Hari pertama kembalinya siswa kelas 10 dan 11 bersekolah telah usai. Banyak para siswa yang mengeluh karena libur UN yang begitu cepat dan pemberitahuan ulangan kenaikan kelas yang akan dilaksanakan pada minggu depan.Lisa dan Putri beriringan berjalan keluar gerbang.
"Lo serius ga mau bareng, nih?" tanya Putri lagi memastikan.
"Iyaa Put.. Udah sana, kasian tuh supir lo!"
"Yaudah, hati-hati ya, langsung pulang inget!" setelah mengucapkan itu, Putri melangkah pergi meninggalkan Lisa yang masih menunggu angkutan.
Angkutan yang sudah ditunggu Lisa akhirnya datang juga. Tapi, melihat penumpang didalamnya yang begitu penuh membuat Lisa enggan.
Sudah dua angkot melintasinya dalam keadaan penuh. Capek menunggu, membuat Lisa memilih untuk berjalan kaki.
Sudah 15 menit dirinya berjalan, membuat kakinya sakit karena tak terbiasa. Melihat taman yang tidak jauh dari tempatnya, Lisa mutusukan untuk duduk sebentar disana. Ia menaiki ayunan yang terdapat sepasang itu.
Terbuai oleh asiknya permainan itu, Lisa tidak menyadari bahwa sedari ia berjalan dari sekolah, seseorang terus mengamatinya dalam diam.
Ayunan yang dinaiki Lisa lama-kelamaan menjadi lambat lalu berhenti. Lisa menyentuh betisnya yang masih terasa pegal. Mata Lisa yang awalnya mengarah pada kakinya kini menatap sepasang sepatu yang tiba-tiba berada didepannya.
Lisa mendongak kepalanya melihat pemilik sepatu itu. Seseorang yang amat ingin ia temui, kini berdiri hadir didepannya. Hatinya ingin memeluknya, tapi dirinya menolaknya.
Kevin tersenyum canggung. Begitu dengan Lisa yang juga ikut tersenyum.
Semilir angin sore menyejukkan hati diantara keduanya. Langit senja yang kemerah-merahan mewarnai suasana. Decitan suara burung yang menari-nari dilangit menghalau keheningan.
Kevin menatap Lisa dari bawah hingga ujung kepala. Mencoba memastikan apakah ada sesuatu yang berbeda darinya. Matanya menatap luka yang menarik perhatiannya. Luka pada lutut Lisa.
Kevin berjongkok didepan Lisa. Ia mengurung badan Lisa dengan memegang kedua pegangan ayunan. Sementara, Lisa hanya menunduk takut. Kevin tau itu. Maka dari itu, ia menghela napasnya dari dalam dengan pelan.
"Ini apa?" tanya Kevin, ia menyentuh luka kecil yang masih kering pada lutut Lisa.
Lisa menggeleng. Tak berani mengucapkan sepatah katapun. Dinginnya tangan Kevin yang menyentuh lukanya membuat Lisa sedikit merinding.
"Karena Kevin?"
Suara lembut Kevin membuat Lisa ingin menangis.
Lisa menganggukkan kepalanya pelan bak anak kecil. Kevin tersenyum gemas. Lisa polos sekali!
Kevin mengecup lutut itu. Rok sekolah Lisa yang panjangnya hanya selutut membuat Kevin mengecupnya langsung pada kulit. Lisa melebarkan matanya tak percaya.
Kevin menatap Lisa yang juga sedang menatapnya. Lagi-lagi Kevin mengecup luka yang telah kering itu berulang kali sambil mengucapkan kata 'maaf'.
Kevin melepaskan jaket hitamnya untuk menutupi paha Lisa. Kedua tangannya ia letakkan diatas paha itu.
"Maaf..."
"Maaf Kevin udah bentak Lisa, ga menghargai usaha Lisa, cuekin Lisa, ga nemuin Lisa, ga ngejar Lisa. Ma-"
"Kevin ga salah, Lisa aja yang kekanak-kanakan." potong Lisa dengan jari telunjuknya yang berada dibibir Kevin.
Kevin mengambil telunjuk itu, digenggamnya. "Jangan selalu bilang bahwa semua salah Lisa. Jangan selalu salahin sifat Lisa yang itu. Kevin ga suka."
Mata Lisa memanas, sedikit saja ia memejamkan matanya, air mata itu pasti akan jatuh.
Lisa menatap mata Kevin. Ia menggeleng. "Kevin tau itu. Kevin tau Lisa kayak anak kecil, tapi kenapa Kevin ga putusin Lisa aja!" Air matanya tak dapat dibendung lagi, mereka semua jatuh.
"Lisa..."
"Semua orang itu ga sama.."
"Kevin sering bilang sama Lisa, kalo Kevin sayang Lisa apa adanya. Kevin tau sifat Lisa, Kevin tau. Makanya.. Kevin lagi berusaha merubah sifat Kevin menjadi dewasa. Kevin ga mau Lisa berubah. Karena, Kevin yang akan merubah diri Kevin sendiri." jelas Kevin lembut. Ia memegang tangan kedua tangan Lisa yang saling meremas, mencoba untuk menguatkan Lisa.
Lisa menangis. Sedangkan, Kevin menatapnya sedih.
Tuhan, sudah berapa kali aku membuatnya menangis
Ia tetap membiarkan Lisa menangis. Karena, Kevin tahu Lisa telah memendamnya lama dan akan begitu terasa sakit jika dibiarkan terus.
Pukul 17.05. Sudah 10 menit. Lisa telah menghentikkan tangisnya. Kevin menghapus air mata itu dengan tangannya. Hanya sesegukkan yang sesekali muncul.
"Udah?" tanya Kevin menggenggam kedua tangan Lisa. Lisa mengangguk pelan.
"Mau nangis lagi?" Lisa menggeleng.
"Ngerasa capek?" Lisa mengangguk
Kevin tersenyum gemas.
"Trus Lisa maunya gimana?" tanya Kevin agak serius.
Lisa diam. Kepalanya masih menunduk. Matanya menatap kedua tangannya yang digenggam Kevin.
"Lisa masih mau putus sama Kevin?" tanya Kevin menatap Lisa sendu. Tapi, ia tetap mencoba menyunggingkan senyumnya. Walaupun semuanya terasa sakit.
Tetap tak ada jawaban. Kevin mengerti. Ia bangkit berdiri.
"Ayo pulang, udah mulai gelap." Kevin berjalan ke arah motornya.
Lisa mengangkat kepalanya menatap Kevin. Kevin pasti sedang menyembunyikan sedihnya.
2 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa & Kevin
Teen FictionMengisahkan diary cinta antara Lisa dan Kevin. Keduanya punya sifat berbeda namun saling melengkapi. Seperti Cinta, Cinta itu ada bukan diantara persamaan, tetapi tumbuh diantara kebersamaan. Kisah mereka memang begitu sederhana. Permasalahannya ju...