BAB 14

434 31 10
                                    

PAGI ini Alana sudah kembali masuk sekolah. Dengan diantar oleh Adrian yang juga akan berangkat kerja, Alana sampai sekolah dengan selamat.

Alana berjalan di koridor sekolah dengan ceria seperti biasanya. Sudah dua hari ia tak masuk sekolah, dan rasanya ia merindukan suasana di sekolah. Apalagi sejak kemarin Alana tidak bertemu dengan Arfan. Alana sudah pasti merindukannya.

Sesuai dengan harapan, di ujung koridor sana terlihat Arfan yang tengah berjalan menuju kelasnya. Alana tersenyum sumringah dan langsung berlari kecil untuk menghampiri Arfan, sekedar untuk menyapa laki-laki itu.

"Hey, pagi!" sapa Alana menyejajarkan langkahnya dengan Arfan.

Arfan sedikit terlonjak ketika melihat kedatangan Alana secara tiba-tiba. "Kok lo udah sekolah?"

"Udah, lah! Emang mau berapa lama gue nggak sekolah?" Alana melemparkan senyum manisnya ke arah Arfan.

Arfan masih dengan kerutan di dahinya. "Emang udah sembuh?"

"Jelas udah! Liat nih, gue baik-baik aja, kan?" tanya Alana menaikkan kedua alisnya berkali-kali masih dengan senyum manisnya. Menunjukkan bahwa ia sudah baik-baik saja.

"Sehat sih sehat! Tapi lo tetep harus minum obat, kan? Kalo nggak, yang ada lo malah drop lagi, sakit lagi, masuk rumah sakit lagi, nyusahin lagi." Arfan menatap Alana dengan tatapan sinisnya. "Makanya kalo ada apa-apa jangan ceroboh. Sampe lupa kalo obatnya abis. Nyusahin orang aja."

Meskipun nada bicara Arfan terdengar ketus, tapi Alana merasa senang. Bagaimana tidak? Dari kalimat yang dilontarkan Arfan, laki-laki itu terdengar khawatir dengan kondisi Alana. Secara tidak langsung, Arfan juga memberikan perhatiannya pada Alana.

Alana tersenyum sumringah sebagai tanggapan ucapan Arfan. "Cie perhatian," ucap Alana seraya mengusap lembut pundak Arfan.

Arfan yang tersadar akan apa yang dimaksud Alana pun membuang pandangannya ke lain arah. Jantungnya terasa berdegup lebih dari ritme yang seharusnya.

"Apa--apasih lo!" Arfan langsung berlalu dari hadapan Alana. Meninggalkan Alana di ujung koridor.

Meskipun Arfan meninggalkan Alana, Alana merasa senang. Arfan terdengar salah tingkah barusan. Entah mengapa, Alana merasa bahwa kini cintanya tak bertepuk sebelah tangan.

Ah! Memikirkannya saja membuat Alana sebahagia ini.

***

BEL pulang sekolah sudah berdering sejak 15 menit yang lalu. Tapi Alana masih berkutat dengan alat tulisnya, menyelesaikan catatan yang belum selesai ditulisnya dari papan tulis.

Sebagian siswa kelasnya juga banyak yang belum selesai menulis catatan Geografi di papan tulis. Tapi mereka lebih memilih untuk memfotonya saja kemudian akan disalin di rumah.

Alana membuang jauh-jauh cara seperti itu. Yang ada setelah difoto, bukannya disalin ketika sampai rumah, pada akhirnya foto-foto tersebut hanya memenuhi memori ponsel tanpa tersentuh atau niatan untuk menyalinnya ke dalam buku catatan.

Jadi lebih baik Alana pulang telat untuk menyelesaikan catatannya daripada catatan tersebut tertumpuk begitu saja pada akhirnya akan terlupakan.

Alhasil, Alana seorang diri di dalam kelas. Tanpa ditemani kedua sahabatnya. Hana dan Manda ... mereka sedang dilanda kesibukan masing-masing. Hana yang harus menemani sang ibu berbelanja, dan Manda yang harus menjemput sang ayah di bandara.

Alana hanya ditemani dengan semilir angin yang cukup dingin, suara rintikan hujan, cahaya kilat yang menghiasi ruangan kelas XII IPS 3, serta suara petir yang berhasil membuat bulu kuduk Alana meremang.

BianglalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang