13. The Truth Untold

70 8 0
                                    

Saat hendak berlalu dari hadapan Arka, suster itu kembali teringat sesuatu.

"Saya tidak tahu ini membantu atau tidak, karena kebijakan rumah sakit, waktu itu kamu sempat tidak bisa ditangani karena tidak ada orang dewasa yang bertanggung jawab atas biaya administrasi, saya ingat anak SMP yang membawa kamu ke sini menyerahkan kunci mobilnya sebagai jaminan agar kamu segera ditangani."

Arka dan Alvi saling pandang, ini merupakan satu titik terang. Walaupun keduanya masih belum begitu yakin.

"Terima kasih, Sus." Ucap Arka sebelum berpamitan pergi.

Setelah keduanya berada di dalam mobil, barulah Alvi buka suara.

"Yang pasti bukan Vindy yang nolongin lo, Ka. Dia kan bawa mobil sejak SMA kelas sepuluh, itupun lo yang ajarin."

Arka mengangguk. "Tapi gue juga gak bisa pastiin kalo itu Alea,"

"Alea?" Tanya Alvi tak paham situasi.

Akhirnya Arka menceritakan kronologisnya kepada Alvi.

"Lo putus?" Arka mengangguk pelan.

"Lo masih mau cari tahu cewek yang nolongin lo? Gue punya temen alumni dari SMP itu se-angkatan sama Alea." Ucap Alvi.

"Iya, gue harus tahu siapa sebenarnya yang udah nolongin gue."

Alvi mengangguk.

Setelah menemui orang yang dimaksud Alvi. Mereka pun menemukan fakta baru.

'Alea itu dulu most wanted sekolah, kalian tahulah dia cantik, baik, trus pintar, sempat pacaran sama ketua OSIS namanya kak Kai. Mereka putus karena kak Kai harus lanjut SMA ke luar kota. Dia terpukul banget waktu itu, abis putus terus orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat. Untungnya dia masih punya kakak yang masih kuliah tapi sambil kerja.'

'Alea mulai bawa mobil pas awal masuk kelas sembilan, soalnya gak ada yang antar jemput lagi.'

Dari penjelasan orang tersebut, kemungkinan bahwa Alea yang menolong Arka semakin besar. Arka jadi benar-benar merasa bersalah pada Alea.

"Lo tenangin diri dulu, Ka."

"Gue udah jahat banget sama dia."

"Alea pasti maafin lo, ini semua salah paham." Alvi mencoba menenangkan sahabatnya itu.

Pagi ini Arka sengaja datang cepat ke sekolah dan menunggu di dalam mobil. Arka sedang menunggu Alea, namun setengah jam berlalu belum ada tanda-tanda mobil Alea memasuki parkiran sekolah. Sampai akhirnya bel berbunyi tanda jam pelajaran pertama dimulai.

Arka keluar dari mobil dan berjalan pasrah menuju kelasnya. Sepertinya Alea tidak datang ke sekolah hari ini.

"Ditekuk aja tuh muka." Celetuk Alvi, sementara Arka hanya mendengus.

"Bacot lo."

"Eh Ka, lo udah tahu belum? Alea gak masuk sekolah hari ini."

"Kok lo tahu?" Tanya Arka sewot.

"Tadi kakaknya datang buat ngasih tahu wali kelasnya."

Arka terdiam kembali.

"Lo gak mau tahu kenapa Alea gak masuk sekolah?"

Arka menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa?"

"Maagnya kambuh karena semalam telat makan."

"Lo kok kayaknya tahu banget? Stalker lo?"

"Dikasih info bukannya makasih, malah nuduh gak jelas. Dasar kelamaan duduk lo."

"Kelamaan duduk?"

"Iya, gak tahu diri." Tandas Alvi.

Karena Alea tidak masuk sekolah hari ini dan besok hari Minggu, jadi Arka harus menunggu sampai hari Senin untuk bertemu Alea.

Ngomong-ngomong soal hari, Arka ingat harusnya besok adalah hari jadinya yang ke satu bulan dengan Alea kalau saja mereka masih pacaran. Arka ingat karena tadi notif pengingat di hapenya yang sudah dia setel dari beberapa hari yang lalu.

Saat menyetel pengingat itu sebenarnya Arka sudah ingin menjalani hubungan yang selayaknya orang pacaran dengan Alea. Sampai akhirnya Vindy menghubunginya setelah Arka memutuskan hal tersebut.

Sebenarnya Arka sengaja membawa Alea saat bertemu dengan Vindy, ia tahu pasti Vindy ingin mereka kembali bersama dan Arka menjadikan Alea sebagai tameng. Walaupun setelahnya ia juga mengakhiri hubungannya dengan Alea hari itu. Jahat memang, tapi Arka tidak mau Alea terlibat terlalu jauh dalam kehidupannya. Namun, satu fakta yang membuat Arka benar-benar menyesal adalah saat Alea mengatakan hal yang tak pernah terpikirkan oleh Arka sedikitpun.

'Kedua, aku juga gak nyesal pernah nolongin kak Arka waktu kecelakaan itu. Walaupun selama ini kak Arka ngira Vindy yang nolongin Kakak.'

Kalau dipikir secara logis, memang lebih masuk akal jika Alea yang menolongnya. Waktu itu, dokter bilang untung dia segera dibawa ke rumah sakit sehingga lukanya tidak parah. Ya, wajar jika itu Alea yang bisa membawanya segera dengan mobilnya.

Sementara Vindy, Arka pernah bertanya bagaimana Vindy membawanya ke rumah sakit, Vindy bilang dia minta bantuan temannya yang punya mobil. Tapi, bukannya anak SMP jarang pake mobil? Pasti membutuhkan waktu untuk menunggu temannya itu kan?

Dan, kenapa Arka tidak sadar saat Alea yang melihat motornya waktu itu.

'Kecelakaan di pertigaan dekat sekolah kita, tanggal 21 Agustus 2014, jam 14.20'

Alea ingat betul waktu dan tempat kecelakaan Arka.

"Arka, woi!"

"Apaan?" Balas Arka sambil mengusap telinganya yang berdengung akibat teriakan Alvi.

"Lo mau jengukin Alea gak?"

"Alea masuk rumah sakit? Dirawat di mana?" Tanya Arka tak sabaran.

"Sakit gak harus dirawat di rumah sakit juga kali. Dia di rumahnya."

Arka baru teringat satu hal, "Tadi lo bilang dia sakit maag 'kan? Berarti gegara gue dong yang ngajakin dia pergi terus gak sempat makan siang."

"Dih cowok macam apaan lo? Ngajakin cewek, bukannya dibeliin makan malah dibuat sakit hati." Cibir Alvi.

"Yaudah bantuin gue baikan sama Alea dong, Al." Rengek Arka.

Alvi jadi mendelik mendengar rengekan itu. Lalu menempelkan telapak tangannya di kepala Arka.

"Siapa pun yang ada di tubuh ini, keluarlah. Tanpa lo juga kelakukan ini orang udah kayak jin."

"Eh bangsat." Maki Arka lalu menjitak kepala Alvi.

Alvi tertawa sesaat, "Lo yakin, Ka, mau baikan aja sama Alea?"

"Ya iya, masa ngajak perang."

"Baikan aja, gak balikan?" Alvi mengangkat sebelah alisnya memperhatikan ekspresi Arka akibat pertanyaannya barusan.

"Gue takut,"

Alvi mengernyit mendengar pernyataan Arka.

"Gue takut ditolak, waktu nembak aja gue deg-degan banget." Lanjut Arka.

"Dih biasanya pede banget lo."

"Alea beda, man. Kayaknya cakep fisik aja gak cukup buat ngeyakinin dia. Apalagi gue banyak salah sama dia, gue ngerasa gak pantes aja buat jadi pacar dia lagi."

Alvi mengangguk seolah mengerti, "Tapi yang penting lo udah tahu kesalahan lo dan lo niat buat perbaiki."

Arka melipat tangannya di meja kemudian menidurkan kepalanya di atas tangannya. Dia tidak bersemangat mengikuti pelajaran hari ini. Pikirannya hanya tertuju pada Alea, apalagi setelah mendengar informasi kalo gadis itu tengah sakit dan kemungkinan penyebab sakitnya adalah dirinya sendiri.

"Mending tidur di UKS, kuy! Mumpung lagi free class." Ajak Alvi yang dibalas anggukan oleh Arka.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang