chapter 8

1.3K 125 1
                                    

Selamat tinggal Bandung,,,

Selamat tinggal masa lalu..

Selamat tinggal Digo Andrean..

5 tahun kemudian....

Hingar bingar musik yang memekakan telinga tak membuat gadis cantik itu berhenti berceloteh dengan teman2nya, sampai suara lengkingan yang tak kalah memekakan kuping mengintrupsi kegiatan mereka.

"Sisiliana Fellisa sampai kapan kamu mau nongkrong ga jelas di sini?"

Riana Marzetta, adik dari mendiang ayah Sisi yang sudah merawat dan menjaga Sisi sejak ayahnya tiada hingga kini ia bekerja di salah satu RS di Jakarta.

"Ya ampun tante, ngapain sih sampe nyusulin aku ke sini?, kan tante bisa telpon" Sisi meringis melihat tante Ana berkacak pinggang menatapnya.

"Telpon kamu bilang? udah berapa puluh kali tante telponin kamu, tapi ga kamu angkat" tante Ana menjewer kuping Sisi gemas. Namun Sisi malah cengengesan.

"Maaf tan aku ga denger, suer deh" Sisi mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

"Makanya punya kuping tuh di pake buat denger yang positif, bukan musik ga karuan kaya gini kamu dengerin"

Sisi dan teman-temannya tertawa membuat tante Ana menggelengkan kepalanya.

"Ya ampun Si, tante lo kaya ga pernah muda aja!" Celetuk Tino,,salah satu teman Sisi

"Lagian kita kan ga macem- macem tan di sini, cuma kongkow-kongkow doang" ucap Rissa membela diri, namun langsung mendapat pelototan tajam dari tante Ana

"Lo mendingan pulang deh Si, sebelum tante sexy lo ini marah2 kaya kemaren" Vera sahabat Sisi segera menengahi perdebatan mereka.

"Ya uda deh, gue duluan ya.. bye semua..muuaaccchhh"
Sisi melemparkan kiss bye dan segera berlalu bersama tante Ana yang masih mendumel tak jelas.

***********

"Kamu kenapa sih sayang belakangan ini sering banget nongkrong di tempat kaya gitu? Kamu inget kan profesi kamu itu apa" suara lembut tante Ana membuyarkan lamunan Sisi

"Ga kenapa2 ko tante, i'm fine dan akan selalu begitu"

Tante Ana tersenyum tipis, ia tau banyak luka yang di simpan oleh keponakan kesayangannya ini, namun Sisi terlalu enggan berbagi dengannya, karena Sisi tau tante Ana juga menyimpan luka yang sama. Dulu ia pernah di tinggalkan calon suaminya tepat di hari pernikahannya. Itulah sebabnya sampai saat ini dia betah menjomblo dan memilih merawat Sisi seorang diri.

Tak ada lagi yang bersuara, ke dua wanita cantik beda generasi ini larut dalam lamunannya masing-masing, bahkan saat mereka sudah sampai di rumah mininalis berpagar hitam yang 2 tahun terakhir ini mereka tinggali.

"Tidur yang nyenyak sayang, semoga esok lebih indah dari hari ini" kalimat manis dari tante Ana mengakhiri lelah Sisi hari ini.

**********

OMG......kenapa Jakarta pagi ini lebih macet dari biasanya, duh bisa-bisa gue telat!!

Sisi berkali2 melirik jam yang melingkar di lengannya. Sebagai seorang dokter harusnya ia disiplin, tapi lagi-lagi gadis cantik ini bangun kesiangan.

"Good Luck ya sayang, nanti sore tante jemput kamu"

Sisi melambaikan tangannya saat mobil tante Ana, berbalik meninggalkannya di depan gerbang RS tempatnya bekerja.

"Oke tante, emmuach" Sisi melambaikan tangannya dan segera berlalu

Fiyyuuuh akhirnya sampe juga, dan seperti biasa gue harus ngerapiin penampilan gue. Walaupun gue dokter, tapi tetep aja gue harus tampil cantik dan modis.

"Pagi cantik"

Gue menoleh ke asal suara, dan Dr. Randy sudah bersender di depan pintu, tangannya ia masukan ke dalam saku celana. Perlu kalian tau Dr. Randy adalah dokter paling tampan di sini, banyak fans nya dari sesama dokter, suster bahkan pasien pun ada. Bukan hanya tampan tapi ia juga anak pemilik RS tempat gue bekerja.

"Pagi juga tampan"

Dr. Randy tersenyum senang mendengar jawaban Sisi, pasalnya baru pertama kali ini gadis itu memujinya tampan.

"Si, aku harap siang ini kamu ga punya alasan lagi buat nolak ajakan makan siang dari aku, karena ini perintah"

"Kalo gue nolak?" Sisi bersidekap dada menatap lelaki di depannya.

"Kamu akan dapet hukumannya"

"Dasar pemaksa" Sisi mengerucutkan bibirnya lucu.

Tangan sang dokter terulur mengacak rambut Sisi gemas.

"Ishhh,, rambut gue jadi berantakan pak dokter"

"Kamu selalu cantik dalam keadaan apapun Si"

"Gombalan murahan"

Randy dan Sisi terkekeh bersama, sampai suara seseorang mengintrupsi kegiatan mereka.

"Dokter Sisi, lo di panggil pak Reza ke ruangannya" kepala Nadin, menyembul di balik pintu ruangan Sisi.

"Ada apa ya Ndin big boss manggil gue?" Sisi menatap Nadin yang mengangkat bahunya acuh, pertanda tak tahu dan segera berlalu.

Sisi segera memakai jas dokter kebanggannya, entah kenapa hatinya berdebar tak menentu.
Randy yang menyadari kegugupan Sisi, segera menyentuh bahu gadis itu menenangkan.

"Kamu tenang aja ga usah gugup kaya gitu, pak Reza kan cuma manggil kamu bukan nyuruh kamu bedah perut kodok"

Sisi tersenyum tipis mendengar candaan Randy dan segera bergegas ke ruang pak Reza.

*********

PHK......

Tak sedikitpun terlintas dalam fikiran Sisi, ia di berhentikan dari RS tempatnya bekerja.

Ternyata inilah yang membuat jantung gadis itu berdebar saat bertemu dengan pak Reza.

Bahkan Randy pun tak bisa menolongnya kali ini, karena sudah banyak kesalahan yang Sisi buat dan sudah berulang kali juga Randy selalu ada di barisan paling depan untuk membelanya jika Sisi dalam masalah, namun sepertinya dewi Fortuna sedang enggan mendekatinya kali ini.

"Pa maafin Sisi, Sisi janji akan secepatnya dapet kerjaan baru walaupun bukan jadi dokter seperti yang papa mau" Sisi mendekap figura yang berisi foto orang tuanya. Ada air mata yang mengalir di pipi mulusnya. Ia merasa gagal mewujudkan keinginan sang ayah.

"Sayang uda dong jangan sedih mulu, tante kan jadi ikut sedih" tante Ana mengelus rambut Sisi sayang.

"Oia kalo kamu mau, tante punya temen yang lagi nyari dokter pribadi buat anaknya"

Sisi mendongak mendengar ucapan tantenya, kepalanya mengangguk tanda setuju.

"Aku mau ko tante, emang anaknya umur berapa terus sakit apa?" Sisi bertanya antusias

"Umurnya 6 tahun, kalo soal sakitnya apa, tante juga ga begitu paham tapi yang pasti kamu harus tinggal di sana karena orang tuanya mau pergi ke London selama 2 minggu, gimana sayang kamu mau?"

Sisi langsung mengiyakan tawaran tante Ana, sudah menjadi rahasia umum kalo Sisi sangat menyayangi anak-anak.

"Yauda tante telpon dulu orangnya" tante Ana mengotak-atik ponselnya menghubungi seseorang dan segera terlibat perbincangan serius  saat seseorang menjawab sambungan telponnya.

Setelah menutup sambungan telponnya, tante Ana mengahampiri Sisi dengan senyum sumringahnya.

"Oke Sisi, kamu di terima dan malam ini juga kamu mulai bekerja"

"Loh cepet banget?"

"Iya sayang, karena sebelum besok pagi orang tuanya pergi ke London mereka pengen ketemu kamu dulu"

"Oh, oke deh Sisi siap-siap dulu"

Sisi segera mengemasi barang-barang yang menurutnya penting.

"Semoga kebahagiaan akan datang di tempat kerja yang baru"

Sisi merapalkan doa dalam hati dan semoga saja malaikat ikut mengamini keinginan sederhana seorang Sisiliana Fellisa.

-DESTINY-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang