3. Heart Attack

91 10 0
                                    

Ini sudah ke 112 kali Arka memeriksa handphonenya. Ia benar - benar cemas dengan gadisnya. Bagaimana mungkin sejak pagi tadi hingga sore, ia belum juga mendapat balasan dari pesan yang telah dikirimnya pada gadis itu.

"Gue harus pastiin ke rumahnya!" Gumam Arka.

Merasa tak sabar, Arka meraih kunci mobilnya kemudian beranjak meninggalkan kamarnya yang bernuansa hitam putih itu. Benar - benar maskulin!

Sudah sepuluh menit Arka memarkirkan mobilnya tak jauh dari gerbang rumah Vindy. Dilihatnya gadis itu seperti tengah menunggu seseorang di depan rumahnya.

"Nungguin siapa sih?" Tanya Arka penasaran.

Tak lama kemudian sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah gadis itu. Ia segera memasuki mobil itu, lalu pergi begitu saja.

Arka mengikuti mobil yang membawa Vindy tersebut. Sampai akhirnya mobil itu berhenti di sebuah cafe.

Seorang pemuda sebayanya keluar dari jok kemudi lalu berjalan mengitari mobil untuk membuka pintu penumpang.

Vindy turun dari mobil tersebut sambil tersenyum hangat menatap pria di hadapannya. Mereka terlihat seperti pasangan serasi.

Arka yang melihat kejadian itu mulai tersulut emosi. Namun ia berusaha menahannya.

Vindy dan pemuda tersebut masuk ke dalam cafe diikuti oleh Arka secara perlahan tanpa diketahui oleh mereka.

"Vin, aku sayang banget sama kamu." Ucap pemuda itu menggenggam tangan Vindy.

"Aku juga sayang kamu." Vindy menatap mesra pemuda itu.

Arg. Vindy selingkuh? Gue gak nyangka Vindy selingkuh.
Arka mendesah kecewa. Ia pikir ini hanya salah faham. Namun ternyata gadis itu benar- benar menduakannya.

Arka berjalan perlahan menuju Vindy dan pemuda itu.

"Kita. Putus." Ucap Arka penuh penekanan di hadapan Vindy dan pemuda itu.

Vindy sangat terkejut ketika melihat Arka muncul di hadapannya.

"Arka?" Panggil Vindy. Namun Arka segera berlalu meninggalkannya.

"Arka, aku bisa jelasin!" Vindy berteriak ingin mengejar Arka, tapi pemuda di sebelahnya menahan.

"Dia siapa? Kok bilang putus?" Tanya pemuda itu.

"Di, dia.. maaf gue harus temuin dia dulu." Ucap Vindy melepaskan tangannya dari genggaman pemuda itu.

Vindy berlari mengejar Arka yang telah memasuki mobilnya. Arka segera melajukan mobilnya meninggalkan cafe tersebut.

"Kamu gak apa - apa?" Tanya pemuda itu ikut menghampiri Vindy.

"Gak apa - apa. Yaudah. Kita masuk yuk!" Vindy tersenyum samar kemudian menggandeng lengan lelaki itu dan membawanya memasuki cafe.

Arka melajukan mobilnya menuju rumah Alvi.

"Lo kenapa Ka? Tuh muka ditekuk mulu." Ucap Alvi menyerahkan sebotol soft drink.

"Gak ada apa - apa." Ucapnya datar.

"Lo cerita aja. Gue siap dengerin kok." Alvi sangat tahu bahwa Arka saat ini sedang ada masalah. 10 tahun berteman dengan Arka membuatnya sangat hafal dengan watak Arka.

"Vindy.. selingkuh." Terlihat kekecewaan mendalam di bola mata hitam pekat milik Arka. Mata yang biasanya menatap tajam dan sinis itu kini berubah sendu tanpa binar sedikitpun.

"Lo yakin?" Tanya Alvi sedikit kaget.

"Gue lihat dan dengar sendiri." Ucap Arka tanpa ekspresi.

QUERENCIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang