Makan malam pun diisi dengan celotehan Aira dan Oliv yang sibuk bercerita tentang perpisahan mereka selama beberapa tahun terakhir. Sementara Arka sesekali melihat gadis di hadapannya begitupun sebaliknya.
"Gimana, Ka? Gilsha cantik kan?" Tanya Aira pada anak lelakinya.
Arka menghentikan makannya sejenak. Lalu tersenyum canggung.
"Sejak putus sama Vindy, kamu kan belum pacaran lagi. Coba aja kamu dekat sama Gilsha dulu." Sambung Aira lagi membuat Arka cukup jengah dengan obrolan ini.
Tangan Arka meraih gelas berisi air di dekatnya, lalu meneguknya sebelum Arka angkat bicara. "Arka sekarang udah punya pacar, Ma."
"Loh, kok gak cerita sama Mama?"
"Ini mau dikenalin." Arka menatap gadis di depannya sambil menaikkan alisnya. Gadis itu menggeleng mengisyaratkan ini bukan waktu yang tepat.
"Tapi dia masih malu malu, Ma." Sambung Arka sambil meraih kembali sendok di piringnya.
Aira berdehem, "Ya udah, jangan lupa kenalin ke Mama." Dibalas anggukan oleh Arka.
"Oh iya, Ra, gak apa kan temennya Gilsha ikutan. Gilsha sama Alea ini udah temenan dari SD, jadi aku ajak aja tadi ikutan makan malam di sini." Oliv memulai pembicaraan lagi.
Belum sempat Aira menjawab, Arka sudah lebih dulu menimpali. "Iya, gak apa kok, Tan."
Setelah selesai makan malam, mereka berlima berkumpul di ruang tamu. Aira dan Oliv masih sibuk bercengkrama. Gilsha sibuk dengan ponselnya.
Arka memperhatikan Alea, gadis itu tampak hanya menggeser geser menu ponselnya. Arka tersenyum kemudian mengacak pelan rambut Alea, "Gak ada yang ngechat ya?" bisiknya pelan.
Alea melotot, "Dih ada ya!"
"Mana? Orang pacarnya di sini." Ejek Arka.
Alea segera membuka aplikasi LINE. Lalu menunjukkan banyaknya roomchat dari lawan jenisnya. "Ini masih Line lho kak, belum aplikasi yang lain. Hehe."
Cengiran Alea dibalas pelototan oleh Arka.
"Itu Line personal apa online shop? Rame banget." Dengus Arka yang dibalas dengan cengiran oleh Alea.
Rasa kantuk mulai menyerang Alea dan Arka menyadarinya. "Kamu ngantuk?" Alea mengangguk pelan.
Arka meraih pelan kepala Alea, lalu menyadarkannya di bahunya. Awalnya Alea menolak, namun Arka mengusap pelan rambutnya membuat Alea patuh. Lagi pula ia sudah sangat mengantuk.
"Ma." Panggilan Arka mengintrupsi obrolan Aira dan Oliv, bahkan Gislha yang sedang sibuk dengan ponselnya ikut menoleh.
"Arka anterin Alea pulang dulu ya, kasihan nih udah ketiduran." Lanjut Arka masih sambil mengusap pelan rambut Alea.
"Bangunin aja Ka, biar gue yang anter." Ucap Gilsha.
"Eh jangan, kasihan. Entar jadi gak bisa tidur dia." Balas Arka.
"Ya udah, biarin nginap di sini aja dulu." Aira memberi saran.
Arka menggeleng, "Nanti Kakaknya nyariin, Ma."
"Terus gimana kamu nganternya kalo dia tidur? Kamu tahu alamatnya?"
Arka mengangguk cepat, "Tahu banget, Ma."
Aira mengernyit sesaat memperhatikan anak satu-satunya itu. Arka pelan-pelan mulai menggendong tubuh Alea.
"Alea pacar Arka, Ma." Ucapnya sambil nyengir kemudian berlalu sambil membawa Alea menuju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Teen Fiction"Kalo gue perjuangin lo kali ini, lo mau kasih gue kesempatan gak?" "Selalu ada kesempatan buat orang yang mau berjuang, Kak."