Tap tap tap
Aku mendengar suara langkah kaki yang sepertinya berasal dari arah kanan.
Begitu aku menengok ke arah kanan, ada kehadiran dua orang manusia yang sangat mengejutkan.
"Loh? Kalian?" ujarku.
🎶
"Halo," sapa Axel. Sedangkan Alex hanya mengangkat sedikit sudut bibirnya.
Ya, dua orang yang aku maksud adalah Alex dan Axel. Si kembar yang sangat famous di TarBas maupun sekolah-sekolah lainnya.
"Hey," sapa Varo dengan gembira. Lalu Alex dan Axel menghampiri kami dan melakukan salam ala anak lelaki. Mengerti maksudku?
Setelah bersalaman ria dengan Varo, mereka berdua menghampiriku dan mengangkat lalu menahan tangannya di udara. Pose untuk melakukan tos. Kalian mengerti bukan?
Aku sempat ragu sampai akhirnya Varo sedikit mendorongku untuk melakukan tos dengan mereka berdua.
"Kalian udah kenal toh. Tapi gak ada salah nya 'kan buat kenalan lagi? Anin, kenalin ini kakak kembar kamu. Alex dan Axel. Alex, Axel, ini Anindira. Adik kalian," kata Papa.
Wow.
Aku tidak bisa berkata-kata lagi sekarang. Mempunyai kakak yang seperti Alex dan Axel itu seperti sebuah mimpi. Berarti, kejadian yang aku alami hari ini adalah mimpi yang menjadi nyata!
Tiba-tiba Varo merangkul pinggangku dengan possessive lalu berkata, "Jadi, dimana kami bisa istirahat?" Dengan nada yang sedikit jengkel.
Apa dia cemburu karena aku terlihat sangat senang begitu aku mengetahui fakta bahwa Alex dan Axel adalah kakakku? Sepertinya tidak mungkin.
"Kamar Anin ada di lorong kanan." Tangan nya menunjuk ke arah lorong yang berada di kanan. "Kamar tamu ada di sebelah kamar Alex," sambung nya.
"Alex, Axel antar mereka ke kamar. Papa masih ada urusan bisnis. Mungkin bulan depan baru pulang. Kalo mama udah pulang, tolong kenalin ke Anin," jelasnya panjang lebar. Tunggu, sejak kapan Papa juga memanggilku Anin?
Karena Papa akan pergi, kami semua salim dan mengantarkannya sampai pintu depan. Lalu kembali ke dalam.
"Jadi, ini kamar lo," kata Axel sembari membuka pintu kamar yang di cat putih.
Begitu aku masuk, nuansa hitam putih langsung menyegarkan mataku. Dengan desain modern dan sedikit elegan, kamar ini terlihat sangat keren.
"Suka?" tanya Alex. Aku mengangguk riang.
"So, gue percayain Anin sama kalian. Ibu negara sudah memanggil. Bye. Hati-hati sama mereka Anin," seru Varo tiba-tiba. Ibu negara yang di maksud adalah Mamanya, Tante Melati.
Setelah mengucapkan beberapa patah kata tadi, Alvaro bergegas pergi pulang dengan mobil BMW miliknya. Aku baru sadar, dari tadi aku belum mengganti baju seragam.
"Karena baju-baju lo masih di rumah lama lo, sementara lo pake baju gue sama Alex dulu."
Setelah mengatakan kalimat itu, aku dibawa ke ruangan di sebelah kanan kamarku, yang ternyata adalah kamar milik Axel.
Axel masuk dan mengobrak-abrik lemari pakaian miliknya. Sebentar, apa aku harus memanggil mereka dengan embel-embel 'kak'?
"Lo gak usah panggil kita pake kak," kata Alex seperti bisa membaca pikiranku tadi. Apa dia cenayang?
"Enggak, gue gak bisa baca pikiran orang," kata nya lagi. Oke, aku tidak mengerti sekarang.
"Dia bisa baca raut wajah lo," sahut Axel tiba-tiba. Kemudian, ia memberikan sebuah sweater yang tampaknya akan kebesaran jika aku pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anindira
Teen FictionPerpisahan dapat mengajarkan kita banyak hal *** Pada awalnya aku hanyalah anak SMA yang baru saja pindah ke Jakarta dikarenakan pekerjaan orang tua dengan harapan berjumpa kembali dengan seorang sahabat lama yang merupakan salah satu murid di sekol...