Saat hampir sampai di anak tangga terakhir. Aku benar-benar dikejutkan dengan kedatangan mereka yang sungguh tiba-tiba.
🎶
Mereka datang. Aku benci ini. Pasti akan ada hal buruk yang terjadi.
Mungkin karena merasa diawasi, mereka akhirnya memutar kepalanya menghadapku. Sedangkan aku kembali dari lamunan yang penuh kebencian.
"Dira, kemari kamu," perintah orang-yang-katanya-ayah-ku. Mau tak mau aku menurutinya.
"Kamu siap-siap untuk besok," katanya.
Hah? Besok? Ada apa dengan besok?
"Memangnya, besok ada apa?"
Dia berdeham lalu menjawab, "Kamu harus ikut kami pergi ke rumah teman kami. Acara untuk seharian."
"Tapi lusa aku ada ulangan."
"Kamu bisa belajar di sana. Anak mereka satu sekolah denganmu."
"Fine," jawabku dengan sebal.
Setelah itu, aku kembali ke kamar dan menunda acara makan. Aku baru ingat, seharus nya pada pukul tujuh Expo akan mengadakan rapat besar besaran. Dan sekarang sudah pukul enam. Untung saja, markas Expo di Jakarta cukup dekat dengan rumahku yang sekarang.
Aku mulai bersiap. Mengganti baju, mengepang rambut, dimana tas selempangku? Aku berusaha mencari nya di balik pintu dan untung nya tas itu memang berada di sana. Aku memasukkan dompet, HP, power bank, notes dan keperluan lainnya. Hampir saja aku melupakan topengku.
Untuk apa aku membawa topeng?
Mungkin kalian ingin tahu. Aku membawa topeng pada saat rapat Expo, dikarenakan aku tidak ingin menunjukkan wajahku. Semua pengurus inti juga begitu. Tetapi, jika saat rapat dengan KoRI, aku akan memakai topeng yang benar benar menutup wajahku. Jika hanya rapat Expo biasa, aku hanya memakai topeng yang menutup setengah dari wajahku.
Aku mendapat topeng ini dari Bang Rion. Bang Rion adalah sahabatku selain Tata. Seharus nya dia yang menjadi pimpinan utama Expo. Tapi ia malah meminta untuk dijadikan wakil pertama saja. Dan juga, selain sebagai sahabat, terkadang aku menganggap Bang Rion sebagai kakak laki-laki. Ia juga mengetahui masalahku dengan keluarga maksiat ini.
Saat aku mau membuka pintu, tiba-tiba orang-yang-katanya-ayah-ku menegurku, "Mau kemana kamu?" Dengan nada yang sedikit sinis.
"Rapat," jawabku singkat dengan nada yang tak kalah sinis.
🎶
Rapat ini berlangsung cukup lama. Dikarenakan apa yang kami diskusikan sekarang memang merupakan hal yang sangat penting.
Kami berniat menyelenggarakan sebuah festival. Dan atas usul Arya--yang merupakan salah satu anggota paling berpengaruh--kami menyelenggarakan festival ini dengan tema 'Fantasy' dia menyebut nya begitu.
Jadi semua nya harus berbau fantasi. Mulai dari dekorasi, makanan yang di jual, souvenir yang di jual, bahkan seragam para panitia. Yang aku pikirkan adalah dana. Apakah dana yang telah kita kumpulkan cukup?
Lalu akhirnya aku memutuskan untuk menyuarakan pikiranku.
"Bagaimana dengan dana?" tanyaku.
Dan mereka semua diam. Aku rasa total dana tidak akan cukup.
Kemudian seseorang mengangkat tangan. Ternyata dia adalah Sansa.
"Gimana kalo kita ajuin proposal festival ini ke KoRi? Terus kita nyelenggarain nya bareng mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anindira
Fiksi RemajaPerpisahan dapat mengajarkan kita banyak hal *** Pada awalnya aku hanyalah anak SMA yang baru saja pindah ke Jakarta dikarenakan pekerjaan orang tua dengan harapan berjumpa kembali dengan seorang sahabat lama yang merupakan salah satu murid di sekol...