aldo cerita tadi."

"Lo kapan bisa ketemu Audy?"

"Kalau gue udah siap." Jawab Bima kalem.

Jordan menghela napasnya, dia tidak mau memaksa Bima tapi, kehadiran Bima juga penting untuk Audy. Tak lama Aldo, Revan, dan teman-teman kelasnya bergerumun datang menuju loker untuk mengambil baju olahraga.

From The StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang