[d e l a p a n]

154 12 0
                                    

Saat aku hendak mengangkat tanganku dari atas kepala nya, tangan nya mencekal lengan ku—tapi entah kenapa tidak terasa sakit—dan mengatakan sesuatu yang membuatku benar-benar terkejut.

🎶

"Biarin gini dulu Nin," katanya.

Lah?

Sepertinya dia sedang mengigau.

"Gue ga ngerti kenapa, tapi lo bener-bener bikin gue tertarik Nin," lanjutnya.

Sepertinya Varo benar-benar sedang mengigau. Dugaanku benar. Perlahan, ia mulai melepaskan cekalannya dan sepertinya kembali tertidur.

Jadi aku juga memutuskan untuk tidur tanpa memikirkan kata-kata nya tadi. Tapi ternyata itu sangat sulit. Lebih sulit dibanding dengan yang kubayangkan.

Ah, bagaimana ini?

Sepertinya, pergi ke luar dan menghirup udara segar akan menenangkan pikiranku. Kemudian aku bangkit dari kasurku dan pergi menuju pintu keluar. Tak lupa, sebelum itu aku sudah mengambil jaket yang tadi aku bawa.

Aku mencoba menebak di mana pintu keluar. Setelah mencari nya dengan susah payah, akhirnya aku menemukannya.

Sepertinya aku berada cukup lama di luar sini. Udara nya sangat dingin. Namun, tiba-tiba ada sesuatu benda hangat yang menempel di pipiku.

Ternyata, itu adalah segelas teh manis yang dibawakan oleh Varo. Tampak nya ia masih setengah mengantuk.

"Kenapa ga duduk?" tanyanya tiba-tiba.

"Eh?" Dan kemudian aku refleks untuk duduk di sebelah nya. Lagi pula, sejak kapan dia duduk di sana?

"Masih kedinginan?" tanyanya lagi.

Aku mengangguk. Lalu Varo memakaikan jaket yang tadi ia bawa kepadaku. Walau hanya disampirkan di bahu, tetap saja membuat diriku merasakan hal aneh di bagian organ jantungku.

Aku teringat tentang perjodohan itu. Apakah aku harus membahasnya sekarang?

Setelah menimang-nimang cukup lama, aku memutuskan untuk menanyakan hal ini kepadanya.

"Varo," panggilku. Dia menghadap kepadaku dan mengangkat sebelah alisnya.

"Soal perjodohan itu, itu benar-benar tidak bisa di batalkan?" tanyaku.

Sepertinya dia sedang berpikir. Tak lama, dia memberikan jawaban nya.

"First, tolong ngomongnya gak usah terlalu baku. Second, kita bisa aja batalin. Itu kalo kita mau. Tapi gue gak mau." Jawaban yang Varo berikan cukup membuatku terkejut.

Ia melanjutkan, "Sebenernya, gue ga tau harus ngasi tau ini ke lo apa engga. Tapi gua rasa, ga ada salah nya gue ngasi tau ini ke lo." Varo berhenti sebentar untuk mengambil napas dan berdeham.

Kemudian Varo kembali melanjutkan. "Sejak pertemuan kita yang entah ke berapa, gue mulai tertarik sama lo. Tapi gue ga tau gue udah masuk sampe tahap sejauh mana."

Setelah mengatakan itu, Varo tersenyum singkat dan kembali ke kamar. Sepertinya.

Setelah Varo benar-benar hilang dari pandanganku, aku mulai melamun. Lagi pula, ada apa dengan jantungku hari ini? Kenapa jantungku jadi berdetak sangat kencang?

Kantuk mulai kembali menguasaiku. Sepertinya lebih baik aku kembali ke kamar dan melanjutkan tidurku.

🎶

Tak terasa, waktu berjalan dengan sangat cepat. Tiga hari sudah berlalu. Itu artinya, besok kami akan kembali masuk sekolah. Kegiatan study tour ini telah usai.

AnindiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang