Dalam jangka waktu yang sangat cepat, jus jeruk yang tadi aku beli telah membasahi seragam orang di belakangku.
Oh God...
🎶
Astaga. Hari pertama masuk dan aku sudah membuat kekacauan. Aku benar-benar harus bertanggung jawab kepada orang ini. Sepertinya dia kakak kelas. Dan mukanya ... terlihat familiar.
"Astaga. Maaf banget kak," ucapku.
"Gak papa kok. Cuma jus jeruk ini." Tetap saja aku merasa harus bertanggung jawab.
"Gini aja deh kak. Kakak mau tunggu di sini atau ikut saya ambil jaket?" usulku.
"Jaket? Buat apaan?" Tanya kakak itu dengan dahi yang berkerut dan sebelah alis yang dinaikkan. Mukanya sungguh familiar. Sepertinya aku pernah melihatnya disuatu tempat.
"Buat nutupin baju kakak yang kotor lah," jawabku dengan nada yang sedikit sinis. Habis, pertanyaannya tidak begitu penting menurutku.
"Hm ... Ikut aja deh. Sekalian pengen tau lo kelas berapa."
Dan akhir nya, aku dan si kakak ini berjalan berdampingan. Namun, karena tatapan tidak suka dari para perempuan yang kulewati, aku bisa menebak bahwa si kakak ini merupakan salah satu most wanted di sekolah ini. Atau setidaknya orang yang cukup berpengaruh.
Sampailah kami di depan kelas X IPA 2. Aku meminta nya untuk menunggu di luar dan aku akan mengambilkan jaket untuk nya.
Seharusnya, yang ada di dalam tasku sekarang bukanlah jaket. Melaikan sweater. Hanya saja, dikarenakan kondisi Tata yang tidak terlalu baik, aku meminjamkan sweaterku untuk Tata. Tetapi, sepertinya Arkan ingat, bahwa aku tidak kuat dingin, dan dia meminjamkan jaket nya padaku. Sekarang, jaket nyaku pinjamkan kepada kakak tadi. Rasanya seperti terbentuk sebuah siklus.
Kemudian, aku pergi keluar kelas untuk memberikan jaket Arkan kepada si kakak tadi.
"Ini jaket nya kak," kataku.
"Lah? Bukan nya ini jaket Arkan? Lo kenal Arkan? Lo siapanya Arkan? Kok jaket nya bisa ada di lo?" tanyanya bertubi-tubi.
"Nanya nya bisa satu satu gak?" Dan nada sinisku kembali keluar.
"Oke, oke. First, lo siapanya Arkan?"
"Sahabat, sahabat nya Arkan."
"Hah?"
"Saya sahabatnya sahabat Arkan."
"Si Tata?" Aku mengangguk sebagai jawaban.
"Second, ini beneran jaket Arkan?" Dan aku kembali mengangguk.
"Third, kok jaket dia bisa ada di lo?"
"Pinjam." Kemudian dia mengangguk.
"Oke lah, gue pinjem dulu ya. Entar langsung gue balikin ke orang nya." Aku mengangguk singkat sebagai jawaban dan hampir masuk ke kelas sampai tiba tiba si kakak itu berteriak, "Lain kali kalo jalan liat ke belakang ya." Meskipun berteriak entah mengapa dia tetap tersenyum. Orang aneh. Lagipula, mana ada orang yang berjalan dengan melihat ke belakang.
Tak lama, Tata masuk dengan wajah kebingungan.
"Itu Varo kenapa dah? Kok senyum-senyum sendiri?" tanyanya.
"Varo siapa?" tanyaku dengan nada datar.
"Salah satu most wanted TarBas. Sahabat Arkan." Jangan bilang itu kakak yang tadi.
"Yang punya jambul cukup keren itu bukan?" Aku hanya berusaha memastikan, okey. Aku tidak bermaksud memuji nya. Lagipula, jambulnya memang cukup keren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anindira
Teen FictionPerpisahan dapat mengajarkan kita banyak hal *** Pada awalnya aku hanyalah anak SMA yang baru saja pindah ke Jakarta dikarenakan pekerjaan orang tua dengan harapan berjumpa kembali dengan seorang sahabat lama yang merupakan salah satu murid di sekol...