chapter 15

1.3K 95 0
                                    

Dengan tangan gemetar Sisi mencoba memasangkan cincin di jari manis Randy, enatahlah rasanya ada sudut hatinya yang tak rela.

"Sisi stop!!!!!!!"

Suara jeritan tante Ana membuat konsentrasi Sisi buyar, cincin yang sedari tadi ia pegang jatuh entah kemana. Bukan, bukan suara tante Ana yang membuatnya seperti orang linglung tapi laki-laki yang berdiri mematung dengan luka memar di wajahnya.

Kaki Sisi rasanya melemas saat Digo berjalan ke arahnya dengan sedikit tertatih karena menahan nyeri di perutnya, tidak ada kata bisa keluar dari bibir keduanya hanya sorot mata penuh kerinduan.

"Kenapa Si, kenapa kamu mau ninggalin aku dan memilih lelaki lain?, ga bisa kah kamu sabar nungguin aku sekali lagi?"

Digo bertanya pada Sisi yang hanya bisa mematung, dengan air mata yang sudah mengalir di pipi mulusnya.

Digo menggenggam tangan Sisi, di pandangnya lekat-lekat wajah jelita gadisnya. Lelaki itu yakin masih ada rindu untuknya. Tatapan Sisi masih sama, selalu bisa menyamankan dan yang terpenting cinta itu masih ada dan akan selalu begitu.

Plakkk

Sisi menampar pipi kanan Digo

"Gue yang harusnya tanya sama lo Digo, buat apa lo datang lagi di saat gue ingin bahagia dengan orang lain?, apa tujuan hidup lo emang cuma mau nyakitin gue?"

Tangis Sisi pecah, rasanya ia sudah sangat berusaha membenci lelaki di depannya dengan sekuat tenaga. Tapi kenapa cinta sialan ini masih saja mengakar kuat di hatinya. Sihir apa sebenarnya yang Digo punya.

"Ga Sisi, bukan seperti itu. Aku punya alasan untuk kejadian malam itu"

"Tapi sayangnya alasan itu udah ga ada artinya Digo, karena ga akan  merubah apapun. Cinta gue buat lo udah lama mati" Sisi berusaha membentengi dirinya, ia tak mungkin mengecawakan lelaki sebaik Randy.

Cuuppp

Tanpa di duga Digo malah mendaratkan bibirnya di bibir kenyal milik Sisi.

"Selalu aja salah paham dan ga sabar nunggu penjelasan dari aku"

Digo menarik Sisi kepelukannya, walaupun gadis itu berulang kali meronta minta di lepaskan namun tenaga Digo lebih besar.

Sementara Randy hanya diam mematung menyaksikan drama live di depannya, ia sudah tahu jika suatu saat ini pasti akan terjadi. Alasan utama Randy mempercepat tunangan mereka adalah kembalinya Digo. Lelaki itu sudah tahu sejak sebulan yang lalu bila Digo ada di Jakarta dan sedang mencarinya.

"Lo pikir gue ini halte yang bisa lo singgahi kapanpun lo mau dan lo tinggalin sesuka hati lo,hahh?"

Sisi memaki Digo dengan emosi yang membuncah, di pukulnya berkali-kali dada lelaki yang kini merengkuhnya.

"Pukul lagi sayang, pukul sepuas kamu. Aku rela asal kamu mau maafin aku" bukannya menghindar Digo justru meraih jemari Sisi agar memukulnya lagi.

"Pergi Digo, tolong tinggalin gue. Anggap aja kita ga pernah saling kenal"

Sisi berdesis lirih, di hapusnya air mata yang berdesakan di pelupuk matanya. Sudah cukup rasanya ia di permainkan oleh cinta monyetnya. Dan tidak untuk kali ini.

Seolah tuli, Digo masih berdiri angkuh tanpa berniat untuk pergi.

"Oke klo lo ga mau pergi, biar gue yang pergi"

Digo menatap Sisi yang sudah siap melangkahkan kaki mungilnya.

"Si,,,, Vanny uda ninggalin aku buat selamanya, ga bisakah kamu bertahan sekali lagi buat aku?"

-DESTINY-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang