Dress berwarna abu-abu dengan strip soft pink di tengahnya kini melekat pas di tubuh Alea dipadukan dengan sneaker dan tas slempang berwarna soft pink senada. Sementara di sebelahnya ada Arka yang menggunakan kemeja abu-abu dan jeans hitam dan sepatu hitam. Siapapun yang melihat pasti tahu mereka adalah sepasang kekasih dari penampilannya, namun tidak dengan gerak-gerik kedua pelajar SMA itu.
Arka bingung harus memulai obrolan seperti apa, pemuda itu tak ingin membuat kesalahan dan menyakiti Alea lagi jadi ia harus benar-benar berhati-hati dalam bersikap. Bahkan tangannya sudah gatal ingin menggandeng Alea dari tadi, namun keinginannya itu harus ia tahan karena tak ingin membuat Alea tak nyaman.
Alea sendiri tak tahu harus bersikap seperti apa saat dalam situasi seperti ini. Kencan dengan Arka memang menjadi lamunan Alea selama ini. Tapi harus kah Alea melakukan hal seperti dalam lamunannya? Atau mengikuti adegan di drama Korea yang sering ia tonton? Alea merasa itu pilihan yang kurang tepat sehingga gadis itu memilih mengikuti keinginan Arka saja agar tak terlihat agresif.
"Kamu.. ada mau beli sesuatu dulu sebelum kita naik ke lantai atas?" Arka bertanya pada Alea dengan canggung.
Alea merespons dengan memperhatikan sekitar mall yang sedang mereka kunjungi. Alea ingat lip tint yang biasa ia gunakan sudah hampir habis.
"Ada sih, Kakak mau temenin aku belanja dulu?"
Arka tersenyum menanggapi pertanyaan Alea. Gadis ini benar-benar polos.
"Mau-lah. Kamu kan pacar aku." Balas Arka sambil mengusap rambut Alea.
Alea merasa pipinya hangat seketika.
"Yah, pipinya merah." Goda Arka membuat Alea semakin malu.
Alea berjalan mendahului Arka, digoda seperti itu membuat perut Alea serasa digelitik oleh ribuan kupu-kupu. Arka berjalan cepat mensejajarkan langkahnya dengan Alea lalu refleks meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya.
Arka mengikuti Alea masuk ke gerai Etude House, gadis itu dengan gerakan sangat hapal langsung mendekat ke jajaran produk yang dicarinya, yaitu lip tint. Sementara Alea memilih lip tint, Arka menunggu di dekat pintu masuk.
Dengan memegang dua varian dengan nomor 203 dan 204, Alea tampak bingung akan membeli yang mana. Sebenarnya kedua varian tersebut memiliki warna yang hampir sama, bahkan dia memiliki keduanya di rumah. Tapi Alea lupa varian mana yang hampir habis.
Arka memperhatikan Alea yang kebingungan lalu menghampirinya,
"Kenapa?" Tanya Arka sambil berdiri di sebelah Alea."Bingung, Kak. Aku punya keduanya tapi lupa yang mana yang mau abis." Jawab Alea dengan polos membuat Arka jadi gemas sendiri.
Arka tersenyum menggapi.
"Mana coba lihat yang kamu pilih?" Arka mengulurkan tangannya.
Alea menaruh kedua lip tint itu ke tangan Arka. Pemuda itu langsung berjalan ke kasir dengan membawa kedua lip tint tersebut dan membelinya.
"Nih." Arka mengulurkan plastik berisi lip tint tersebut ke Alea.
Gadis itu masih diam di tempatnya.
"Alea." Panggil Arka karena Alea tak juga menerima plastik yang diulurkan Arka.
Alea tersadar. "Eh iya."
"Kakak kenapa beliin aku? Aku bisa beli sendiri kok." Alea menatap kantong plastik bertuliskan Etude House yang masih dipegang Arka.
Arka meraih tangan Alea dan menyerahkan kantong plastik tersebut. "Anggap aja hadiah jadian dari aku. Kamu pake ya, kalo kamu cantik kan aku juga yang senang."
"Tapi—" Arka segera menggenggam tangan Alea, menghentikan ucapan gadis itu.
"Yuk nonton, nanti keburu telat." Ajak Arka menarik Alea ke luar dari toko tersebut.
Alea mengikuti langkah Arka menuju lantai teratas mall tersebut. Arka berhenti di depan lift lalu memencet tombol panah ke atas sembari menunggu lift tersebut. Sementara Alea yang berdiri di sebelah Arka mulai keringat dingin.
Tanpa bisa dikontrol, Alea mulai meremas tangan Arka yang sedang menggenggam tangannya. Arka sontak melihat ke arah Alea dan menyadari sesuatu yang aneh terjadi pada gadisnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Arka menaruh atensi sepenuhnya pada Alea.
Alea menggeleng pelan. Tidak tahu harus menjelaskan seperti apa pada Arka.
Melihat gelengan Alea, Arka semakin bingung. Ia menaruh telapak tangannya di dahi Alea. Tidak panas tapi sedikit basah. Alea berkeringat di tempat yang dikelilingi AC membuat Arka menyimpulkan Alea tidak sedang baik-baik saja.
Arka membawa Alea menjauh dari lift untuk memastikan keadaan Alea.
"Mau istirahat dulu? Aku beliin minum ya." Tanya Arka saat mereka sudah duduk di kursi tunggu sekitaran mall.
Alea menahan Arka, lalu menggeleng pelan. Alea sudah merasa baik setelah menjauhi lift tadi. Alea sebenarnya tidak suka naik lift karena akan membuatnya pusing dan mual seketika. Bahkan membayangkannya saja sudah membuat Alea merinding.
Tapi haruskah Alea mengatakannya pada Arka? Apa Arka akan memaklumi atau menganggap Alea aneh?
"Jangan diem aja dong, Le. Aku khawatir." Ucap Arka sendu.
"Aku— Aku takut." Ucap Alea pelan lalu menunduk.
"Takut kenapa? Ada yang ganggu kamu? Kamu gak nyaman di sini?" Arka menyerbu Alea dengan pertanyaan. Arka benar-benar gusar saat Alea bilang ia merasa takut.
"Aku takut, aku gak suka naik lift!" Adu Alea dengan wajah yang sudah semerah tomat dan suara yang meninggi sedikit.
Arka diam sembari mencerna ucapan Alea. Sedangkan Alea mewanti wanti respons Arka dengan aduannya barusan. Alea menggigit bibirnya menandakan ia sedang gugup.
Arka tersenyum sekilas. "Kenapa gak bilang? Kita bisa pake eskalator." Arka berkata dengan nada gemas lalu menyentil dahi Alea.
Alea terpaku sebelum kembali bicara. "Kamu gak ngerasa aku aneh? Aku pusing terus mual kalo naik lift."
"Aneh kenapa? Wajar kok, Le. Aku aja sebenarnya lebih suka pake eskalator. Cuma takut kamu kecapekan makanya aku bawa naik lift." Arka menanggapi dengan santai.
Alea bernapas lega dengan tanggapan Arka. Ternyata Alea berekspetasi terlalu jauh.
Melihat ekspresi Alea yang sudah tenang. Arka bertanya, "Mau langsung nonton atau makan dulu?"
"Nonton dulu deh, makannya entar aja." Balas Alea disertai senyum.
"Okay, yuk?" Arka berdiri lalu mengulurkan tangannya ke hadapan Alea.
Alea meraih tangan Arka lalu ikut berdiri. "Berasa Princess aku tuh."
"Kan emang Princess di hatiku." Arka melontarkan gombalan recehnya.
Alea tertawa pelan. "Kamu kan pengawal aku. Wle."
"Judul FTV nya 'Princess Kecantol Cinta Pengawal' dong?" Ledek Arka.
"Boleh tuh." Balas Alea sambil tersenyum geli.
Arka dan Alea melangkah menuju bioskop yang ada di dalam mall tersebut dan menggunakan eskalator tentunya. Kencan pertama mereka setelah lebih sebulan resmi berpacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUERENCIA
Teen Fiction"Kalo gue perjuangin lo kali ini, lo mau kasih gue kesempatan gak?" "Selalu ada kesempatan buat orang yang mau berjuang, Kak."