chapter22

1.2K 79 1
                                    

Sisi masih betah meringkuk di pelukan Digo. Ia masih saja berceloteh menanyakan apa saja yang kekasihnya itu lakukan bersama Putri sesiangan tadi. Sebenarnya ia ingin menceritakan fakta tentang gadis itu yang beberapa jam lalu di beberkan oleh Sarah, namun sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

"Ehmm,, maaf ya my boy tante ngga maksud buat ngusir kamu, tapi ini uda hampir pagi loh" suara tante Ana mengintrupsi kegiatan sepasang kekasih yang tengah melepas rindu dengan saling peluk di sofa ruang tamu.

Digo menepuk dahinya pelan, beginilah jika sudah berduaan dengan gadisnya pasti lupa waktu dan lupa segalanya. Sementara Sisi, gadis itu mengkrucutkan bibirnya sebal.

"Ah tante, kaya ngga pernah muda aja deh. Aku kan masih kangen sama Digo"

Digo terkekeh pelan mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Sisi. Di usapnya dahi kekasihnya lembut dan setelahnya ia berdiri.

"Kamu mau kemana?, aku masih pengen ngobrol sama kamu" Sisi memegang lengan Digo yang sepertinya sudah bersiap untuk pulang.

"Sayang klo kamu aja masih kangen, apalagi aku. Tapi ini uda jam 3 pagi loh, kamu harus istirahat. Lagian ngga baik cwe sama cwo yang belom ada ikatan berdua-duaan sampe pagi" Digo menyentuh kepala Sisi dengan telapak tangannya membuat gadis itu refleks berdiri dan bergelayut manja di lengannya.

"Ya makanya cepetan halalin aku dong, biar kita bisa berdua-duaan sampe pagi" ucap Sisi manja.

"Hihihihi, kode nih" Digo mendekap kepala Sisi di dadanya membuat gadis itu terkikik.

"Ya ampun bisa ngga kalian stop dulu mesra-mesraannya dan lanjutin besok lagi aja?, mata tante uda sepet banget nih liat kalian berdua pacaran"

Sisi dan Digo saling pandang dan akhirnya tertawa geli mendengar selorohan tante Ana.

"Dasar tante syirik, weelllkkk" Sisi menjulurkan lidah meledek tante Ana.

"Ehh,, ehh,,ehh jangan ngeledek tante ya kamu, gini-gini juga tante pernah jadi selingkuhannya Digo tau" tante Ana menepuk dadanya bangga.

Sisi memandang Digo sebal, ia jadi teringat tantenya itu pernah menghabiskan malam minggu bersama Digo beberapa waktu lalu, tepatnya saat ia menerima Randy menjadi kekasihnya.

"Udah dong sayang jangan cemberut, sumpah demi apapun aku ngga pernah ngapa-ngapain sama tante Ana. Cuma kamu yang ada di fikiran aku, ga ada waktu buat mikirin perempuan lain"

Sisi tersenyum lebar, sekali lagi ia memeluk Digo sebelum mengantar lelakinya itu ke depan.

"My boy tunggu" tante Ana berteriak nyaring membuat Digo dan Sisi menoleh bersamaan.

"Ishh, ngapain sih selingkuhan kamu itu manggil-manggil mulu?" Sisi memanyunkan bibirnya sebal membuat Digo gemas dan merangkum pipi kekasihnya itu dengan tangan kanannya.

"Ini, kamu ngga ada niat jalan kaki lagi kan buat pulang ke rumah?" Tante Ana menyodorkan kunci mobil milik Sisi ke arah Digo.

Kali ini Sisi yang menepuk keningnya, ia sampai lupa jika kekasihnya ini tak membawa kendaraan apapun saat datang ke rumahnya. Lalu bagaimana bisa ia membiarkan Digo pulang begitu saja.

"Honey, maafin aku ya. Aku sampe lupa klo kamu ngga bawa mobil"

"Ngga apa-apa sayang, aku malah ngerasa beruntung tadi malem ga bawa mobil. Aku jadi punya alesan buat secepatnya kesini lagi, karena harus balikin mobil kamu, hihihi" Digo menggoyangkan kunci mobil di depan wajah Sisi berulang kali.

"Dasar modus lo" Sisi menahan senyumnya malu-malu. Digonya memang pandai merayu.

"Aku pulang ya, kamu langsung bobo aja, ga usah nungguin aku sampe rumah. Okey"

-DESTINY-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang