18 [ Lisa & Kevin ]

1.8K 91 0
                                    


"Trus lo bilang apa?" tanya Putri.

Lisa menggeleng. "Gue ga ngomong apa-apa.."

Flora terkejut. "Tapi, lo masih sayangkan sama Kevin?"

Lisa membenamkan kepalanya diatas meja. "Gatau ah!"

Sedangkan ditempat lain,

"Trus, Lisa jawab apa?"

Kevin menggeleng lemah. "Gue rasa dia emang mau putus,"

Deki dan Wawan melebarkan matanya. "Lo nyerah?" ucap mereka kompak.

"Baru pertama kali gue liat Kevin nyerah gara-gara seorang cewe,"

Kevin menaiki kasur Deki, sedangkan Deki dan Wawan masih menatap semua gerakan Kevin. Sepertinya mereka lupa kalau sebelumnya mereka sedang bermain PS.

"Padahal kalo gue liat masalah lo ga yang besar-besar gitu ya, Vin." ucap Wawan langsung disenggol oleh Deki.

"Gue bingung gimana lagi ngejelasin ke Lisa kalo gue ga pernah masalah sama sifatnya. Tapi, kayaknya dia ga ngerti." ucap Kevin putus asa.

Deki bangkit dari duduknya lalu duduk dipinggir kasur. "Gue yakin Lisa ngerti,"

Kevin menatap Deki yang duduk disampingnya. "Tapi-"

"Lo coba jadi Lisa. Dia itu punya alasan. Lo liat matanya. Dia itu selalu ngejelasin kalo dia selalu sayang sama lo," potong Deki.

"Lo tau ga, jadi Lisa itu berat, Vin. Orang-orang selalu frontal ke dia kalo dia yang kekanak-kanakan ga cocok sama lo yang menjadi Prince dikalangan anak cewe,"

"Bukannya Lisa meragukan lo, tapi dia cuma minta kepastian agar semakin yakin. Dia selalu dengerin lo, kalo lo perhatiin kenapa Lisa masih sama? Karena, lo pernah minta dia buat jadi Lisa yang lo kenal, 'kan?"

Wawan mengarah pada Deki. Ucapannya yang begitu dewasa, seolah sudah terbiasa memahami hal seperti ini. Sedangkan Kevin? Ia menatap langit kamar, otaknya sedang bekerja memahami semua ucapan Deki.

Tak ada yang salah. Yang salah dirinya. Bukan Lisa yang tak mengerti dirinya, tapi dirinya lah yang tak mengerti Lisa.

***

Putri menyenggol lengan kanan Lisa berkali-kali. Tapi, mata Lisa tetap fokus pada layar ponselnya, membalas chat. Namanya Putri, begitu gigih, membuat Lisa akhirnya membuka bibirnya.

"Apansih Put!! Gue lagi bales chat nih!!" maki Lisa, tangannya bergerak cepat menekan keypad.

"Ituuu.."

"Apaan?!"

"Ituuuuuu..."

"Apaan sih!!" Putri menarik dagu Lisa lurus kedepan. Mata Lisa melebar begitu melihat seseorang didepan sana.

Kevin. Bersama motor ninja hitamnya.

Lisa teringat ucapannya dulu bersama Kevin, tepatnya 1 tahun yang lalu.

"Ini mobil siapa?"

"Gue," Kevin memasangkan seatbelt untuk Lisa.

"Ninja hitam lo kemana?"

"Ga kemana-mana,"

"Kenapa?" tanya Kevin begitu melihat wajah lesu Lisa.

"Gue lebih suka naik motor," Kevin langsung menghadap ke arah depannya, lalu menjalankan mobilnya. Ia tak ingin menjawab pertanyaan Lisa.

Lisa dapat melihat Kevin tersenyum kecil padanya walaupun Kevin tetap dalam keadaan memakai helm. Sedangkan Lisa? Ia masih terdiam, entah mengapa semenjak hubungan mereka merenggang, tubuh Lisa selalu kaku ketika melihat Kevin.

"Samperin gih!!!" Lisa langsung tersadar begitu mendapat bisikan dari Putri.

"Ogah ah, lo aja sana,"

Munafik lo, Sa.

"Seriuss nih..." goda Putri. "Kesempatan ga dateng dua kali loh.."

Lisa menatap Putri jutek. Sebal karena Putri selalu menggodanya.

"Udah ah, gue mau pulang!!!" Lisa pergi menuju halte dengan kaki yang dihentakkan.

"Ishh.. Dasar gengsi-an," Putri menatap Lisa dari tempatnya, lalu matanya mengarah ketempat Kevin yang berada diseberang sana, Putri menjulurkan lidahnya. Sedikit masih kesal dengan tempo waktu itu. Setelah itu, ia pergi ketempat dimana supirnya menunggu.

***

Seperti biasa, Lisa menunggu angkot yang kosong hingga sekolah lenggang dari siswa. Kalo boleh, ia ingin membawa sepeda kesekolah. Tapi, kedua orangtuanya, Putri serta Flora tidak mengizinkan, tanpa memberitahu alasannya.

Tiba-tiba sebuah motor berhenti didepannya. Lisa memundurkan badannya, namun hal itu dicegah. Tangannya sudah dipegang erat oleh orang itu membuat Lisa terperangah.

"Naik," ucap Kevin, suaranya sedikit teredam oleh helmnya yang menutupi seluruh kepalanya kecuali bagian mata.

Lisa menatap ke arah lain. Hei, dia sedang tidak merajuk, 'kan?, seharusnya ia menolaknya bukan diam saja.

"Lisa..." Kevin menggoyang-goyangkan tangan kanan Lisa. Dan akhirnya Lisa menatap Kevin.

"Gue lagi nunggu orang," Lisa berusaha tetap cuek.

Kevin melihat kebelakangnya, "Siapa?" pandangannya kembali ke arah Lisa.

"Aliiii!!!" teriak Lisa tiba-tiba.

Matanya mengarah Ali dan teman-temannya yang berkumpul dengan motornya didepan seberang sekolah, dimana awalnya Kevin menunggu Lisa.

Kevin menatap Ali sebentar lalu kembali. "Lo ga jago akting,"

Lisa langsung menatap Kevin, sinis.

"Lo-" Lisa menarik tangannya.

Lalu pergi menuju Ali dan teman-temannya berkumpul.

"Lisa?" tanya Ali khawatir begitu melihat Lisa yang sebelumnya berlari hingga didepannya dengan mata berair.

"Ali...."

Tatapan mata Ali semakin khawatir begitu juga dengan teman-temannya yang melihat Lisa menangis.

"Lo mau anterin gue pulang, ga?" Lisa menatap Ali memohon.

2 April 2017

Lisa & KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang