part (26)

3.9K 224 2
                                    


"Eh yakin lo mau berangkat. Gue liat muka lo pucet banget kek mayat idup." Zein berujar saat melihat wajah pucat nan lesu adiknya. Tak seperti biasanya yang rewel.

Shilla menatap tak minat Zein, dan memilih berjalan terlebih dahulu menuju mobil kakaknya.

"Bawel banget sih bang. Cepet anter gue ke sekolah."

"Iye iye. Galak banget lo lagi. Lagi dapet ya?" tanyanya saat sudah duduk dibangku kemudi. Shilla menatap kesal.

"Apasih?!"

Zein menggerutu tanpa suara. Adiknya ini seperti macan betina. Serem kalo udah marah. Mending diam daripada ngajak ngobrol.

Sepanjang perjalanan Shilla hanya diam dan sedikit terganggu dengan suara menyanyi Zein yang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

"You just want attention.. you don't want my heart.. Maybe--"

"Sshh! Brisik banget sih bang! Jelek juga!" ujar Shilla sarkatis. Zein cemberut dengan ucapan frontal Shilla. Bukannya dipuji kek meskipun suaranya emang jelek sih.

Shilla langsung turun dari mobil tatkala sudah sampai didepan sekolahnya tanpa pamit dengan Zein yang sudah menyumpah serapah karena menurut Zein, Shilla bertindak tidak sopan kepada yang lebih tua darinya. Tapi sudah biasa sih mau diapakan lagi.

Shilla menghiraukan tatapan sendu dari arah parkiran sekolah. Ia berjalan seakan-akan semuanya baik-baik saja. Berbeda dengan Shilla, cowok dari arah parkiran menatap Shilla sendu. Ia benar menyesalinya dan lihat. Shilla bahkan tak meliriknya seperti yang ia minta kemarin bahwa anggap saja tak kenal. Nathan menghela nafas berat, ini memang salahnya dan apakah dirinya patut untuk dimaafkan.

Nathan berjalan tepat dibelakang Shilla dengan mata yang selalu memandang sendu punggung Shilla. Shilla menghentikkan langkahnya dan mengelus tengkuknya. Merinding. Ia merasa seperti tengah diperhatikan dari arah belakang.

"Duh kok gue merinding sih." untuk memastikan, Shilla menolehkan kepalanya ke belakang dan matanya bertemu dengan mata seseorang yang tak ingin dilihatnya saat ini. Entah kenapa matanya mulai memanas, Shilla kembali mengalihkan kepalanya dan menghela nafas pelan. Bukankah ini yang terbaik.

🌸🌸🌸

"Shilla! Kenapa kamu melamun terus?! Fokus!" tegur pak Indra yang tengah menerangkan pelajaran bahasa inggris. Shilla menghembuskan nafasnya, dan memfokuskan dirinya dengan materi namun lagi-lagi gagal. Percakapan terakhirnya dengan Nathan selalu terngiang dipikirannya.

Tak sadar air mata luruh begitu saja melewati pipinya. Lea terkejut saat Shilla meneteskan air matanya tiba-tiba, Lea jadi khawatir.

"Lo nangis?" tanya Lea lirih takut ketauan berbicara saat pak Indra tengah menjelaskan materi.

Shilla sontak mengelap air matanya dan tersenyum paksa seakan ia baik-baik saja.

"Gue gapapa."

"Tapi lo.."

Shilla memegang pundak Lea seakan mengisyaratkan bahwa dirinya tak apa-apa. Lea mengangguk lemah, tak memaksa Shilla menjelaskannya. Karena tanpa dijelaskanpun Lea tau jika itu tentang Nathan.

KETOS i'm sorry ! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang