BAB 12

422 31 0
                                    

SUASANA kantin siang ini cukup padat membuat suhu di ruangan ini juga meningkat. Bahkan kipas angin dan AC yang menyala tak begitu terasa bagi pengunjung kantin di siang ini.

Meja-meja kantin juga terisi penuh. Antrian untuk membeli makanan pun berhasil menghambat siswa-siswi lain yang tengah berjalan dan sukses memperpadat area kantin.

"Jadi Arfan sama Kayla putus?" tanya Hana cukup keras membuat beberapa pengunjung kantin menoleh ke arahnya.

"Berisik, Hana!" seru Alana menegur Hana yang tidak bisa mengontrol volume suaranya.

"Mereka seriusan putus?" tanya Hana lagi dengan volume yang lebih pelan dari sebelumnya.

Alana menganggukkan kepalanya dan mulai meraih gelas berisi jus mangga dan menyeruputnya dengan menggunakan sedotan.

"Lumayan, tuh, kesempatan besar buat lo dapetin hati Arfan!" seru Manda dengan antusias dan diiringi dengan anggukkan Manda yang menyetujuinya.

"Ssshh." Alana berdesis. "Kalian berdua gila, apa? Nggak mungkin, lah, gue ambil kesempatan dalam kesempitan."

Tiba-tiba seorang siswa berkacamata tebal dengan kancing seragam yang dikancingkan semua berlarian di area kantin membuat risih siswa-siswi lainnya.

Hal itu mengundang Alana, Hana, dan Manda untuk memperhatikan siswa bernama Guntur yang merupakan siswa kelas sebelah.

"Hhh ... Arfan ... Arfan sama Dion ... berantem di lapangan basket utama!" seru Guntur dengan napas terputus-putus karena berlarian.

Mata Alana terbelalak mendengarnya. Ia langsung berlari menuju lapangan basket utama disusul dengan Hana dan Manda yang juga berlari di belakangnya.

Ketika sudah sampai di lapangan basket, terlihat dengan jelas siswa-siswi sudah berkumpul mengelilingi dua orang siswa yang tengah beradu mulut. Alana langsung menerobos kerumunan siswa tersebut untuk dapat melihat apa yang tengah terjadi antara Arfan dan Dion.

"Lo nggak laku apa gimana, sih?! Saking nggak lakunya, lo sampe rebut pacar orang! Ch!" Arfan mendorong bahu Dion dengan emosi.

Dion yang kini terbawa emosi berjalan mendekati Arfan dan mendaratkan bogeman mentah pada pipi kiri Arfan. Hal ini membuat Arfan mundur beberapa langkah.

"Lo nonjok gue karena lo ngerasa, kan?! Hahaha Dion ... Dion." Arfan menggelengkan kepalanya dengan senyum miring yang tersungging di wajahnya. "Bersikap seolah lo ngedukung hubungan gue sama Kayla, dan ternyata sikap lo itu sebagai ajang buat ngerebut Kayla dari gue!"

Arfan semakin emosi, akhirnya ia membalas bogeman mentah yang sempat diberikan Dion tadi kepadanya.

"Gue kayak gini karena perbuatan lo sendiri, Fan!" seru Dion yang membuat Arfan terdiam tak mengerti. "Lo jadian sama Kayla tapi lo juga tunangan sama Alana! Mau lo tuh apa, sih?!"

Emosi Arfan memuncak. Ia benar-benar tidak terima dengan perkataan Dion. Arfan berusaha menyangkal, namun apa yang dikatakan Dion memang benar adanya.

Tapi, Arfan tunangan dengan Alana, bukan atas dasar keinginannya! Ini perjodohan yang dilakukan kedua orangtuanya dan kedua orang tua Alana. Arfan hanya jadi korban disini.

"Arghh!" Sekuat tenaga, Arfan melemparkan bogeman sekuat tenaganya itu pada Dion. Membuat Dion tersungkur ke belakang bahkan sampai terjatuh.

Sudut bibir Dion sudah mengeluarkan bercak darah. Bahkan Dion sempat sedikit oleng karena Arfan memukulnya sangat kencang.

Namun hal itu tak membuat Dion menyerah, tapi sebaliknya. Dion semakin terbakar, hingga ia langsung berdiri dan hendak menyerang Arfan untuk membalas atas semua perlakuan Arfan kepada Dion ... juga Kayla.

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang