chapter 10

1.5K 132 0
                                    

Sisi memasukan semua pakaiannya ke dalam koper, ia sudah memutuskan untuk keluar dari rumah Digo malam ini juga.

"Si, dengerin penjelasan aku dulu" Digo menarik lengan Sisi, namun segera Sisi hempaskan

"Gue ga mau denger apapun penjelasan dari lo, jangan ganggu gue lagi dan biarin gue bahagia sama calon suami gue" Sisi menekan kalimat terakhirnya, membuat Digo terdiam.

Ya... Sisi mengakui Randy adalah calon suaminya di depan Digo. Dia sengaja melakukan itu agar Digo tak pernah muncul lagi di kehidupannya, apalagi Digo sudah menjadi seorang suami dan juga ayah bagi Vanny.

"Bilang sama aku, klo kamu uda ga cinta sama aku Si" Digo menatap tajam tepat di manik hazzel Sisi membuat gadis itu berkali-kali menatap ke arah lain.

"Gue ga pernah berharap ketemu lo lagi Digo Andrean" Sisi menunjuk dada Digo emosi

"Aku ga tanya itu Si, aku cuma mau denger langsung dari mulut kamu klo kamu uda ga cinta sama aku" Digo menarik lengan Sisi membuat tubuh keduanya tak berjarak, tangan Digo melingkar sempurna di pinggang Sisi.

"Gue ga cinta sama lo" Sisi memalingkan wajahnya saat mengatakan itu.

"Aku juga cinta sama kamu"

Sisi membulatkan matanya mendengar jawaban Digo, ia mendongak ingin protes namun bibirnya di bungkam oleh bibir kenyal milik Digo.

Sisi tidak membalas namun juga tidak menolak saat bibir Digo bergerak melumat bibirnya, mengulang kejadian saat Digo pertama kali menyatakan cinta di rooftop sekolah beberapa tahun yang lalu.

Digo melepaskan tautan bibirnya saat merasa Sisi menangis di sela ciumannya.

"Kenapa sayang?" Digo berbisik, menangkup wajah Sisi dengan tangannya.

"Kamu egois Digo, aku benci kamu" Sisi memukul dada Digo berulang kali dan Digo membiarkan tanpa berniat untuk menghentikan kegiatan Sisi.

"Aku benci Digo yang uda bikin aku jatuh cinta dan ninggalin aku gitu aja, aku benci Digo yang ga pernah bisa pergi dari hati dan fikiran aku, aku benci Digo yang dengan mudahnya dateng lagi di kehidupan aku, aku benci kamu Digo"

Sisi meluapkan emosinya sambil terisak di pelukan Digo, tangannya mencengkram kuat kemeja yang Digo kenakan.

"Maaf uda bikin Sisi benci sama Digo, tapi sumpah demi apapun aku ga pernah ada niat buat nyakitin kamu" Digo mengecup kepala Sisi berulang kali.

"Kamu bohong Digo, klo kamu ga mau nyakitin aku mana mungkin kamu nikah sama perempuan lain, mana mungkin kamu punya anak dari perempuan lain" Sisi kembali memukul dada Digo untuk melampiaskan kekecewaannya.

"Stttttt uda ya sayang jangan nangis lagi, biar aku jelasin semuanya sama kamu. Tapi kamu janji harus dengerin semuanya sampai selesai" Digo mengangkat wajah Sisi, mengecup ujung hidungnya yang memerah karena menangis.

Digo duduk di ujung tempat tidur yang biasa Sisi tempati selama menjadi dokter pribadi Vanny, di tariknya tubuh Sisi agar duduk di pangkuannya.

"Biarkan seperti ini sampai penjelasan aku selasai" Digo menahan pinggang Sisi saat gadis itu akan beranjak dari posisinya.

"Waktu aku menghilang tanpa kabar dan ga pernah muncul lagi di sekolah itu sebenarnya Putri sedang hamil" Digo menahan nafasnya sesaat mengingat kejadian beberapa tahun lalu.

"Ooh jadi hubungan kalian uda sejauh itu"

Cuppp

Digo mengecup singkat bibir Sisi, membuat sang gadis menatapnya tajam. Namun baru saja Sisi membuka mulut ingin memaki Digo, lagi-lagi benda kenyal itu mendarat sempurna di bibir tipisnya.

"Hukuman karena kamu uda berani motong penjelasan aku" ucapan santai yang keluar dari bibir Digo membuat Sisi mengurungkan niatnya yang akan memprotes.

"Pacarnya kabur dan ga mau tanggung jawab, bunda aku adalah sahabat baik orang tua Putri yang di percaya untuk merawat dia selama mereka ada urusan bisnis di Aussy. Saat itu Putri depresi berat dan ngancam mau bunuh diri klo sampai aku atau bunda ngasih tau orang tuanya. Semua kacau Si, berkali-kali Putri berusaha menggugurkan bayinya, sementara bunda mendadak kena serangan jantung dan harus di tangani di RS besar di Singapore"

Digo menutup matanya saat jemari lentik Sisi menghapus air mata yang keluar di sudut matanya.

"Kamu bisa bayangin anak umur 16 tahun, harus berjuang ngerawat 2 wanita dengan khasus yang sama rumitnya. Walaupun akhirnya aku harus ikhlas kehilangan bunda"

Sisi mengelus rambut hitam Digo, ia tak menyangka sebegitu beratkah hidup seorang Digo Andrean, lelaki yang sudah menjungkir-balikan dunia Sisiliana Fellisa.

"Terus kenapa kamu bisa nikah sama Putri?" Kali ini nada bicara Sisi melemah, ada rasa sakit yang merayap di hatinya saat bertanya pada Digo

"Ga sabaran banget sih sayangnya aku, hmmm" Digo mengecup pipi Sisi kilat, gemas karena gadis di pangkuannya terlihat tak sabar mendengar ceritanya.

"Orang tua Putri datang ke Singapore waktu tau bunda ngga ada, mereka kaget melihat Putri yang sudah memiliki Vanny. Mencegah hal yang tak di inginkan akhirnya Putri beralasan klo kami uda nikah sejak masih di Bandung"

"Jadi sebenarnya kamu sama Putri belum nikah?" Sisi membulatkan matanya tak percaya, sementara Digo menganggukan kepalanya mantap

"Tapi kenapa kamu ga pernah nyariin aku waktu itu?, atau kamu emang uda lupain aku?" Sisi menatap Digo curiga

"Hei siapa yang bilang aku ga nyariin kamu?, aku bahkan datengin semua temen-temen kamu di Bandung buat nyari informasi tentang kamu, tapi hasilnya nihil"

"Tapi kenapa kamu ga tanya sama Kiran atau Rani?"

"Sayang dengerin aku, jangankan mereka berdua, bahkan aku uda tanya sama mang Ujang, satpam sekolah yang akrab banget sama kamu. Sama bu Sri juga, penjaga kantin tempat kamu nongkrong kalo istirahat. Tapi semua kompak bilang ga tau"

Sisi menahan senyumnya mendengar cerita Digo, benarkah perjuangannya sampai seperti itu?, ahh tunggu tadi Digo bilang sudah bertanya pada Rani dan Kiran?, tapi kenapa mereka kompak merahasiakan keberadaan dirinya, padahal mereka sering menemui Sisi di Rs tempatnya bekerja. Sisi yakin mereka punya alasan untuk itu.

"Sekarang kamu uda denger penjelasan aku Si, maaf klo aku uda bikin kamu kecewa. Sekarang biar aku anter kamu pulang, ini uda malem banget" Digo menunduk sedih

"Aaaaaa Digo, ga mau pulang. Masih kangen sama kamu" Sisi merajuk manja pada Digo

"Nanti calon suami kamu nyariin" Digo menggoda Sisi jail

"Calon suami aku kan di sini, soalnya aku maunya cuma nikah sama kamu" Sisi mengulum senyumnya malu

"Terus cwo tadi siapa hemm?"

"Ooh, dia temen aku namanya Randy"

"Yakin cuma temen, tapi kayanya dia suka sama kamu" lagi-lagi Digo menggoda gadis di pangkuannya

"Aku ga peduli, yang penting aku cintanya sama kamu. Cwo yang berani nyuri ciuman pertama aku di rooftop sekolah"

Digo menggigit bibir bawahnya gemas melihat pipi Sisi yang merona setelah mengatakan itu.

"Aku juga cinta banget sama kamu sayang"

Digo menyatukan dahinya dengan dahi Sisi yang langsung memejamkan matanya saat hidung mereka bertabrakan.

"Ngapain merem-merem segala?, pengen banget di cium kayanya"

Blussshhh.....

Pipi Sisi merona mendengar kalimat usil yang meluncur dari bibir Digo.

"Aaaaaaaa Digo" Sisi merengek manja pada sang kekasih

Sebagai seorang lelaki dewasa Digo paham betul reaksi tubuh Sisi yang menuntut minta di manjakan.
Tanpa banyak bicara, bibirnya menyentuh bibir tipis Sisi. Tangannya bergerak mengelus pipi mulusnya, sementara lidahnya sudah mengabsen deratan gigi putih sang kekasih, menciptakan decapan khas orang berciuman.

-DESTINY-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang