BAB 27

389 19 2
                                    

ARFAN berjalan menaiki satu per satu anak tangga untuk mencapai teras rumah Alana. Hari ini, Alana dan Adrian akan pindah sementara ke rumahnya. Selain untuk memudahkan Rangga memantau Alana, Adrian juga ingin memantau putrinya, meskipun harus tinggal sementara di rumah sahabatnya.

Baru saja Arfan hendak mengetuk pintu, namun pintu sudah lebih dulu terbuka dengan menampilkan perempuan dengan wajah yang terpoleskan bedak dan lipgloss yang membuat kulit pucatnya menjadi terlihat samar. Perempuan itu--Alana Calista--tersenyum melihat kedatangan Arfan di rumahnya.

"Arfan! Ayo masuk," ucap Alana yang langsung menarik pergelangan tangan Arfan.

Arfan hanya mengikuti langkah kaki Alana yang membawanya masuk ke dalam rumah Alana. Arfan pun melihat Adrian yang tengah membereskan beberapa berkas--yang sepertinya berkas kantor.

"Ayah! Liat, nih, siapa yang dateng," sahut Alana dengan ceria.

Adrian pun menoleh, menatap putrinya yang tengah menggenggam tangan seorang laki-laki yang sangat ia kenali. "Oh hai, Arfan. Duduk-duduk." Adrian tersenyum melihat kedatangan Arfan. "Maaf nih ya sedikit berantakan. Om harus kumpulin berkas kantor soalnya."

Arfan tersenyum ramah dan mulai terduduk di sofa. "Iya nggak apa-apa, Om. Santai aja."

Alana pun berjalan menuju dapur untuk menyiapkan minuman untuk Arfan.

"Non, Bibi aja yang siapin minumnya ya. Non Alana tunggu di sana aja sama Bapak dan Mas Arfan," ucap Bi Yem dengan nada ramahnya untuk menawarkan diri.

Alana menjawabnya dengan gelengan dan senyuman di wajahnya. "Nggak apa-apa, Bi. Biar Alana aja."

Bi Yem tersenyum menggoda. "Non Alana pasti bikin minumannya pake hati, ya? Biar Mas Arfan tergila-gila, gitu."

Alana tertawa mendengar ucapan Bi Yem. "Bibi ini ada-ada aja. Ya aku bikin minumannya pake tangan, lah, masa pake hati. Mana bisa, Bi?"

Alana dan Bi Yem tertawa renyah di dapur yang tidak terlalu sunyi ini karena suara minyak panas terdengar ketika Bi Yem sedang menggoreng ikan.

"Alana ke sana dulu, ya, Bi. Hati-hati ikannya gosong. Daaahh!" Alana pun berjalan dengan baki berisi 3 gelas jus jeruk.

Alana meletakkan baki di atas meja yang berada di ruang tengah, dan mulai terduduk di samping Arfan.

"Cantik, map yang tadi Ayah suruh ambil di mobil mana?" tanya Adrian membuat Alana mengerutkan dahinya.

Tadi Alana memang di suruh Adrian untuk mengambil map biru yang berada di mobilnya. Lalu saat Alana berjalan ke luar, ia bertemu Arfan dan langsung menarik Arfan ke dalam. "Oh iya! Alana lupa, Ayah. Hehehehe." Alana melemparkan cengiran dengan wajah tanpa dosanya. "Alana ambil dulu, ya, Ayah."

Adrian hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Maklum, Arfan. Alana memang suka begitu kalau sudah kelewat senang."

***

"TUHKAN, apa aku bilang, Yan, Alana tuh senang tinggal di sini." Rangga tersenyum puas ketika melihat Alana yang sedang tertawa bersama Arfan di sisi kolam renang rumahnya.

Di sebelah Rangga, terdapat Maysha yang turut tertawa mendengar ucapan suaminya itu. "Kemarin-kemarin aku baru saja kerja sama bersama Alana untuk mengerjai teman perempuan Arfan yang genit banget sama Arfan. Seru, deh."

Adrian yang mendengarnya pun hanya terkekeh geli. "Alana tuh benar-benar mirip mendiang ibunya. Mungkin Tuhan sengaja memberikan Alana sikap yang persis seperti Tasya, agar aku memenuhi janjiku untuk tetap setia kepada Tasya sampai kita bertemu lagi di Surga."

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang