part (24)

4K 218 2
                                    


Shilla terheran-heran dengan sikap Nathan sehabis aksi mereka dalam mata-mata. Nathan hanya diam saja dan wajahnya tak berekspresi. Sebenarnya Shilla peka tapi tidak peka amat, apalagi saat mereka masih memata-matai Nolan dan Nadin itu. Dan Shilla juga kaget saat Nolan duam saja saat Nadin bertanya mengenai dirinya. Shilla pada saat itu juga mengamati wajah Nathan yang seperti tembok nyaris tidak ada ekspresinya, itu membuatnya bingung. Ia menyentuh bahu Nathan dan seperti biasa dengan cablaknya seakan ia menyingkirkan dulu negatif thinkingnya siapa tau belum benar kepastiannya.

"Aneh banget lo diem mulu. Sawan?" Nathan hanya menoleh dan tatapannya datar. Shilla menggigit bibir bawahnya jangan jangan ia salah ngomong.

"Sariawan kali ya." gumam Shilla lirih namun Nathan masih bisa mendengarnya apalagi dengan jarak dekat. Nathan mengabaikannya dan menaiki motornya. Nathan menoleh kearah Shilla sesaat ia telah memakai helm fullfacenya, melihat gadis itu bersiri saja membuat Nathan mendengus karena Shilla pasti tengah melamun.

"Naik." Shilla tersentak dari lamunannya, ia mengelus tengkuknya sebelum memposisikan ia duduk dijok belakang motor.

Sampainya didepan rumah Shilla yang sebelum itu selama perjalanan mengantarkan Shilla hanya berisi keheningan diantara mereka. Shilla yang masih saja tak mengerti sikap Nathan yang menurutnya berbeda. Dan Nathan yang masih memendam emosinya agar tak terlampiaskan begitu saja terhadap Shilla.

Hendak Shilla mengucapkan terimakasih, Nathan sudah melajukan motornya dan hanya mengklakson satu kali. Shilla menatap punggung Nathan yang makin menjauh, ia tertunduk lesu dan menghembuskan nafasnya pelan dari mulutnya. Sesaat lega sedikit, ia mulai memasuki rumahnya.

🌸🌸🌸


Seperti rutinitas, Nathan pagi hari sudah stay didepan gerbang. Apalagi hari ini upacara yang jelas upacara sudah dijalankan lima belas menit yang lalu. Namun matanya masih tak menemukan gadis yang membuatnya tak bisa tidur semalaman untungnya ia terbiasa. Tumben belum nongol udah jam segini? Apa jangan-jangan gak berangkat tuh bocah pikirnya.

Baru saja memikirkan gadis itu malah matanya menoleh kearah gadis yang baru saja memberikan helm ke tukang ojek lalu sedikit merapikan tatanan rambutnya. Itu dia. Entah kenapa hatinya makin tak karuan apalagi melihat gadis itu yang tengah menatapnya dan dengan ragu melangkahkan kakinya mendekat kearah Nathan.

Nathan memasang wajah datar saat Shilla menatap dirinya dengan senyuman. Nathan memperkokoh hatinya agar tak ikut tersenyum saat itu juga. Ia berdehem canggung lantas memanggil Syifa.

"Syif, lo urus tuh. Gue udah males." kening Syifa berkerut karena tak biasanya Nathan menyerahkan hukuman apa saja untuk Shilla. Biasanya Nathan yang selalu mengambil alih untuk menghukum Shilla.

Shilla ditempatnya menatap tak percaya pada Nathan. Seperti bukan Nathan.

"Eitt.. Tumben biasanya juga paling seneng kalo lo yang ngambil alih. Lah ini?" Nathan hanya mengedikkan bahunya acuh.

"Bosen." Nathan berujar dengan berbalik meninggalkan Shilla dan Syifa yang terdiam ditempat.

Syifa menatap Shilla tanda tanya yang hanya dibalas gedikan bahu. Akhirnya Syifa tak mau memperpanjang, ia menyuruh Shilla menyabut rumput dipinggiran lapangan. Shilla hanya menyanggupi.

Shilla mengelap keringat didahinya. Akhirnya tugas hukuman telah terlaksana. Shilla berdiri dan meregangkan tubuhnya yang pegal karena selama pencabutan rumput ia berjongkok terus. Ia menghbuskan nafasnya dari mulut dan mengibaskan dengan telapak tangannya hingga hawa dingin dilehernya.

KETOS i'm sorry ! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang