BAB 30

497 22 0
                                    

ARFAN menatap tubuh Alana yang masih menggunakan alat bantu pernapasan di dalam ruang pemulihan. Arfan juga mendengar suara alat pendeteksi jantung yang menandakan bahwa jantung yang berada di dalam tubuh Alana berfungsi dengan baik. Arfan hanya perlu menunggu Alana hingga benar-benar pulih dan dapat dipindahkan ke ruang rawat inap.

Arfan tersenyum. Sebentar lagi ia akan kembali melihat mata indah milik Alana. Sebentar lagi ia akan kembali membawa Alana untuk mewujudkan segala mimpi-mimpinya.

Dan Arfan berjanji, bahwa ia akan menjaga Alana dan tidak akan menyakiti Alana.

***

KEPALANYA terasa sakit, jemarinya terasa lebih berat dari seharusnya. Ia merasa sedikit sulit menggerakkan jemarinya, padahal telinganya sudah menangkap suara yang ditimbulkan oleh alat pendeteksi jantung.

Perlahan-lahan, matanya terbuka dan kembali tertutup. Namun ia terus membuka matanya perlahan meskipun merasa silau karena matanya sudah terlalu lama terpejam.

Meskipun tenaganya masih belum terkumpul untuk menggerakkan anggota tubuhnya, namun matanya memiliku kemampuan untuk menatap segala penjuru ruangan ini, sampai akhirnya matanya tertuju pada seorang laki-laki yang tengah menatapnya dengan senyum lebar.

"Papa!" seru laki-laki itu dan langsung keluar ruangan.

Ia kembali memejamkan matanya, mendelik ke segala penjuru, sampai pada akhirnya beberapa orang dengan jubah berwarna hijau datang menghampiri dan mulai memeriksa tubuhnya.

Dan saat itu, ingatannya mulai timbul setelah lama tak sadarkan diri.

Ia--Alana Calista--mampu melihat senyum lebar dengan mata berkaca-kaca milik Adrian, ayahnya. Membuat hatinya terasa sangat teduh.

Adrian berdiri di balik kaca pembatas ruangan, bersama beberapa orang lain yang tentu Alana kenali. Dalam hati, Alana meneriaki nama mereka satu per satu, ingin berlari menghampiri mereka dan memeluknya erat-erat. Namun hal itu tidak mampu ia lakukan karena pengaruh obat bius yang masih sedikit bekerja. Akhirnya, Alana hanya menitikkan airmata haru, dengan tersenyum lebar di dalam hati.

Aku kembali. Aku sudah berjuang melawan maut. Aku kembali. Kembali untuk kalian dan kita semua.

***

"KAMU harus makan yang banyak biar cepet sehat. Ayo makan lagi," ucap Arfan seraya menyodorkan sendok berisi bubur yang sudah disiapkan pihak rumah sakit.

Alana tersenyum. Ia membuka mulutnya dan menerima suapan Arfan.

Alana merasa terlahir kembali, dan merasa menjadi manusia yang beruntung bisa mendapatkan kesempatan untuk kembali menatap dunia dan kehidupan baru dengan jantung baru.

"Ayo makan lagi, aku suapin, nih."

Bukannya melahap makanannya, Alana hanya terkekeh geli dan membuat Arfan mengerutkan dahinya tidak mengerti.

"Kok malah ketawa? Ada yang lucu?" tanya Arfan kebingungan.

Alana menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menahan tawa. "Aneh aja denger kamu tiba-tiba bawel gini. Perhatian juga. Biasanya, kan, cuek, ngomel mulu, nyebelin."

Arfan tersenyum tipis. "Ini bonus karena kamu lagi sakit."

Kini Alana yang mengerutkan dahi disertai sengan kerucutan di bibirnya. "Jadi aku harus sakit dulu biar kamu perhatian sama aku?"

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang