2. I know, but I don't care

106 10 4
                                    

Hari ini jadwal olahraga untuk kelas Arka. Alea yang sudah hafal jadwal kelas Arka pun permisi ke toilet pada guru yang sedang mengajar di kelasnya agar bisa melihat Arka yang sedang berolahraga.

Ketika Alea melewati Arka dan Alvi, ia mendapat senyum dan sapaan dari Alvi.

"Hai, Aleaa.." sapa Alvi yang sedang berdiri di sebelah Arka.

"Hai juga, kak Alvi." Balas Alea ramah, tak lupa juga dengan senyum manisnya.

Alea melirik Arka sekilas. Arka bahkan tak menatapnya, seolah Alea tidak ada di hadapannya saat ini.

"Eh, Alea, nanti gue boleh pinjem buku paket Matematika lo gak? Gue perlu buat nyari rumus nih, di buku kelas XII gak ada." Ucap Alvi.

"Boleh kok, nanti jemput aja di kelas." Ucap Alea.

"Ok. Ntar istirahat gue ambil bukunya."

"Yaudah, gue mau balik kelas dulu kak." Ucap Alea ramah sebelum ia berlalu ke kelasnya.

Setelah Alea berlalu, Alvi tersenyum sekilas.

"Dia cantik banget yaa." Ucap Alvi menyikut Arka.

"Biasa aja!" Ucap Arka cuek.

"Biasa aja pale lo! Dia cantik, ramah, dan senyumnya manis banget. Bisa kena diabetes kalo pacaran sama tuh cewek." Ucap Alvi sambil membayangkan wajah Alea.

"Lebay lo!" Decak Arka.

"Lo ngerasa gak sih kalo Alea itu suka sama lo?" Tanya Alvi menaikkan sebelah alisnya.

"Sok tahu lo." Ucap Arka menimpali.

"Lo aja yang gak peka!" Cibir Alvi.

"Iya, gue tahu kok kalo dia naksir sama gue. Kelihatan banget dari matanya tiap natap gue." Ucap Arka santai.

"Trus kalo lo tahu, kenapa cuek banget sama dia?" Tanya Alvi tak habis fikir.

"Gue udah punya cewek, bego." Arka menoyor kepala Alvi.

"Emang salah kalo lo temenan sama dia?"

"Gue gak mau aja dia semakin berharap." Jelas Arka.

"Iya, kan, kasihan juga kalo dia lo cuekin mulu, gak ada salahnya kali cuma say hai doang."

"Siapa suruh naksir sama gue." Ucap Arka cuek.

"Tega banget sih lo." Ucap Alvi pasrah.

"Gak peduli gue." Arka berlalu begitu saja meninggalkan Alvi yang kesal.

"Kampret! Awas aja lo ntar naksir sama dia!" Alvi mengumpat.

Arka meraih handphonenya dan melihat chat terakhirnya dengan Vindy. Sudah beberapa jam lalu ia mengirim pesan namun belum juga dibalas bahkan belum dibaca oleh Vindy. Pemuda itu mendesah kecewa. Padahal ia tahu sendiri bahwa biasanya Vindy berada di jam kosong saat ia olahraga.

"Kenapa lo? Muka di tekuk mulu, untung ganteng lo." Seru Alvi menghampiri Arka.

"Ck. Mau ekspresi kaya gimana juga tetep aja gue ganteng!" Ucap Arka santai.

"Nyesel gue udah bilang lo ganteng." Alvi mencibir.

"Lo sirik sama kegantengan gue kan?" Ucap Alvi menaikkan kedua alisnya.

"Sirik? Mending gue pindah agama kali ah daripada nyirikin lo."

"Ngeles aja lo, kaya bajaj." Ucap Arka.

"Udah ah, bentar lagi istirahat, gue mau ke kelasnya Alea dulu buat ngambil buku." Ucap Alvi meninggalkan Arka sendirian di lapangan basket.

Alvi melangkahkan kakinya menuju kelas dimana Alea berada. Di sepanjang lorong kelas, tak sedikit orang yang menatapnya kagum, ia memang tampan guys.

"Ini kak, bukunya." Ucap Alea menyerahkan sebuah buku kepada Alvi.

"Oke. Gue pinjam dulu yaa bukunya." Ucap Alvi.

"Iya, kak."

Alvi pun segera beranjak dari kelas Alea. Ia menapakkan kakinya di kantin sekolah sambil menenteng sebuah buku paket Matematika milik Alea.

Saat Alvi sedang asyik makan, Arka datang menghampirinya.

"Lo makan kagak ajak - ajak gue. Kampret!" Decak Arka.

"Lo sendiri ngapa kagak ngikutin gue ke kelasnya Alea?"

"Bodo." Arka membalas dengan cueknya.

Sambil menunggu pesanannya Arka pun membuka buku yang ada di depannya, buku paket Matematika milik Alea.

Saat Arka membuka halaman ke 26 ia menemukan selembar foto terselip disana. Foto tersebut adalah foto candid Arka saat bermain basket.

"Sialan!" Desis Arka.

"Kenapa lo?" Tanya Alvi heran.

"Lo lihat nih!" Ucap Arka menunjukkan foto tersebut.

"Apa yang salah?" Tanya Alvi setelah melihat foto itu.

"Semuanya salah! Gue gak suka dan gak mau ditaksir sama Alea. Bagi gue dia itu cuma cewek gampangan!" Arka menghina Alea, bertepatan saat Alea baru saja memasuki kantin dan ia mendengar semua ucapan Arka.

Jadi.. Arka tahu?
Alea membatin sedih.

"Lo kejam, Ka. Gue yakin, kalo dia bisa memilih dia gak bakal mau juga suka sama lo. Dia cantik, siapapun mau jadi pacarnya. Tapi dia tetep nungguin lo. Apa itu namanya cewek gampangan?" Alvi kecewa dengan pernyataan sahabatnya barusan.

"Dia tahu gue punya cewek dan juga dia tahu gue sayang banget sama cewek gue tapi dia masih tetep aja naksir sama gue. Mau jadi PHO ha?" Ucap Arka menggebu - gebu.

Alea yang masih berdiri tak jauh dari mereka merasa sangat tertusuk oleh ucapan Arka.

"Emang dia pernah berusaha ngehancurin hubungan lo sama Vindy? Nyapa lo aja dia gak berani karena gak mau lo ngerasa risih. Apalagi buat jadi perusak di hubungan lo." Alvi berusaha menyadarkan Arka bahwa yang ia lakukan selama ini salah.

"Kenapa lo belain dia? Lo suka sama dia?" Tanya Arka sambil menatap tajam Alvi.

"Cowok mana sih yang gak suka sama Alea? Tapi gue bukan suka kayak yang lo maksud. Gue bisa lihat dan ngerasain gimana tulusnya dia waktu natap lo walaupun lo cuek sama dia."

"I really don't care." Ucap Arka mengedikkan bahunya.

Sedetik setelah Alea mendengar ucapan Arka, ia segera berbalik dan pergi meninggalkan kantin. Hatinya sangat sesak.

Gadis itu benar - benar sedih saat Arka menganggapnya sebagai cewek gatel apalagi perusak hubungannya dengan Vindy karena tak pernah sekalipun timbul di benaknya untuk merusak hubungan Arka dan pacarnya.

Arka jahat! Lo harus lupain dia, Alea. Apapun caranya.
Alea mengucapkan kalimat itu berkali - kali dalam hatinya seperti mantra untuk melupakan Arka.

Alea terus berjalan mencari tempat untuknya meluapkan kekecewaannya. Sampai akhirnya ia berhenti di suatu tempat.

"Emangnya gak boleh ya gue suka sama seseorang? Gue jahat banget kalo suka sama Arka? Bahkan dia menganggap gue ini cewek gak bener cuma gegara gue suka sama dia." Alea berbicara sendiri di rooftop sekolahnya.

"Gue harus lupain dia. Harus!" Alea mengelap kasar airmata yang meluruh di pipinya.

'God, please give me more patience. Alea janji gak bakal nangis lagi cuma gara-gara cowok kayak Arka. Amin.'
Alea berdoa dalam hatinya.

Setelah merasa lebih baik dan nyeri di hatinya sedikit berkurang, Alea pun beranjak dari rooftop untuk kembali ke kelasnya.

To be Continue

Don't forget to VOTE and COMMENT(!)

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang