chapter 17

1.2K 96 2
                                    

Digo menghela nafas kasar saat Putri menghambur ke pelukannya. Gadis itu menyusupkan kepalanya di dada bidang milik Digo.

"Kamu lama banget sih Digo, aku kangen" Putri mendongak menatap wajah lelaki yang bahkan tak berniat untuk menatap nya.

"Ehm, maaf Put. Tolong jaga sikap lo, gue ga mau cwe yang gue sayang, salah paham untuk yang kedua kalinya" Digo melepaskan pelukan Putri, tangannya memeluk Sisi yang sedari tadi bersembunyi di balik tubuh tegapnya.

Putri terkejut melihat keberadaan Sisi, matanya membola dengan tatapan yang menusuk jauh ke sudut hati Sisi.

"Hai Put, apa kabar?, ehm sorry ga seharusnya gue ada di sini. Oke... Gue pulang aja, biar lo bisa ngobrol sama Digo" Sisi merasa tak enak di pandang tak bersahabat oleh wanita di depannya.

"Kamu ngomong apa sih sayang? Ini rumah aku. Kamu ga boleh pergi kemana-mana tanpa ijin dari aku" Digo merengkuh pinggang Sisi posesif membuat Sisi makin tak nyaman.

"Tapi Digo...."

"Aku ngga suka di bantah sayang"

"Ehm Sisi? Kamu Sisillyana Fellysa kan? Temen SMA nya Digo?, berarti temen aku juga dong. Ya ampun maaf aku baru ngeh,  kamu apa kabar Si?" seolah baru mengingat siapa Sisi, Putri memeluk Sisi erat.

Entahlah perasaan Sisi malah makin tak tenang saat Putri memeluknya erat bahkan terlalu erat. Rasanya ada yang aneh dengan sikap Putri. Bukankah dulu mereka tidak berteman baik?.

"Digo uda banyak cerita tentang kamu Si, dan wow kamu jauh lebih cantik dari yang aku bayangin. Pantes aja Digo ga bisa move on dari kamu Si" Putri terkekeh mengakhiri kalimatnya.

"Lo terlalu berlebihan Put, gue ga sesempurna itu" Sisi tersenyum, mencoba menghilangkan prasangka buruk yang mengganggu fikirannya.

"Ehm.... Kangen-kangenannya di lanjut besok aja ya. Sekarang uda malem banget waktunya kalian istirahat" Digo mencoba mencair kan suasana saat Sisi dan Putri hanya saling memandang dan terlibat dalam kebisuan.

"Tapi maaf Digo, kaya nya uda ga ada kamar yang bisa Sisi tempatin selain kamar Bi Emi di belakang" Putri mendesah kecewa saat harus mengatakan ini.

"Maksud lo?" Digo memandang Putri tak mengerti. Bukankah seharusnya masih ada 2 kamar kosong. Kamar Vanny dan kamar Digo tentu nya.

"Maaf aku ngga tau klo kamu mau bawa Sisi. Di kamar aku sekarang ada Sarah, sahabat sekaligus dokter Pribadi aku. Dan aku terpaksa tidur di kamar kamu, sementara kamar Vanny..." Putri menarik nafas dalam

"Maaf aku belom bisa ngijinin siapa pun masuk ke kamar Vanny, kamu ngerti kan Digo?" ada gurat sedih di wajah Putri saat mengingat Vanny.

"Lo berlebihan Put, ga seharusnya kamar Vanny di biarin kosong ga terawat kaya gitu, lagian asal lo tau Sisi yang ngerawat Vanny selama lo berobat di Amerika" Digo menatap Putri tak suka, ia yakin istri pura-puranya itu punya alasan lain.

Putri terisak, ia tak menyangka Digo akan membentaknya seperti itu. Gadis itu merasakan sesak yang tak biasa, tangannya memegang kepalanya yang terasa pening.

"Digo, kamu apa-apaan sih?, kamu ga pantes bentak-bentak Putri kaya gitu. Kasian kan dia lagi sakit, lagian aku uda bilang kan lebih baik aku pulang, biar kalian bisa ngobrol berdua malam ini" Sisi merasa makin tak enak saat wajah Putri berubah jadi pias, sepertinya gadis itu sedang kesakitan.

"Kamu yang apa-apaan Si?, aku tau Putri bukan orang yang selemah itu, aku juga yakin dia punya alasan lain. Percaya sama aku sayang"

Hening, setelah kalimat itu meluncur dari mulut Digo tak ada lagi yang bersuara. Hanya suara helaan nafas lelah yang mendominasi ruangan sampai akhirnya suara seseorang memecah kesunyian.

-DESTINY-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang