13 [ Lisa & Kevin ]

2K 98 0
                                    


Lisa memeluk boneka panda besarnya yang diberi Kevin pada ulang tahunnya waktu tahun lalu. Perasaanya saat ini begitu lapang. Ia lega mendengar perkataan Kevin tadi sore. Tapi, sekarang dia menjadi sedikit khawatir ketika seseorang mengiriminya sebuah pesan.

08xxx :

Asal lo tau, kadang orang yang begitu meyakinkan ialah yang akan menyakitkan.

Lisa masih menganalisis apa maksud dari sms tersebut dan siapa pengirimnya. Apakah itu adalah sebuah pesan yang tersasar atau memang diperuntukkan dirinya.

Tapi, jika ia pahami lagi dari pesan itu. Ada benarnya. Memang kadang orang yang kita yakini ataupun orang yang begitu meyakini kita, kadang pula ia yang akan menyakiti kita. Seperti kebanyak cerita dinovel dan difilm-film.

Lisa teringat Kevin. Semoga saja Kevin tidak seperti itu. Dan ia begitu yakin, Kevin menyayanginnya dengan tulus. Nalurinya jarang keliru.

***

"Papa!"

Kevin memeluk Rendi yang akan duduk dimeja makan. Sudah dua bulan papanya tidak pulang membuat Kevin begitu rindu. Mama Kevin tersenyum melihat anak dan suaminya saling melepas rindu itu.

"Sudah.. Kita sarapan dulu. Kasian Papa kamu baru pulangnya tengah malem." Kevin mengangguk dan melepas pelukannya lalu menarik kursi untuk duduk.

"Wahh enak nih hehe," mata Kevin menatap seluruh makanan.

"Iyalah, buat Papa mah spesial!" ucap Papanya membanggakan diri. Kevin hanya mendengus.

Sepertinya bapak dan anak ini akan kembali memperebutkan ibunya. Kevin memang anak yang begitu menyayangi orangtuanya. Karena ia anak satu-satunya lah, makanya dia begitu dekat dengan Papa-Mamanya.

"Kamu masih sama Lisa, Vin?" tanya Papanya. Kevin hanya mengangguk, tangannya masih sibuk menggerogoti ayam yang dipegangnya.

"Masih donggg," sahut Mamanya. Mama Kevin memang begitu menyukai Lisa yang menurutnya manis itu. Walaupun kekanak-kanakan, tapi ia tidak merasa itu hal yang perlu dipermasalahkan.

Papa Kevin terperangah. "Wah, ajak dia dong kapan-kapan pergi bareng kita."

Kevin tersenyum lebar. "Pasti!"

***

"Sa,"

"Hm?" balasnya Lisa yang sedang membaca majalah bobo sambil meminum susu kotak.

"Cariin gue pacar dongg," pinta Putri dengan mimiringkan kepalanya agar dapat menatap Lisa.

Lisa membalikkan halaman selanjutnya. "Emang Deki kenapa?"

Putri langsung menjatuhkan kepalanya diatas meja. "Ihh kok bawa-bawa Deki sih?"

"Gue tuh gak suka sama Deki asal lo tau!"

Lisa mengalihkan matanya ke arah atas buku. Ada Kevin dan Deki disampingnya yang baru saja datang.

"Ekhem," Kevin memberi kode keberadaannya.

Putri tetap cuek. Ia tahu jika itu suara deheman Kevin. Maka dari itu, ia tidak peduli dan tetap berada pada posisinya dengan kepala tertidur miring menghadap Lisa.

Lisa yang masih memegang buku langsung menidurkan bukunya dan menatap Kevin dan Putri bergantian.

"Apasih Sa, nyenggol-nyenggol aja, gue lagi bete nih!" Putri memejamkan matanya.

Lisa melebarkan matanya melihat Putri yang masih tidak peka. "Eh, Deki. Apa kabar?" ucap Lisa sengaja dibesarkan agar Putri mendengar.

"Baik, Sa." jawab Deki sambil memasang senyum yang sedikit dipaksakan.

Putri yang masih dalam tidurnya langsung merasa jantungnya terpacu kencang.

Deki? Apa jangan-jangan...

Putri langsung menegakkan badannya dan tepat didepannya berdiri Kevin dan Deki disebelahnya.

Mata Putri memanas. Bagaimana jika Deki memang mendengar semuanya?

"E-eh Kevin," sapa Putri sedikit grogi.

Kevin menatap Deki lalu kembali ke Putri. "Deki gak lo sapa?"

Putri menatap Deki.

Deki sedari tadi menatap Putri. Kali ini, tatapan mata mereka bertemu. Tanpa disadari, mata dari setiap diri mereka bercerita bahwa pemiliknya merindukan tatapan mata didepannya.

"Deki," sapa Putri. Tapi, panggilan itu seperti bukan sebuah sapaan. Seperti memang bibirnya merindukan nama itu.

Deki tersenyum sebagai balasan dari sapaan Putri.

***

"Vin, gue rasa Deki bakal salah paham deh," ucap Lisa pada Kevin yang sedang seriusnya menyetir.

"Hm."

Lisa menatap Kevin yang hanya membalasnya singkat.

"Lo kenapa sih?"

"Maksudnya?"

Lisa menyipitkan matanya. "Lo beda!"

"Sa, jangan berulah deh. Gue lagi pusing, serius." kata Kevin menatap Lisa sebentar lalu kembali menatap jalanan didepan.

Lisa menyenderkan punggungnya kasar sambil mengerucutkan bibirnya dan melipat tangannya didepan dada.

Merasa bosan, Lisa menghidupakan radio.

Tak lama, Kevin mematikannya.

"Gue gak suka dengerin radio, berisik."

Lisa menatap Kevin meneliti. Lalu, mencoba untuk berpikir positif. Mungkin Kevin memang sedang pusing. Entah karena apa.

"Gue ada belajar bersama." ucap Kevin menghancurkan keheningan itu.

"Buat UN nanti?"

"Hemm. Bulan depan udah UN, jadi temen-temen mutusin buat belajar bersama." jelas Kevin.

Lisa mengangguk mengerti.

Kembali hening.

"Gue gak bisa nemenin lo nonton kayak biasanya." ucap Kevin kembali.

"Kenapa?" Lisa menatap Kevin penuh tanya.

"Belajarnya setiap sabtu dan minggu."
ucap Kevin tetap menatap depan. Ia tahu Lisa akan bertanya seperti itu. Ia juga tidak tega melihat wajah Lisa. Lisanya pasti sedih. Makanya, dia berbicara dengan pandangan lurus kedepan.

Lisa menghela napas beratnya. Ia mengedipkan matanya berulang kali. Takut air matanya turun.

"Semoga sukses ya UN-nya,"

27 Maret 2017

Lisa & KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang