Alvaro 💀 : nin
Alvaro 💀 : bs ktm g?
What the...
🎶
Terima kasih kepada Tata dan Arkan serta beberapa anggota Destroyer, sekarang aku sudah berada di sekolah untuk mengikuti study tour ke Dieng.
Padahal, seharusnya aku tidak ikut. Namun, dikarenakan Tata, Arkan, Varo, Alex, Axel dan Evan yang tiba-tiba datang ke rumahku dan langsung mengobrak-abrik lemariku serta tak lupa memasukkannya kedalam koper putih kesayanganku, aku terpaksa berganti baju--tentunya tidak di depan mereka--dan mengikuti study tour sialan ini.
Penyebab aku tidak mau ikut adalah aku mempunyai bad feeling tentang study tour ini. Selain itu, aku juga sedang sangat malas.
Aku menyesal telah mengatakan yang sejujurnya perihal aku tidak ikut study tour ini. Jika aku bilang ikut tapi tidak datang, pasti aku masih bisa tidur sekarang.
Oh iya, soal Line yang Varo kirim, itu berujung dengan dia yang menjemputku untuk pergi ke taman dekat rumahnya. Dan entah kenapa taman itu terlihat sangat indah di malam hari. Sepertinya karena adanya lampu-lampu taman yang disusun sebaik mungkin dan menciptakan kesan elegan. Di sana dia meminta untuk membatalkan perjanjian yang kami buat.
Karena masih ada power point yang belum di selesaikan--dan terlalu fokus mengamati taman--aku mengiyakan permintaan nya dan pamit pulang. Tetapi dia malah mencegahku dan menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang karena merasa bertanggung jawab.
Tentu saja aku menerima tawaran itu. Aku bisa menghemat ongkos dan waktu. Terima kasih kepada Varo.
Omong-omong, presentasi kami dapat berjalan dengan lancar. Sebenarnya, setelah mengantarku sampai depan rumah, Varo malah masuk dan menawarkan bantuan untuk mengerjakan power point. Tentu saja aku tidak dapat menolak.
Jadilah presentasi yang kami berdua buat. Aku sangat senang saat mengetahui proposal kami di acc. Ini seperti mimpi yang terwujud. Aku sudah tidak bisa menggambarkan betapa senang nya diriku saat itu. Yang pasti, sekarang jadwalku akan bertambah padat.
"Anak-anak, tolong taruh barang kalian di lorong dan segera berbaris di lapangan," kata pak Aris.
Setelah kami semua berbaris, ada sedikit pengumuman dan ceramah dari pak Imam selaku kepala sekolah SMA Taruna Bangsa. Lalu, pembagian kelompok dilakukan. Untungnya, kami boleh bebas memilih kelompok. Satu kelompok berisikan delapan orang. Aku segera mengajak Tata untuk mencari kelompok. Arkan, Al, Alex, Alxel dan Evan menawarkan diri untuk satu kelompok. Itu artinya, kita kekurangan satu orang lagi.
Seketika, nama Bang Rion terlintas di otakku. Bang Rion juga merupakan siswa TarBas. Seingatku, dia di kelas XII IPS 1.
"Bentar," ucapku kemudian. Hampir semua--kecuali Alex tentunya--menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Aku berjalan cepat menuju barisan kelas XII IPS 1. Bahkan, sebelum sampai barisan itu aku sudah bertemu dengan Bang Rion.
"Bang Rion!" seruku.
Untung pendengarannya sangat sensitif. Jadi dia bisa mendengarkan panggilanku meskipun dari jarak yang agak jauh. Setelah medengar panggilanku, dia segera menghampiriku dengan sedikit berlari.
"Sudah nemu kelompok?" Pertanyaan itu langsung keluar begitu saja saat Bang Rion sampai di depanku.
"Belom dong," jawabnya kemudian melingkarkan tangannya di leherku. Dan sepertinya, ini terlihat seperti dia sedang merangkulku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anindira
Teen FictionPerpisahan dapat mengajarkan kita banyak hal *** Pada awalnya aku hanyalah anak SMA yang baru saja pindah ke Jakarta dikarenakan pekerjaan orang tua dengan harapan berjumpa kembali dengan seorang sahabat lama yang merupakan salah satu murid di sekol...