10. Closer

76 9 0
                                    

Beberapa hari belakangan Arka merasa ada sesuatu yang aneh mengenai sikap pacarnya. Alea Saqila. Gadis itu tampak seperti sedang menjauhinya atau hanya perasaan Arka saja?

Bukannya ini malah bagus karena Arka juga sedang ingin menjauhinya? Lalu kenapa Arka harus merasa kehilangan seperti itu?

Pagi tadi Alea dan Arka berpapasan di koridor sekolah. Jika biasanya Alea bertanya apakah Arka sudah sarapan atau sekedar mengucapkan selamat pagi, tapi tadi Alea hanya tersenyum tipis lalu berlalu begitu saja!

Hal itu berhasil membuat Arka kepikiran sampai sekarang.

"Lo kenapa sih?" Tanya Alvi menatap gelagat aneh dari wajah sahabatnya itu.

"Itu, ah~" Arka bingung harus bagaimana menjelaskannya. Ia tak mau jika nanti Alvi akan mengolok - oloknya karena memikirkan Alea.

Alvi menatapnya curiga.

"Bodo ah, kepo lo!" Ucap Arka mengalih pandangannya ke arah jendela kelasnya.

Disana Arka melihat Alea sedang lewat sambil tersenyum dengan temannya. Manis sekali.

"Cantik," gumam Arka.

Alvi mengikuti arah pandang Arka, lalu ikut tersenyum.

"Kayanya lo udah suka beneran deh sama Alea." Ucap Alvi santai.

Arka mendelik ke arah Alvi dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Gak mungkinlah." Jawabnya cepat.

"Trus kenapa gak lo putusin dari sekarang?" Alvi memancing.

"Gue belum dapatin alasan yang tepat, gue juga gak setega itu buat putusin dia gitu aja." Ucap Arka menatap kesal ke arah Alvi.

"Bentar lagi hubungan lo sampai satu bulan," Alvi berbicara sambil menatap lurus ke pintu kelas.

"Trus?" Arka bertanya dengan nada polosnya.

"Lo gak ngerayain anniv gitu?" Tanya Alvi menyelidik.

"Gue bakal mutusin dia, sebelum sampai satu bulan." Balas Arka enteng.

Alvi tertawa pelan.

"Gue tahu lo belum move on dari Vindy, tapi gue rasa lo juga udah mulai suka sama Alea." Ucap Alvi sok bijak.

Arka menatapnya malas.
"Sok tahu banget lo."

"Awas nyesel aja kalo Alea diembat orang lain." Balas Alvi dengan nada mengejek.

"Bodoamat." Tandas Arka geram.

Alvi mengedikkan bahunya, tak mengerti dengan jalan fikiran sahabatnya itu.

Pelajaran olahraga di kelas Alea pada hari ini membahas tentang bola basket. Alea yang sama sekali tak mengerti menerima begitu saja tawaran dari Riko, ketua osis, untuk mengajarinya.

Sementara Arka tampak sedang serius menatap teman - temannya yang sedang praktik di laboratorium Kimia. Namun, ia sama sekali tak berminat untuk bergabung dengan mereka. Sampai sebuah suara membuatnya menoleh.

"Ka, lo lihat deh." Tegur Alvi menunjukkan suatu hal di jendela yang mengarah ke lapangan basket sekolah mereka.

Tanpa bertanya Arka melihat suatu hal yang terjadi di balik jendela itu. Disana ia melihat Alea sedang belajar basket dengan seorang pemuda, yang ia kenal itu adalah ketua OSIS yang baru, teman sekelas Alea.

Pemuda itu memegang tangan Alea yang sedang memegang bola dari belakang, lalu membantu Alea melempar bola ke ring. Arka menatapnya kesal, namun sedetik kemudian ia kembali menetralkan perasaannya.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang