part (28)

4.3K 232 0
                                    


"Bang buruaaannn!!!"

"Iya!"

Shilla mendengus dan mulai mendecakkan lidahnya karena menurutnya Zein itu cowok tapi rempong. Shilla memicingkan matanya saat melihat buket bunga mawar putih tergeletak begitu saja didepan gerbang rumahnya. Ia mengambil buket bunga mawar putih yang telah berembun dan agak kotor, tak sadar air matanya turun.

"Woi malah bengong! Cepet masuk!" seru Zein yang sudah duduk dikursi pengemudi.

Shilla mengelap pipi yang basah karena air matanya dan segera meletakan buket bunga tersebut didalam tasnya. Ia menghargai yang diberikan oleh dia meskipun hatinya masih belum ingin bertemu dengan dia.

Dalam mobil hanya keheningan yang tercipta. Bahkan Zein diam, bingung mau bertanya dengan adiknya yang pasti hanya gelengan kepala.

🌸🌸🌸

"Hahaha muka lo mirip curut hahaha gue foto nih ya trus gue kirim ke kak Daffa hahaha kocak." Lea tertawa keras padahal masih pagi tapi ia tertawa dengan wajah Fera yang penuh dengan bedak. Tentu saja perbuatannya karena Lea mengajak Fera bermain game duel otak. Dan Lea menang.

"Lele!! Jangan berani-beraninya ya lo!!" pekik Fera heboh sambil menjauhkan ponsel Lea yang tertuju kearahnya.

"Komuk lo gak banget sumpah Per. Ya lagian lo mau-maunya ditipuin Lea main game ginian." Nita tertawa.

"Ya mana gue tau kalo sih Lele jago main ginian." dengus Fera.

Detik kemudian tawa mereda saat melihat Shilla berjalan dengan lesu. Nita mengkode supaya Lea bertanya kenapa.

"Shill lo kenapa?"

Shilla menampilkan senyum tipisnya, seakan dirinya tak apa-apa. Yeah memang tidak apa-apa bukan.

"Emang gue kenapa?"

"Lo aneh kalo murung gini." Shilla tersenyum miris menanggapi. Saat Lea ingin bertanya salah satu siswa menyeru nama Shilla.

"Shill dicari kak Nolan nih."

Shilla hanya mengangguk lalu matanya beralih menatap ketiga sahabatnya.

"Duluan."

Shilla keluar dari kelasnya dan benar saja sudah ada Nolan. Ia tersenyum tipis.

"Kak Nolan kenapa? Cie yang udah balikan, ehem."

Nolan tertawa dan mengacak rambut Shilla gemas. Mulai saat ini ia akan melepaskan Shilla dan mengawali lagi dengan Nadin.

"Pansih lo bocil sok tau! Lah lo sendiri gimana udah baikan?"

Shilla tertunduk dan tersenyum miris. Bukannya baik malah nambah kesan miris. Nolan merutuki mulutnya, jelas-jelas Shilla masih belum baikan.

"Ntar lo ikut gue ya."

Shilla mendongakan kepalanya disertai dahi yang berkerut "Ngapain?"

"Jengukin Nathan."

Shilla membeku mendengar nama dia. Hatinya sesak ingin menangis. Kenapa dengan dia? Ah sial ia mulai khawatir meskipun ia masih kesal sama Nathan tapi jika Nathan kenapa-napa, ia malah menyalahkan diri sendiri.

KETOS i'm sorry ! [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang