12. Who?

66 7 0
                                    

Duduk di bangku parkiran sambil menunggu Arka adalah aktivitas Alea saat ini. Sebenarnya Alea bingung bagaimana caranya pulang dengan Arka sementara mereka membawa mobil masing-masing.

Kalau harus meninggalkan mobilnya di sekolah demi pulang dengan Arka, Alea tidak setuju dengan pilihan tersebut. Kakaknya, Alya, pasti akan marah besar karena mobil itu adalah pemberian Alya.

Memang sih, tidak sepenuhnya pemberian Alya karena mobil tersebut adalah hadiah dari orangtua mereka untuk Alya saat mendapatkan pekerjaan pertamanya sambil kuliah 5 tahun lalu. Setelah mengumpulkan cukup uang untuk membeli mobil baru, barulah Alya memberikan mobil pemberian orangtuanya untuk Alea.

Sedang asyik berpikir, Alea tak sadar Arka sudah duduk di sebelahnya.

"Alea." Gadis itu tersentak.

"Eh, Kak Arka."

"Lo lagi mikirin apa?"

"Ah itu, Kak, kalo aku pulang bareng kamu, mobil aku gimana?" Tanya Alea polos.

Arka mengangguk paham. "Yaudah, kita pake mobil lo aja. Mobil gue nanti bisa dibawa Alvi kok."

"Ohiya, gue belum bilang. Gue mau ngajak lo ke suatu tempat dulu sebelum pulang." Sambung Arka.

"Ke mana, Kak?"

"Entar juga lo tahu." Balas Arka santai.

Arka membawa Alea ke sebuah cafe. Ah, Alea tahu tempat ini. Tempat Arka dan Vindy sering bertemu saat Alea mengikuti mobil pemuda itu diam-diam.

"Aku ke toilet dulu, Kak." Arka mengangguk.

Setelah duduk di salah satu kursi, Arka menoleh saat ada yang memanggil namanya.

"Aku gak lihat mobil kamu di luar." Ucap Vindy setelah duduk di sebelah Arka.

"Aku pake mobil temen."

Vindy hanya ber-oh ria, kemudian "Kita pesan dulu ya, Ka."

Alea berjalan pelan ke arah meja Arka dan juga ada Vindy di sana. Gadis itu mencoba meyakinkan dirinya untuk tetap menghampiri keduanya.

Alea berdehem sekilas, "Kak,"

"Ah ya, duduk, Le." Balas Arka yang segera dilaksanakan Alea.

"Eh Alea, lama ya gak ketemu." Ucap Vindy yang mendapat balasan senyum gadis itu.

"Kalian udah saling kenal?"

"Aku sama Alea kan satu sekolah pas SMP, Ka. Sama-sama anak OSIS." Jelas Vindy sambil menepuk pelan lengan Arka.

Arka mengangguk, "Bagus, kalo udah kenal. Alea sekarang cewek gue, Vin."

Vindy terdiam sejenak. Sebenarnya dia sudah tahu saat melihat mereka di pesta ulang tahun Sergio waktu itu.

"Apa kabar lo, Le?" Vindy menatap Alea, mengabaikan pernyataan Arka barusan.

"Baik, Vin. Kamu sendiri gimana?"

"Yah, gue kurang baik, sejak putus sama Arka." Balas Vindy sarkas.

Arka berdecak, "Udahlah, Vin. Lo gak perlu ngomong begitu ke Alea."

"Aku emang salah udah selingkuh dari kamu. Tapi aku juga masih sayang banget sama kamu, Ka." Vindy memegang tangan Arka sambil terisak.

Melihat Vindy terisak begitu, Arka jadi tak tega. Dia menarik Vindy ke dekapannya.

Sementara Alea mati-matian menenangkan perasaannya yang berkecamuk. Untuk apa dia ada di sini? Hanya untuk menyaksikan Arka memeluk Vindy? Lelucon macam apa ini? Oksigen di sekitar Alea seperti sedang menjauhkan diri, Alea merasa sulit bahkan hanya untuk bernapas.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang