chapter 16

1.4K 101 1
                                    

Sisi memutar bola matanya jengah saat ponsel Digo terus berbunyi, sesaat setelah para tamu undangan dan keluarga membubarkan diri dari acara tunangannya dan Randy yang gagal total.

Saat melihat nama si penelpon, Digo terlihat menjauh dan wajahnya berubah menjadi tegang. Digo terlihat mengusap wajahnya berulang kali saat berbicara melalui sambungan telpon.

"Ehmm Si, aku antar kamu pulang sekarang" Digo mengelus rambut Sisi sayang

Walaupun ada gurat kecewa di wajah ayunya, Sisi mengiyakan ajakan Digo.
Selama perjalanan pulang tak ada satupun dari mereka yang memulai obrolan. Digo sibuk mengechek notif yang terus-terusan muncul di ponselnya, sementara Sisi memilih diam. Bahkan sampai mobil merah milik Digo terparkir rapih di pekarangan rumah sang kekasih, baik Digo ataupun Sisi tak ada yang berniat memecah keheningan.

"Thanks Digo, selamat malam"

Digo hanya mengangguk tanpa melepas pandangan dari ponsel di tangannya saat Sisi keluar dari mobil.

Dada Sisi terasa sesak, lagi-lagi air mata sialannya sudah berlomba untuk berdesakan minta di keluarkan.

"Ya Tuhan kenapa harus seperti ini?, rasanya baru tadi Digo membisikan kalimat cinta tapi kenapa sekarang lelaki itu seolah tak peduli bahkan tak menganggap aku ada" batin Sisi berbisik pilu

Digo menepuk dahi nya pelan, bodoh!!! Lagi-lagi ia menyakiti Sisi, gadis itu pasti sedang menangis sekarang.

Beruntung Sisi masih belum masuk ke rumahnya, Digo segera berlari memeluk tubuh bergetar Sisi dari belakang.

"Maafin aku sayang, maafin aku,maaf"

Sisi tak menjawab, hanya suara isakan yang mewakili betapa terlukanya dara jelita itu.

Digo membalikan tubuh Sisi, di hapusnya air mata sang kekasih dengan telapak tangannya.

"Apa artinya aku buat kamu Digo?"

Singkat, jelas dan padat tapi pertanyaan Sisi membuat hati Digo mencelos.

"Pertanyaan kamu ga butuh jawaban Si, masih kurang kah cinta dan sayang aku selama ini buat kamu?"

"Cinta dan sayang yang mana Digo?, sebenarnya cinta dan sayang seperti apa yang kamu kasih buat aku?"

Deggghhhh

Bibir Digo bungkam mendengar pertanyaan Sisi. Lelaki itu menyadari ia lebih banyak menorehkan luka di hati gadisnya.

"Apa kamu uda ga cinta sama aku lagi Si? Sampe kamu ga bisa rasain cinta yang aku kasih buat kamu"

"Klo aku ga cinta buat apa aku kaya orang bodoh yang rela nunggu kamu selama ini Digo?, bahkan aku rela menyakiti lelaki sebaik Randy demi kamu"

Digo memejamkan matanya, di tempelkannya keningnya dan kening Sisi.

"Klo kamu cinta seharusnya kamu percaya aku lebih cinta sama kamu"

"Gimana aku bisa percaya klo kamu menjadikan aku seperti orang asing seperti tadi?" Sisi berbisik lirih

Digo tak menjawab ucapan Sisi, di raihnya ponsel di saku celananya dan di berikannya pada Sisi.

"Menurut kamu, aku harus gimana?" Digo bertanya dengan nada putus asa saat Sisi selesai melihat isi ponselnya

"Pulanglah Digo, saat ini Putri lebih membutuhkan kamu" Sisi membuang pandangannya tak ingin melihat wajah Digo

"Maksud kamu, kamu udah ga butuh aku lagi sekarang?" Digo bertanya dengan nada merajuk membuat Sisi tersenyum

"Aku selalu butuhin kamu tiap saat Digo, kamu itu ibarat narkoba yang bikin aku kecanduan setengah mati"

"Dasar gombal" Digo menggigit bibir bawahnya gemas, tangannya terulur mengacak rambut Sisi

-DESTINY-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang