Tiba-tiba, aku merasakan seseorang menepuk pundakku dari belakang dan berkata, "Gue butuh penjelasan. Secepatnya." Orang itu mengatakannya dengan nada yang sangat jengkel. Dari suaranya, ini pasti dia!
🎶
Benar saja. Saat aku menoleh ke belakang, Tata sudah ada di sana dengan tangan yang masih berada di pundakku. Kemudian, ia duduk di bangku antara aku dan Varo, sedangkan Arkan duduk di depan nya.
Ia mengajukan permintaan yang sama, "Gue butuh penjelasan."
Setelah menarik napas, aku mencoba untuk tenang dan menceritakan dari saat orang-yang-katanya-ayah-ku memberitahukan hal mengejutkan itu, perjanjian aku dan Varo, Varo yang membatalkan perjanjian, dan pertunangan ini. Aku juga menambahkan alasan aku belum menceritakan semuanya. Yaitu karena aku belum siap.
Ekspresi yang langsung Tata tampilkan setelah aku menceritakan semuanya adakah, terkejut. Tata tampak sangat terkejut.
Setelah terlepas dari keterkejutannya, Tata langsung berdiri dari bangkunya dan memelukku dengan erat. Terdengar isakan kecil dari bibirnya.
Saat aku bertanya alasan dia menangis dia menjawab, "Abis nya, gue kira lo udah ga butuh gue jadi ga mau cerita tentang ini ke gue. Tapi gue salah. Maafin gue karena udah salah nilai lo. Padahal kita udah kenal lama."
Perkataan nya mampu membuat mataku berkaca-kaca. Setelah Tata kembali duduk di bangku nya, Arkan menghampiri nya dan menenangkan Tata. Aku masih bingung, mereka terlihat saling menyukai satu sama lain. Tetapi mengapa mereka tidak bersama.
Usapan seseorang di bahuku mampu membuatku terkejut untuk yang ke sekian kalinya di hari ini. Pelakunya adalah Varo tentu saja.
"Gue tau lo mau nangis. Mendingan kita ke deket toilet aja. Lo boleh nangis sepuasnya di sana," bisik Varo.
Bagaimana? Bagaimana ia bisa tau bahwa aku ingin menangis?
Mungkin aku terdengar seperti perempuan yang sangat cengeng. Itu ada benarnya. Aku memang mudah menangis. Ini dikarenakan dulu, saat aku masih duduk di bangku SMP aku selalu menangis tiap malamnya. Oke, itu memang alasan yang sungguh tidak masuk akal. Intinya, aku suka dan mudah menangis.
Setelah menimang-nimang cukup lama, aku memutuskan untuk mengikuti saran Varo. Kami izin untuk pergi ke toilet.
Sampai nya di depan toilet, aku sudah tidak dapat membendung air mataku lagi. Aku menangis di depan orang lain untuk kedua kalinya. Kenapa aku harus menangis di depan seorang Varo? Kenapa harus dia di antara ribuan manusia?
Sepertinya aku terlihat menyedihkan sekarang. Dengan posisi tangan yang digunakan untuk menutupi wajah. Juga bahu yang terus bergetar, aku terlalu menunjukkan bahwa aku sedang menangis.
Tangisan ini juga merupakan pelampiasan atas kesedihan yang disebabkan oleh kemarahan Bang Zaidan waktu itu. Tentu saja aku tidak berani menangis di depan Bang Zaidan. Jika ia tahu, aku malah akan tambah kena marah.
Namun tiba-tiba, Varo memelukku. Ia mengusap rambutku dengan lembut. Aku sempat kaget mendapat perlakuan seperti ini. Namun, aku tetap membalas pelukannya. Aku merasa aman di pelukannya. Dan lagi lagi jantungku berdetak dengan sangat kencang.
🎶
Sekarang sudah hari senin lagi. Semenjak kejadian aku yang menangis di pelukan Varo, aku jadi menghindarinya. Aku tidak tahu apakah dia menyadarinya atau tidak.
Yang penting, sekarang di antara aku dan Tata sudah tidak ada rahasia lagi.
Seperti biasa, hari senin itu berarti dilaksanakannya upacara bendera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anindira
Fiksi RemajaPerpisahan dapat mengajarkan kita banyak hal *** Pada awalnya aku hanyalah anak SMA yang baru saja pindah ke Jakarta dikarenakan pekerjaan orang tua dengan harapan berjumpa kembali dengan seorang sahabat lama yang merupakan salah satu murid di sekol...