part (6)

5.8K 300 1
                                    



"Bangun wei, dicari tiga biji cabe noh. Ngajak malmingan para jomblo."

"Engh.."

Zein berdecak sebal, "Ang-eng-ang-eng gue jempalitin nih. Satu dua.. Ti-ga!"

Gubrak!

"Abang!!!" Shila mengelus pantatnya yang terkena lantai. Matanya yang sedang merah karena masih mengantuk menatap tajam Zein. Zein hanya menunjukkan sederet giginya yang rapih merasa tak bersalah.

"Gue aduin mama nih, nyaho lo!"

"Eh jangan bilang sama mama elah. Kang ngadu banget sih!"

"Bodoamat gue mah cantik."

Zein mendorong pelan dahi Shila dengan telunjuknya, "Aduduuuu cantik kok jomblo neng. Gak laku ya? HAHAHAHA."

"Bangs--"

"MA SHILA NGOMONG KASAR NIH MAAA!!"

"ENGGAK MA!!! BANG ZEIN BOHONG!!" matanya menatap Zein yg keluar kamar sembari cekikikan dengan kesal.

Shila berjalan melangkahkan kakinya malas ke ruang tamu. Matanya membelalak melihat ketiga sahabatnya tengah duduk tak akur disofa.

"Kalian ngapain dirumah gue!!" jeritnya sembari mengacak ngacak rambut frustasi.

"Itu bantal-bantal yang berserakan ambil!"

Lea menampikkan cengiran minta ditaboknya mendekat ke Shila. "Hehe galak banget sih. Kan kita cuma main main."

"Malmingan yuk!!!"

"Main-main palalo pada! Gak! Gak afa malming malmingan! Gue mau tidur! Terserah kalian mau ngapain!!" Shila berjalan cepat dengan mulutnya yang masih menggerutu.

🍁🍁🍁

Manyun 7cm sambil menatap ketiga sahabatnya yang tiba-tiba menariknya dari atas kasur kesayanga untuk ikut pergi. Disinilah Shila dan ketiga sahabatnya berada. Pasar malam. Shila sempat heran ngapain coba ke pasar malam, kayak bocil aja. Bukan kenapa, Shila memang suka dengan pasar malam namun juga bisa membuatnya benci dengan pasar malam. Kenapa? Karena di pasar malam kebanyakan orang pacaran. Kan nyesek di jomblo. Shila masih merengut kesal sampai dirinya tidak sadar jika ia dan ketiga sahabatnya terpisah. Bingung. Jelas, apalagi di pasar malam ini lagi ramai-ramainya. Ia mengecek saku piyama-nya untuk mengambil ponsel.

Shit! Ponselnya tak ada. Shila menepukkan keningnya. Ia tak membawa ponsel apalagi dompet. Karena tadi saat ia tengah berbaring nyaman dikasurnya, tiba-tiba ketiga sahabatnya itu menariknya dan langsung menuju mobil milik Fera. Sebelum itu, Shila sempat meronta-ronta namun apalah dia jika 1 lawan tiga. Dia kalah, tentu saja.

"Njiir ini nasib gue begimane? Mana tuh tiga biji cabe gak keliatan lagi. Dompet gak kebawa, hape juga. Aisshh bego banget."

Kesana-kemari, bahkan audah celingukan disetiap stand. Tetep gak ketemu ketiga temannya.

"Emang laknat ya mereka ninggalin gue!"

Shila memandang dirinya sendiri, persis seperti bocah ditinggalin emaknya. Dengan masih memakai pakaian piyama bergambar cony dan sandal bulu berwarna pink yang sudah kotor.

KETOS i'm sorry ! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang