BAB 13

444 28 0
                                    

ARFAN berjalan mondar-mandir dengan perasaan tak karuan. Keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuhnya. Jantungnya pun berdegup dengan ritme cepat. Entah mengapa ia merasakan kekhawatiran yang mendalam.

Sama seperti Adrian yang saat ini air mukanya terlihat sangat panik dan wajahnya cenderung pucat. Arfan mampu melihat Adrian yang lebih khawatir dibandingkan dirinya.

Alana ... kenapa?

Kepala Arfan mendadak terasa sakit memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Alana. Mengapa semua yang menunggu Alana dan kabar dari Rangga ini air mukanya terlihat sangat panik melebihi dirinya? Apa suatu hal buruk telah menimpa Alana?

Arfan berjalan ke arah Maysha yang tengah terduduk seraya menundukkan kepalanya.

"Ma," ucap Arfan sambil menyentuh lembut bahu Maysha membuat wanita itu mendongak dan memperlihatkan matanya yang mulai berkaca-kaca.

Maysha melemparkan senyum tipis kepada Arfan, yang kemudian Arfan balas dengan rangkulan tangannya di bahu Maysha seraya terduduk di sebelahnya.

"Alana kenapa?" tanya Arfan yang benar-benar penasaran. "Udah dua kali aku liat Alana pingsan gini, tapi aku nggak tau apa penyebabnya."

Maysha menghela napasnya. Ia tidak tahu apakah harus memberitahu Arfan sekarang juga atau bagaimana. "Sayang ...."

Belum sempat Maysha menyelesaikan kalimatnya, pintu UGD terbuka dengan menampilkan Rangga yang mengenakan jas dokter dan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Arfan dan Maysha langsung menghampiri Rangga dengan tergesa.

Arfan mengintip ke dalam ruangan UGD dan mendapati Alana terkulai lemas dengan kabel-kabel yang menempel di tubuhnya serta suara dari alat pendeteksi jantung yang terdengar di telinga Arfan membuat Arfan semakin penasaran.

"Pa, Alana kenapa?" tanya Arfan pada akhirnya.

Rangga menepuk bahu Arfan dan melemparkan senyum menenangkan ke arah putranya itu. "Alana cuma terlalu lelah, Fan."

Arfan mengerutkan dahinya tak percaya. "Nggak mungkin, Pa! Kalian nyembunyiin apa, sih, dari Arfan?" tanya Arfan yang benar-benar penasaran.

Arfan melihat Adrian yang tengah menatap nanar ke arah Alana yang tak sadarkan diri. Matanya sudah berkaca-kaca dan terlihat rapuh dengan kondisi anaknya itu. Arfan mampu melihat Adrian yang benar-benar ketakutan jika sesuatu hal buruk menimpa Alana.

"Ada apa, sebenernya? Kenapa di sini nggak ada yang kasih tau Arfan sama sekali?" tanya Arfan melemah.

Rangga merangkul Maysha yang menundukkan kepala. Rangga dan Maysha tidak berani angkat bicara karena yang harus bercerita disini adalah Adrian. Rangga dan Maysha pun tak tega melihat Arfan yang benar-benar khawatir akan kondisi Alana.

"Alana ...."

Semua menoleh ketika pada akhirnya Adrian membuka suara. Arfan langsung menghampiri Adrian untuk menanyakan kondisi Alana. "Kenapa, Om? Alana kenapa?"

"Alana mengidap penyakit bawaan sejak lahir dan merupakan penyakit turunan. Jantung Alana rusak dan mengalami kebocoran." Adrian menjelaskan dengan tatapan nanarnya.

Arfan terkejut bukan main. Matanya terbelalak mendengar penjelasan dari Adrian.

"Alana harus melakukan transplantasi jantung. Jantung Alana bisa berhenti kapan saja. Kita harus mempersiapkan jantung baru untuk Alana secepatnya."

Arfan semakin terkejut mendengar kabar buruk tersebut. Dadanya seperti tertusuk tombak berkali-kali. "Kenapa kalian sembunyiin semuanya dari Arfan? Kalian bilang kami tunangan, tapi kenapa hal sepenting ini Arfan nggak tau?"

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang