BAB 8

422 28 2
                                    

MOTOR Arfan terhenti di halaman rumahnya. Ia pulang sedikit telat karena baru saja mengantar Kayla pulang ke rumahnya.

Arfan mendengar suara Maysha yang tengah berbicara ketika ia mulai melangkah masuk. Awalnya, Arfan tak pedulu dengan siapa Maysha berbicara. Tapi dua suara yang saling balas-membalas ucapan Maysha tetdengar sangat familiar di telinganya, sehingga membuat Arfan merasa penasaran.

Arfan berjalan mendekati arah suara itu berasal. Suara itu makin jelas terdengar ketika Arfan berada di dekat ruang makan.

Kedua bolamata Arfan terbelalak kaget ketika melihat dua perempuan sebayanya yang cukup ia kenali wajah dan namanya.

Hana dan Manda. Mereka berdua adalah sahabat Alana.

"Ck!"

Udah gue duga. Alana yang nyebarin berita pertunangan ini. Emosi Arfan meninggi. Ia langsung berjalan dengan terburu-buru hendak menghampiri Alana dan memberikan pelajaran karena tak bisa tutup mulut.

Arfan berjalan menaiki anak tangga, ia hendak mencari Alana di kamarnya. Namun baru setengah jalan, Arfan melihat Alana yang baru saja keluar dari kamarnya.

Ketika Alana hendak menuruni tangga, Arfan yang setengah berlari dari arah berlawanan langsung mrncengkram tangan Alana dan mendorongnya membuat Alana kembali mundur beberapa langkah dan punggungnya yang menabrak tembok.

"Awwssh...." Alana meringis hingga matanya terpejam sejenak. Pasti rasanya cukup sakit. Tapi Arfan sangat tidak peduli.

"A-Arfan?"

"Ngapain lo bawa temen-temen lo ke rumah gue?!" tanya Arfan ketika Alana mulai menyadari bahwa orang yang mencengkram tangannya dan mendorongnya adalah Arfan.

Alana sedikit mengerutkan dahinya. "Gue nggak--"

"Buat apa bawa temen-temen lo?! Mau pamer?" tanya Arfan tak memberikan Alana kesempatan untuk menjawab.

Alana semakin mengerutkan dahinya. Pamer? Sungguh. Alana sama sekali tidak memiliki niat untuk pamer kepada Hana dan Manda.

"Asal lo tau, seumur hidup gue, gue nggak pernah bawa temen gue ke rumah!" seru Arfan dengan kesal. Arfan sudah terlanjur kesal kepada Alana. "Sedangkan lo ... baru satu bulan tinggal di rumah gue, lo udah bawa temen-temen lo ke rumah!"

"Arfan! Gue nggak--"

"Apa?! Lo seneng, kan, sekarang kalau satu sekolah tau pertunangan ini? Dengan mulut lo yang cerita ke temen-temen lo, satu sekolah tau pertunangan yang nggak pernah gue inginkan!" seru Arfan yang semakin berapi-api.

"Lo jangan pernah bawa temen-temen gue! Gue juga kaget waktu tau kalo ternyata mereka tau pertunangan ini, Arfan!" Alana membela diri. Ia terkejut dengan apa yang Arfan serukan tadi.

"Na, lo mau bikin hubungan gue sama Kayla hancur? Iya?!"

Alana menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia berusaha menetralisir emosinya yang turut memuncak. "Fan, dengerin gue dulu," ucap Alana mencoba untuk tenang.

"Apa? Apa yang mau lo jelasin?!"

"Bukan gue, Fan. Bukan gue yang nyebarin," ucap Alana menatap kedua bolamata Arfan dengan tenang dan teduh.

Arfan mendengus seolah ia tidak percaya terhadap ucapan Alana. "Alasan."

Alana mulai menatap kedua bolamata Arfan dengan mata yang berair. Ternyata rasanya sangat sakit jika Arfan tidak mempercayainya.

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang