BAB 7

426 32 5
                                    

KELUARGA Maesa, yakni Rangga, Maysha, dan Arfan sudah menduduki kursi meja makan dan mulai menyantap sarapannya.

Sejak tadi Rangga dan Maysha sama-sama melirik jam dinding yang menempel di dinding ruang makan, dan menatap pintu kamar Alana yang tak kunjung terbuka. Sedangkan Arfan menikmati sarapannya dengan sangat tenang.

"Pa, Alana kok belum turun juga, ya?" tanya Maysha pada Rangga dengan panik.

Rangga menaikkan sebelah bahunya pertanda ia juga tidak tahu. Rangga dan Maysha sama-sama menatap ke arah Arfan, hingga Arfan menyadari tatapan itu dengan merasa risih.

"Apa?" tanya Arfan dengan wajah datar.

"Alana kemana, Fan?" tanya Rangga dengan suara tegasnya.

Arfan menaikkan sebelah bahunya. "Nggak tau."

Maysha mendengus. "Kamu cek dulu, sana."

Arfan menggelengkan kepalanya. "Arfan lagi makan, Ma, Pa." Arfan tetap melanjutkan aktivitas sarapannya, menghiraukan Rangga dan Maysha yang berdecak kesal.

Tiba-tiba saja, Bi Sum, asisten rumah tangga di keluarga Maesa ini berjalan menghampiri ruang makan dengan wajah panik.

"Ada apa, Bi?" tanya Maysha yang kebingungan melihat Bi Sum.

"A-anu ... M-maaf, Pak, Bu, tadi Bibi baru saja dari kamar Neng Alana, terus...." Bi Sum terlihat kebingungan untuk menyampaikan informasi yang wanita paruh baya itu dapatkan.

"Alana kenapa, Bi?"

"Neng Alana masih tertidur ... tapi dengan wajah pucat, Pak, Bu."

Rangga dan Maysha saling menatap dengan wajah panik. Arfan turut menoleh ke arah Bi Sum karena sedikit terkejut.

Pucat? Semalam juga Alana pucat.

Arfan mengangkat bahunya tak peduli.

Rangga dan Maysha langsung berjalan--sedikit berlari menuju kamar Alana. Wajah keduanya terlihat sangat panik, takut sesuatu terjadi kepada Alana.

Mama sama Papa care banget sama lo. Lo tuh siapa, sih, sebenernya? Arfan bertanya-tanya di dalam hati.

Arfan bingung, mengapa Rangga dan Maysha sangat peduli terhadap Alana? Sebenarnya, anak Rangga dan Maysha itu Arfan, atau Alana?

Arfan hanya mendengus tak peduli. Napsu makannya berkurang sehingga ia tidak menghabiskan sarapannya.

Arfan berjalan menaiki satu per satu anak tangga untuk menuju kamarnya dan mengambil tas sekolahnya. Hari ini ia akan ke sekolah bersama Kayla, sehingga ia mengendarai motor, tidak mobil.

Ketika menuju kamarnya, ia harus melewati kamar Alana terlebih dahulu. Awalnya tidak ada sesuatu yang terjadi di sana, hanya saja di kamar Alana terlihat Rangga yang sedang memeriksanya menggunakan stetoskop.

Namun, ketika ia berjalan kembali melewati kamar Alana, tiba-tiba saja suara lembut milik Maysha yang memanggil namanya membuat langkah kaki Arfan terhenti.

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang