4 [ Lisa & Kevin ]

2.4K 127 1
                                    


Lisa menguling-gulingkan badannya diatas kasur hingga membuat alas kasur itu naik berantakan. Aktivitasnya langsung terhenti begitu mendapat notifikasi pesan dari Kevin.

My Jack :

Turun. Gue didepan.

Didepan? Depan rumahnya? Ck.

Lisa mengintip kebawah dari jendela kamarnya. Benar. Kevin tengah berdiri didepan mobilnya.

Sebelum turun, Lisa merapihkan rambutnya yang terbilang cukup kusut. Hanya rambut. Tidak lebih. Toh, Kevin sudah sering melihatnya dalam keadaan rapih atau acak-acakkan sekalipun.

"Kenapa ga masuk?" tanya Lisa begitu didepan Kevin.

"Gue laper,"

"Makanlah,"

"Temenin gue ayo," ajak Kevin memelas. Bukan memelas sebenarnya, tetapi seluruh badan Kevin sedang lemas.

Lisa menatap Kevin lembut. "Gue masakin, ayo masuk." ucapnya lalu melangkah kedalam rumah.

Mendengar hal tersebut, wajah Kevin langsung berseri-seri. Bahkan sekarang ia tidak bisa menghentikan senyumnya. Beruntung sekali ia memiliki Lisa.

***

Lisa mengiris bawang merah dengan cepat karena air matanya yang tak kunjung berhenti. Ia bukan wanita yang pandai masak, ia hanya bisa membuat makanan yang simple.

Sebenarnya, berurusan dengan bawang merah adalah hal yang tidak disukainya. Tapi, karena ini semua untuk Kevin, ia akan berusaha untuk menahannya.

Kenapa gak pake bumbu jadi aja? BIG NO! Lisa itu paling ga suka sama bumbu-bumbu jadi seperti itu. Katanya ga bagus, dan hasilnya pun pasti akan terasa plain.

Ia memperlambat irisannya. Matanya tidak kuat lagi.

"Akh.." ucapnya spontan ketika ia merasa bahwa jarinya teriris pisau.

Air matanya kian deras. Matanya tidak bisa terbuka. Lisa mencoba untuk menghapus air matanya dengan tangan kirinya. Tapi, justru tindakannya salah. Matanya semakin perih dibuatnya.

Lisa merasakan badannya diputar oleh seseorang. Ia tidak tahu siapa, karena matanya masih terpejam perih.

"Jangan nangis," ucapnya SANGAT DEKAT. Kevin menghapus air mata Lisa dengan kedua tangannya, lalu meniupkankannya, mencoba untuk menghilangkan rasa perih itu.

Setelah dirasa matanya sudah lebih baikan. Lisa membuka matanya perlahan. Pertama kali dilihatnya adalah Kevin.

Sorot mata yang sebelumnya terlihat sayu karena lemas, sekarang berubah. Tegas dan khawatir bercampur.

"Tiupin," suruh Lisa dengan menaikkan sedikit wajahnya karena Kevin yang lebih tinggi darinya.

Kevin melakukan perintah Lisa. Ia meniupkan mata Lisa dengan penuh kelembutan.

"Udah," ucap Lisa menghentikan Kevin.

Suasana diantara mereka semakin canggung. Tidak ada satupun dari mereka yang ingin memecahkan keheningan tersebut.

Lisa tahu dirinya sedang diperhatikan oleh Kevin. Tetapi, ia tidak berani untuk membalasnya. Yang ia bisa hanyalah mengalihkan pandangannga ke arah lain. Lisa tahu Kevin pasti akan memarahinya karena kecerobohannya.

Kevin mengalihkan pandanganya kebawah. Ke arah jari telunjuk kiri Lisa yang berdarah.

Ia menarik lengan Lisa hingga kedepan wastafel dan mengangkat jarinya yang berdarah itu untuk dibersihkan dengan air.

Setelah bersih, ia menarik Lisa dan mendudukinya dikursi bar yang berada didapur itu, lalu ia pergi.

Kembalinya Kevin tentunya tidak dengan tangan kosong. Ia membawa kotak P3K yang berada ditangan kirinya.

Ia berdiri didepan Lisa dan membuka kotak itu. Sebelum diberi betadine, Kevin mengecup sebentar jari Lisa. Lalu dengan lembut mengobatinya.

Lisa rasanya ingin kembali menangis melihat Kevin. Lihat! Kevin terlalu manis, ia suka dengan perhatian kecil itu.

Lisa merintih pelan setelah dirasa ada sensasi dingin-perih yang mengenai lukanya.

Kevin menutup kembali kotak P3K itu. Ia menatap Lisa yang sedang menatapnya juga. Lalu ia membawa jari yang telah diberi plester itu kedepan bibirnya lagi. Ia mengecupnya lama. Harapan Kevin agar luka itu cepat sembuh.

"Jangan ceroboh lagi, kalo lo ga bisa, jangan dipaksain. Gue ga mau lo merasa tersiksa sendirian." akhirnya Kevin berbicara lagi.

Lisa menganggukan kepalanya pelan. "Lo laper.." ucapnya tak jelas. Apakah itu pertanyaan, pernyataan atau bagaimana?

"Lo kan bisa buat yang lebih simple. Awalnya gue kan ngajak makan diluar,"

Melihat Lisa yang sepertinya merasa bersalah membuat Kevin luluh. Ingin ia berbicara lebih banyak, tapi seharusnya ia mengerti oleh niat baik Lisa.

"Maafin gue," ucap Kevin memeluk Lisa yang sama tinggi dengannya.

Lisa kaget dengan pelukan Kevin. Tapi, setelahnya ia terbiasa dan membalasnya.

"Makasih udah mau buatin makanan buat gue." Kevin memeluknya erat.

Lisa hanya membalasnya dengan anggukkan. Lalu melepaskan pelukan itu.

"Kita makan diluar?" tanya Lisa.

Kevin menggelengkan kepalanya. "Udah ga laper,"

Lisa memicingkan matanya. "Ga usah bohong, mana mungkin orang kayak lo ga laper, ayo ah." ucapnya lalu menarik Kevin.

19 Februari 2017

Lisa & KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang