BAB 24

359 18 0
                                    

BAGI Alana pagi ini adalah pagi yang sangat menyebalkan. Mengingat tingkah Arfan yang benar-benar membuat Alana kesal, membuat suasana hati Alana semakin turun.

Alana masih kesal dengan sikap Arfan yang menurutnya sangat kekanakan itu. Alhasil, selama di perjalanan, keduanya hanya saling diam dan wajah Alana yang ditekukan.

Arfan pun tidak ada niatan untuk membuka suara, atau setidaknya mencairkan suasana. Banyak pikiran yang terkecamuk di dalam pikiran Arfan.

Beberapa hari yang lalu saat Alana meminta izin padanya untuk mengerjakan tugas, Arfan sempat melihat Alana menaiki sebuah mobil bersama seorang laki-laki sebayanya.

Kemudian sore harinya ketika Arfan hendak membeli keperluan kampusnya, ia melihat laki-laki yang bersama Alana itu mengantarkan Alana menuju sebuah café dekat sekolahnya dulu untuk bertemu dengan Hana dan Manda.

Dan semalam ... Arfan mengintip dari celah jendela bahwa seseorang dengan mobil yang sama mengangarkan Alana pulang sampai di rumahnya. Seseorang bernama Farel--yang membuat Arfan bawaannya selalu emosi.

Arfan sendiri tidak mengerti apa maksud perasaannya. Namun satu hal yang pasti, terbesit rasa takut di benak Arfan.

Ya, takut.

Arfan takut menerima kenyataan kalau seandainya Alana jatuh pada hati orang lain selain dirinya.

Sesampainya di kampus, Alana masih dengan wajah kesalnya keluar dari mobil Arfan, bahkan tidak memberikan senyuman seperti biasanya. Jujur saja, hal ini membuat Arfan merasa kehilangan.

Alana tidak menunggu Arfan keluar dari mobil, atau sekadar mengucapkan selamat tinggal. Alana terus berjalan menuju ruang kelasnya dengan wajah yang masih ditekuk.

Alana memasuki ruang kelasnya, mendapati Olivia, Farel, dan Felix yang sudah berada di tempatnya masing-masing.

"Pagi-pagi muka udah asem aja, Na," ucap Olivia seraya terkekeh.

"Belum sarapan, ya Na? Lemes banget," timpal Farel.

Alana hanya membalasnya dengan senyum tipis dan langsung terduduk pada bangkunya. Kedua tangannya menopang kepalanya yang kembali terasa sakit. Alana hanya mampu berharap, agar dadanya tidak terasa sesak.

"Na, pulang kuliah antar gue cari kado buat adik gue, yuk!" seru Farel mengajak Alana. "Lo bantu gue pilihin kadonya, Na."

Alana menoleh, "Kenapa gue yang pilihin, Rel?"

"Karena lo cewek. Adik gue cewek, soalnya."

Alana berpikir sejenak, apakah pulang kuliah nanti ia ada kegiatan atau tidak. Ketika ia menyadari tidak ada kegiatan apapun, akhirnya Alana mengangguk mantap.

"Cie yang sekarang udah sering jalan berdua," ejek Olivia dengan nada menggoda.

Alana terkekeh, "Nggak seperti yang lo bayangin, kok, Liv."

"Kalo iya juga nggak apa-apa, kok, Na. Jadi kita bisa double date. Lo sama Farel, dan gue sama Felix. Seru, kan?" ujar Olivia yang disambut Felix dengan anggukkan kepalanya pertanda menyetujui apa yang dikatakan oleh Olivia.

Farel yang mendengarnya hanya tertawa renyah dengan senyum manis yang mengiringi.

***

"ALANA, lo jadi antar gue beli kado kan?"

Alana dan Farel berjalan di koridor kampus menuju parkiran di mana mobil Farel terparkir. "Menurut lo aja gue ngikutin lo daritadi emang buat apa? Ya buat antar lo, lah!" tanya Alana dan langsung dijawab oleh dirinya sendiri.

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang