Suara dentingan sendok dan garpu pada piring menghiasi suasana ruang makan yang hening itu. Tak ada satupun yang berniat membuka bibirnya. Hingga Papanya Lisalah yang bersuara."Lisa.." ucap Papanya sambil mengakhiri makannya.
"Kevin gimana Ujiannya? Kok tumben dia ga main-main lagi kesini?"
Mamanya kini juga menatap Lisa. Menunggu jawaban yang Lisa beri. Sedangkan adiknya, ia meneruskan makanannya seolah tidak peduli oleh urusan kakaknya.
"Em.. Lancar aja kok Pa. Trus kayaknya Kevin lagi sibuk deh, kan dia harus cari-cari Universitas."
Mama dan Papanya mengangguk paham. Sedangkan Lisa mencoba untuk tenang, mempersiapkan jika orangtuanya akan kembali bertanya.
"Bukannya udah putus, kak?" tanya adiknya tiba-tiba yang telah mengakhiri makannya.
Lisa menatap tajam adiknya yang ember itu. Ia menendang kaki adiknya yang berada dibawah meja.
"Ih apaan sih nendang-nendang aja, rok aku ntar kotor!" gerutu adiknya.
Lisa menatap kedua orangtuanya yang sedang menatapnya. Seolah meminta penjelasan.
"Ah.. Reina kebiasaan kalo ngomong suka ngawur gitu." ucap Lisa dengan senyum yang dibuat buat pada adiknya.
Reina mengangkat kedua bahunya. "Emang kenyataan." ucapnya lalu meminum susu.
Lisa kembali menatap Mama-Papanya dengan cengiran. "Hehe,"
***
Hari berganti hari, minggu berganti minggu. Jika kita rasakan rasanya Bumi ini berputar begitu cepat dan semakin cepat. Tanpa juga disadari hari ini siswa kelas 10 dan 11 sudah selesai melaksanakan ujian kenaikan kelas. Begitupun kelas 12, hari ini penantian usaha mereka akan terlihat dalam bentuk hasil ujian yang sebulan lalu mereka lakukan.
Rasa cemas dan penasaran bersatu padu. Jantung seketika berdetak begitu cepat dan rasanya seperti menular kekerongkongan lalu menekan keras. Buih-buih keringat yang tanpa diminta mereka bersarang diwajah para siswa. Benar-benar hari yang mendebarkan! Sama mendebarkannya dengan menaiki tornado!
Kevin, Deki dan teman lain-lainnya sedang duduk dikantin, menciptakan momen terakhir mereka dilingkungan sekolah. Bermacam-macam hal yang mereka obrolkan. Kadang pula mereka sering mengilas balik, entah itu suasana kelas, cabut kekantin ataupun toilet, dan lainnya yang jika akan begitu panjang jika diceritakan. Bahkan, mereka tak jarang mengobrolkan tentang sifat-sifat guru, ataupun mencontoh sesuatu yang khas dari semua guru. Entah itu cara berjalannya, cara berbicaranya dan lain-lain. Selain itu, mereka pastinya juga membicarakan tentang studi mereka selanjutnya, yang pastinya membuat mereka berpencar kesana-kemari.
Bel berdering pertanda istirahat. Tapi, hal itu hanya diberlakukan untuk kelas 10 dan 11 yang saat ini hingga seminggu kedepannya berlatih untuk beberapa pentas diwisuda siswa kelas 12.
Kevin yang sedang bercanda tawa oleh teman-temannya, tiba-tiba lengannya disenggol Deki keras. Matanya memberi kode pada meja yang berada sedikit jauh disana.
Kevin yang awalnya mengaduh kesakitan langsung mengikuti arah mata Deki. Seketika tubuhnya bereaksi. Sebenarnya sebelum berangkat sekolah Kevin berdoa agar dipertemukan oleh Lisa. Dan kini rasanya doa itu telah dikabulkan. Membuat rindu yang kian membuncah itu surut sedemikian mungkin.
Semua yang ada didiri Lisa begitu ia rindukan. Tawanya, senyumnya, suaranya, wajahnya, dan semuanya. Kevin berharap Lisa tidak mengetahui keberadaannya disini, agar ia dapat memperhatikan Lisa lebih lama.
Jika doa Kevin tadi pagi terkabul, maka kini sebaliknya. Lisa yang merasa diperhatikan tiba-tiba menolehkan kepalanya. Matanya langsung bertemu dengan mata Kevin. Sejenak mereka saling menatap dalam diam. Bahkan Putri dan Flora yang awalnya sedang berbicara dengan Lisa langsung memberhentikan ucapannya, dan mengikuti kemana arah mata Lisa pergi.
Kontak mata itu saling membicarakan tentang kerinduan mereka masing-masing. Lisa juga menjelaskan segala letak kesalahannya lewat kontak mata itu, begitupun sebaliknya. Keduanya berharap jika lawannya dapat mengartikannya.
"Sa," panggilan itu membuat Lisa tersadar. Matanya membulat sempurna dan memutuskan kontak matanya dengan Kevin. Kini ia menatap Putri.
"Kalo kangen ya samperin dong," goda Putri.
Lisa mengangkat bahunya tidak peduli.
Seketika teman-teman Kevin langsung mengajak Kevin berbicara begitu ia melepaskan kontak matanya dengan Lisa, mencoba menghiburnya. Sebenarnya mereka semua tahu jika sedari tadi Kevin dan Lisa saling bersitatap. Tapi, mereka memilih cuek.
"Udah yuk balik ke papan pengumuman, bentar lagi ditempelin hasil ujiannya nih," ajak Dino.
"Liat online aja si, dasar purba lo," celetuk Wawan.
"Ga ah, ga berasa efek dag dig dug-nya."
Lalu Kevin dan semua teman-temannya meninggalkan kantin. Lisa yang awalnya menatap makanannya kini melihat kepergian Kevin. Seketika terasa hampa.
"Kenapa?" tanya Flora yang melihat wajah Lisa berubah sendu.
Lisa menggelengkan kepalanya lesu. Dan melanjutkan aktivitas makannya. Putri yang sedari tadi memperhatikan Lisa tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Jelas sekali Lisa begitu merindukan Kevin. Dan sebenarnya dirinya sama. Ia juga begitu merindukan Deki. Tapi, ia tak sanggup menatapnya, ia ingin berusaha untuk melupakan Deki. Mengapa bicara hati begitu sulit.
***
Deki menghampiri Kevin yang duduk sendirian dan ikut duduk disampingnya. Sedangkan teman-temannya yang lain sedang menunggu hasil ujian didepan papan pengumuman. Tinggal beberapa menit lagi mereka akan mengetahui hasilnya.
"Ini terakhir loh, Vin." Kevin yang disampingnya masih menatap lurus kedepan. Ia tahu maksud Deki.
"Kenapa ga lo aja," kini Kevin bersuara. Tapi ucapannya menimbulkan pertanyaan untuk Deki.
"Maksudnya?"
Kevin menatap Deki sekilas. "Lo juga munafik. Perasaan lo masih sama, tapi lo selalu bersikap cuek sama perasaan lo. Kenapa lo ga coba aja dihari terakhir ini?"
Deki menghela napas dalam. Ia menatap lurus kedepan. "Hah.."
"Karena gue selalu berpikir. Kenapa semua orang bisa baca perasaan gue, sedangkan dia engga. Itulah alasan gue kenapa gue ga butuh kesempatan kedua. Karena gue tau apa jawabannya." ucap Deki menjelaskan isi hatinya yang selama ini ia pendam.
Kevin seketika menatap Deki yang kini menundukkan kepalanya dalam. Jika dilihat, Deki lebih tegar dan dewasa dibanding dirinya. Kevin yakin, jika Deki berada diposisinya, masalah yang terjadi pada dirinya dan Lisa dapat teratasi dengan mudah.
"Tapi kita ga tau kalo ternyata dilain kesempatan ada keberhasilan yang menanti."
Deki berpikir sebentar. "Ya, tapi yang namanya cinta ga bisa lo paksain. Sekeras apapun lo berjuang, kalo lo emang ga ditakdirkan, lo ga akan pernah bersatu. Mungkin lo bisa bersatu, tapi hanya sementara." ucap Deki menohok Kevin.
"Kayak gue..." Kevin tersenyum miris.
"Bukan. Lo sama Lisa itu punya perasaan yang sama, seengganya masih ada alasan lo berjuang. Lisa itu udah bergantung sama lo, Vin. Lo bersyukur itu. Ego.. Cuma ego yang menghalangi pembatas hubungan kalian." Kevin menatap Deki. Semua ucapannya benar.
Ego-nya yang menjadi pembatas hubungannya.
11 April 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa & Kevin
Подростковая литератураMengisahkan diary cinta antara Lisa dan Kevin. Keduanya punya sifat berbeda namun saling melengkapi. Seperti Cinta, Cinta itu ada bukan diantara persamaan, tetapi tumbuh diantara kebersamaan. Kisah mereka memang begitu sederhana. Permasalahannya ju...