"Ahelah dikunci lagi, masa iya sih gue kudu manjat pager lagi. Bodo amat yang penting gue bisa masuk." matanya mencari sesuatu yang bisa membantunya menaiki pagar yang menjulang tinggi ini. Matanya berbinar saat melihat tangga bambu didekat warung. Ia memimjam kepada pemilik warung dan mengepaskannya saat di pagar. Ia mengusap tangannya dan bismilah. Ia memanjat dengan sempurna haha ketawa jahat dah udah.
"Gimana cara turunnya ya." gumamnya saat melihat kebawah. Masa iya, ia harus loncat. Gabakal bikin kaki patah kan.
"Eh ngapain lo!" Shilla membeku ditempat saat sadar dirinya ketauan. Matanya memejam dan membuka sedikit untuk melihat siapa yang dibawah. Matanya membelalak lebar saat tau itu Nathan.
"Eh turun gak lo!" Nathan sambil menunjuk Shilla untuk turun.
Shilla menggeleng "Gak bisa turunnya."
"Lompat!"
"Oke Shilla.. Rileks.. Satu dua ti---" Shilla mengambil ancang ancang." --ga"
Brukk!
Shilla terpentok oleh sesuatu yang keras, jelas itu bukan batu karena ga terlalu keras. Seperti dada orang. Hah?! Matanya yang tadi merem langsung melotot kaget saat ia menindih Nathan dari samping. Hanya kepalanya yang bertumpu didadanya. Ia mendengar jelas jantung Nathan yang berdegub kencang. Nathan juga masih shock ditempatnya. Matanya menatap Shilla. Tak lama berselang Shilla tersadar dan berdiri dengan grasah-grusuh takut ketauan salting.
"Lo--lo nyari kesempatan dalam kesempitan banget sih!"
"Najis!" Nathan berdiri dengan membersihkan seragamnya yang kotor. Matanya memandang Shilla tajam "telat lagi lo?!"
Shilla menggigit bibir bawahnya dan mengangguk pelan. Nathan menyentakkan kepalanya.
"Lo tuh hobi banget telatan sih! Apa perlu gue pagi-pagi buta ke rumah lo buat bangunin lo yang pasti kebonya minta ampun!"
"Gaperlu! Lagian cerewet banget sih lo!" Shilla kembali melangkah namun sialnya ia tersandung batu yang cukup besar. Nathan yang melihat Shilla seakan jatuh, tangan kirinya langsung meraih perut Shilla. Adegan mereka jadi seperti belle yang tengah menari dengan beastnya.
Deg-degan! Apalagi mata mereka saling menatap masuk kedalam retina. Tak sadar jika Shilla merasakan panas pada pipinya ditatap sedekat itu sama Nathan.
Nathan yang tersadar langsung melepaskan Shilla dan berucap astagfirullah. Shilla yang hendak kehilangan keseimbangnnya memegang lengan Nathan. Shilla berdiri dan menatap Nathan garang.
"Ehemm! Sini lo!" Nathan menarik tangan Shilla dan berjalan. Shilla heran kenapa Nathan suka sekali menariknya seperti itu. Kalo lembut sih gapapa lah ini narik kayak narik kambing mau dikawinkan coba.
"Hah? kemana? Jangan macem macem ya lo!"
"Gue mau macam-macam juga pilih-pilih orangnya! Dan lo gausah banyak bacot !"
"Trus lo lo mau bawa gue kemana?"
"KUA"
"What! Ngebet nikah lo. Tapi sayangnya gue gamau tuh!"
"Ge-er banget sih! Elo telat dan harus dihukum"
"Nath lo tega sama gue. Gue yakin lo bosen ngasih gue hukuman Nath. Jadi pliisss banget jangan diterusin kalo lo cape."
"Heh ambigu! Salah sendiri telat. Aturan tetep aturan." Shilla merengut dan bibirnya mengerucut sebal. Tanpa Shilla tahu jika Nathan tengah tersenyum tipis.
"Aturan dibuat kan untuk dilanggar. Kalo gaada yang nglanggar mah buat apa peraturan." gerutunya disepanjang jalan Nathan menarik tangannya.
"Gak usah banyak bacot! Ngedumel mulu!" Shilla semakin cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
KETOS i'm sorry ! [Complete]
Teen Fiction"hehe sorry.. But i love you!" Nathan bisa gila lama-lama nih kalo ngurusin cewek bernama Shila yang notabennya adik kelas setahun dibawahnya ini. Capek sampai bingung sama kelakuan Shila yang suka bandel. Keseringan bareng cewek itu bikin Nathan ya...