part (25)

3.9K 195 5
                                    


"Nathan!"

Cowok yang dipanggil merasa acuh seakan-akan ia menulikan telinganya. Nathan berjalan sedikit lebih cepat menghiraukan Shilla yang berlari kecil dibelakangnya.

Shilla tak pantang menyerah dan melajukan larinya dengan cepat. Sedangkan Nathan sudah berlari membuat Shilla memanggil-manggil supaya berhenti berlari.

"Woii berhenti dulu napa.. Gue.. Cape.."

Nathan tetap berlari dan dibelakangnya terdapat Shilla yang berlari meskipun sedikit terengah-engah.

Sial rutuk dalam hati Nathan tatkala sudah tidak ada jalan didepannya alias buntu. Lalu berbalik badan saat mendengar seseorang tengah ngos-ngosan.

"Kena kan lo?"

Matanya menyalang tajam menatap Shilla.

"Apa-apaan sih lo hah! Ngikutin gue kayak anak bebek!"

Shilla cemberut.

"Kok lo jadi ngatain gue anak bebek sihh?!!"

"Kenapa?! Ga suka!"

"Gue tuh mau ngomong baik-baik sama lo. Tapi lo malah nyolot, bikin gue ikutan nyolot! Kesel gue."

"Yaudah! Selesai kan! Minggir gue mau pulang!"

Shilla mencegah dengan memegang lengan Nathan.

"Gak! Sebelum lo jelasin kenapa lo diemin gue."

"Jelasin apa lagi!"

"Pokoknya jelasin yang harus lo jelasin ke gue!"

Nathan tersenyum miring "Lo pikir lo itu siapa?"

Skakmat. Shilla bingung mau membalas seperti apa.

"Gue.."

Merasa tak ada lanjutan dari Shilla, Nathan tersenyum sinis.

"Bukan siapa-siapa kan? See, gue gak perlu jelasin apapun."

Shilla kembali menghadang jalan Nathan saat Nathan hendak pergi.

"Tunggu. Gue bikin salah apa sama lo Nath sampe-sampe lo diemin gue gini. Jujur gue gak suka lo jauhin gue. Gue gatau salah apa sama lo sampe lo giniin gue. Makanya gue perlu tau alesan lo jauhin gue."

Nathan mendengus kesal dan menjawab perkataan Shilla dengan enteng.

"Lo mau tau? Gue udah males sama sikap lo. Gue deketin lo itu semata-mata cuma karena gue kasian sama lo. Kasian setiap hari kena hukuman. Dan karena sekarang gue udah muak sama sikap lo jadi gue akhiri. Dan anggap aja kita gak pernah kenal."

Tak terasa, air mata turun begitu saja dari pelupuk matanya. Shilla mengangguk paham dan mendongak.

"Lo jahat!"

"Gue tau gue jahat. Thanks pujiannya." jawab Nathan enteng. Lalu ia menepuk pundak Shilla sebelum berjalan pergi "Hati-hati."


Sepeninggalan Nathan, Shilla melemaskan tubuhnya hingga duduk terhempas dirumput. Air matanya langsung meluruh seketika. Pedih. Tak menyangka Nathan akan seperti itu. Ia yakin bukan itu alasan sebenarnya. Tapi kenapa?

Jatuh sendirian seperti saat ini memang aneh baginya semenjak menaruh hatinya dengan dia.

🌸🌸🌸

Bugh!

"Brengsek! Lo nyakitin Shilla bego!!" Nathan tersungkur diaspal jalan depan rumahnya setelah ia ditonjok secara tiba-tiba. Nathan memegang pipinya dan meringis pelan. Matanya nyalang menatap cowok didepannya.

"Trus?"

Bugh!

Satu tonjokan lagi mengenai pipi Nathan. Nathan mengumpat pelan dan ia yakin lebam langsung ada dipipinya.

"Hati lo dimana hah! Lo ninggalin Shilla dibelakang sekolah! Lo tau gak dia hancur saat itu dan itu karena siapa!! Karna lo tai!"

Nathan langsung berdiri sesekali memegang pipinya. Ia tak akan membalas dengan tonjokan pula karena ia sadar diri jika ia memang pantas mendapatkannya.

"Bukannya itu yang lo mau?"

Nolan menatap Nathan dengan tajam "Maksud lo apa?!"

"Bukannya lo naksir sama Shilla. Bukannya lo seneng kalo gue jauhin dia. Itu kan mau lo? Dan itu peluang 'kan buat lo."

Seketika Nolan menonjok pipi Nathan ketiga membuat Nathan kembali tersungkur. Telunjuknya mengacungkan tepat didepan wajah Nathan.

"Gue ga butuh peluang apa-apa bego!! Buat apa gue milikin Shilla kalo hatinya aja ga buat gue! Gue kadang bingung, otak lo taruh dimana Nath!!"

Nathan terdiam dengan tuturan sahabatnya.

"Gue kasih lo kesempatan lagi buat milikin Shilla. Kalo lo tetep keukeuh sama keegoisan lo, gue yang bakal ngegantiin posisi lo dihatinya."
Nolan membalikkan badannya. Teringat dengan ia memukul Nathan, ia berbalik lagi.

"And sorry gue nonjok lo karena lo pantes dapet itu." Nolan meninggalkan Nathan yang tersungkur diam. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya.

Nathan kembali memikirkan ucapan Nolan. Apakah setelah kelakuannya itu Shilla akan memaafkannya atau membencinya?

Sungguh ia baru menyesali sekarang. Tak peduli jika Shilla memaafkannya atau tidak, ia akan tetap menemui cewek itu. Ia tak mau membuang kesempatan yang Nolan berikan untuknya.

"Maafin gue Shill. Gue bego! Gue brengsek ngebiarin lo terluka sendirian. Maaf. Maaf." gumamnya lirih penuh penyesalan.

Penyesalan selalu datang diakhir. Disaat semuanya berbeda. Seperti penyesalan Nathan karena keegoisannya.

***

I'm sorry to late! Hehe gimana nih sama part ini. Pendapat dong, butuh nih wkwk. Maaf juga karena part ini lebih pendek.

Next ditunggu!

KETOS i'm sorry ! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang