24 [ Lisa & Kevin ]

1.7K 98 0
                                    

Kevin menatap nanar pintu didepannya. Perasaannya sedikit lega walaupun tak sempurna. Rasanya sedikit berat untuk meninggalkan hatinya yang masih tergantung disana. Tapi biarlah, setidaknya semua yang telah dipendamnya dapat disalurkan juga.

Ia melangkahkan kakinya pergi, bersamaan dengan suara kunci yang dibuka dari sebuah bilik. Panggilan itu kini menghentikan langkahnya.

"Kevin.." lirih Lisa.

Kevin membalikkan badannya, tapi hal itu dicegah oleh Lisa. Ia meminta agar Kevin tidak melihat dirinya yang sedang tidak baik itu.

"Maafin Lisa.." Lisa menghapus jejak air matanya. "Selama ini Lisa belum bisa percaya sama Kevin, padahal Kevin selalu ngeyakinin Lisa buat ga usah dengerin apa kata orang. Tapi Lisa selalu mengabaikan itu.."

"Lisa.." ucap Lisa ragu. "Lisa juga dapet sms kayak Kevin. Hal itu kenapa buat Lisa semakin takut kalo Kevin bakal ninggalin Lisa. Ditambah sikap Kevin yang berbeda setelahnya."

"Intinya, disini kita memang belum bisa terbuka dan memahami satu sama lain..." air mata Lisa kembali turun. Dengan cepat ia menghapus jejak itu.

Lisa mengambil napas sebanyak mungkin. Lalu menghempaskannya secara perlahan. Berusaha agar suaranya tidak parau dan tenang.

"Mungkin ini memang jalan terbaik.. Dimana yang membuat kita bisa mengintropeksi diri,"

Lisa menampilkan senyum ikhlasnya. Mencoba tegar. Lalu ia menaruh kotak makan yang berada ditangannya pada meja wastafel.

"Lisa buat bento kesukaan Kevin. Dimakan ya,"

"dan... Selamat atas kelulusannya. Semoga sukses kedepannya." usai mengucapkan itu Lisa melangkahkan kakinya keluar melewati Kevin yang masih terdiam. Semua yang Lisa ucapkan ia simak dengan hati-hati.

Kevin membalikkan tubuhnya, kearah wastafel. Lalu mengambil kotak makan itu. Mungkin ini akan menjadi makanan terakhir kali yang Lisa buat untuknya.

***

Lisa berjalan cepat melewati lorong-lorong kelas. Air matanya tak kunjung turun. Dan ia pastikan hidungnya yang berubah menjadi tomat merah akan mampat setelah ini.

Usai sudah Lisa, lupakan Kevin, batinnya bersuara.

"Lisa?"

Lisa menatap tubuh Ali yang berada didepannya. Jika saja ia lambat menghentikan langkah kakinya, dapat dipastikan tubuhnya akan menabrak Ali.

"Lo nangis?" tanya Ali sedikit membungkuk untuk memperjelas.

Lisa menggeleng sambil menutup wajahnya dengan lengan kanannya. Berusaha agar Ali tidak melihat wajah jeleknya yang telah membengkak itu.

"Kenapa sih cewek suka banget bohong?" pertanyaan Ali membuat Lisa menatapnya tajam.

Ali terkekeh. "Bercanda. Abisnya jelas-jelas lo nangis, tapi masih bilang engga,"

"Daripada lo, udah tau jelas tapi masih aja nanya!" ucap Lisa sinis. Ali mengangkat tangannya dan membentuk V pada jari telunjuk dan tengahnya. Pertanda ia menyerah.

"Mau gue hibur?" tawar Ali menatap Lisa hati-hati. Sedangkan Lisa menatap Ali tidak yakin.

***

You with the sad eyes..

Don't be discouraged, oh i realized.

It's hard to take courage.

In a world full of people.

You can lose sight of it all.

The darkness inside you.

Can make you feel so small.

..

Show me a smile then

Don't be unhappy

Can't remember when

I last saw you laughing

This world makes you crazy

And you've taken all you bear

Just, call me up

'Cause i will always be there

And i see your true colours

Shining through

I see your true colours

That's why i love you..

Lisa yang awalnya menikmati alunan suara indah Ali, tiba-tiba menatap Ali yang juga menatapnya dan menghentikan nyanyiannya.

Tatapan Lisa kepada Ali seolah mengatakan maksud bait terakhir nyanyian Ali. Sedangkan Ali menatap bola mata indah Lisa dengan dalam, seolah ia sedang menjelaskan sesuatu, tapi masih tak dimengerti Lisa.

Lisa memutuskan kontak mata itu. Ia merasakan suasana canggung. Ia juga tidak mengerti jelas apa maksud tatapan Ali itu.

Ali tersenyum miris. Ia mengambil kedua tangan Lisa yang sedang saling meremas. Tangan hangat yang begitu Ali inginkan untuk digenggam setiap saat.

Tubuh Lisa mematung. Ia merasakan sesuatu yang aneh, dan ia tidak suka itu. Ia menatap kedua tangannya yang sedang dipenuhi genggaman tangan Ali.

"Sa," panggil Ali lembut.

"sebenernya.. Selama ini gue suka sama lo.." ungkap Ali menyatakan perasaannya yang telah lama dipendamnya.

"Udah lama gue nunggu hari ini. Dimana gue bisa ngungkapin perasaan gue ke elo," ucap Ali mengakuinya.

Lisa menggelengkan kepalanya pelan, tidak percaya apa yang terjadi. Ia mencoba menarik kedua tangannya, tapi Ali semakin menggenggam kuat menahannya.

"Tolong dengerin gue dulu.." pinta Ali lemah.

"Gue tau hubungan lo sama Kevin udah berakhir.." Ali menggantungkan ucapannya.

"Lo ga perlu tanya darimana gue bisa tahu.." jelasnya yang seakan tahu arti tatapan Lisa.

"Sa," Ali menggenggam kedua tangan Lisa semakin kuat. Tatapannya kepada Lisa semakin serius. Sedangkan Lisa menatap mata Ali mencoba menebak apa yang akan diucapkan selanjutnya.

"Bolehkah gue menggantikan Kevin dihati lo?"

Ucapan yang tak terkirakan itu keluar dari bibir Ali membuat Lisa terkejut setengah mati. Lisa tak percaya, bagaimana Ali bisa dengan mudahnya menanyakan hal itu. Padahal Ali tahu cintanya ke Kevin begitu besar. Tapi, mengapa ia melakukan hal ini.

Lisa menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia menatap Ali dengan kosong. Tak percaya. Semua ini benar-benar terlalu tiba-tiba. Begitu cepat. Membuat hati Lisa terasa sakit. Ia merasa seperti sedang mengkhianati Kevin walaupun tak ada lagi hubungan diantara mereka.

Dengan kuat dan cepat Lisa menarik kedua tangannya dan berlari sejauh mungkin dari hadapan Ali. Ini semua tidak benar walaupun Ali tidak salah, karena memang tak ada yang bisa menolak munculnya sebuah perasaan pada seseorang. Tapi bagaimanapun, ia tidak suka situasi seperti ini. Seharusnya Ali juga tahu, ini semua terlalu cepat untuk cintanya yang begitu besar pada Kevin. Dan Lisa tidak mau menjadikan Ali sebagai pelampiasan semata.

12 April 2017

-------

gas woi gas..

Lisa & KevinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang